Reporter: Sanny Cicilia, Wahyu Satriani, Narita Indrastiti, Noor Muhammad Falih | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Tawaran berinvestasi di surat utang negara syariah datang lagi. Pemerintah menawarkan seri obligasi halal terbaru kepada publik mulai hari ini (14/2) sampai akhir Februari nanti (28/2). Selain menawarkan imbal hasil lumayan tinggi, surat utang eceran ini juga bisa dibeli dengan dana tak terlalu besar. Berminat? Segera siapkan kocek Anda.
Namun sebelum itu, mari berkenalan terlebih dahulu dengan instrumen yang bernama Sukuk Ritel (Sukri) seri SR-006 ini. Sukri SR-006 diluncurkan pemerintah dengan aset dasar atau underlying asset proyek yang dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (2014). Catatan saja, selama ini, obligasi negara, baik syariah maupun konvensional menjadi salah satu sumber dana negara.
Pemerintah menawarkan imbal hasil setara 8,75% per tahun untuk para pembeli SR-006. Setelah masa penawaran berakhir, pemerintah akan mencatatkan Sukri di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 5 Maret mendatang. Adapun periode jatuh tempo adalah tiga tahun. Artinya, pemerintah akan membayar lunas surat utang ini pada 5 Maret 2017. Selama periode itu, investor akan menerima imbalan tiap bulan mulai 5 April 2014.
Pemerintah membidik investor warga negara Indonesia untuk berinvestasi. Calon investor dapat memesan dengan nilai minimal pembelian Rp 5 juta, berlaku kelipatan, dengan batas maksimal pembelian Rp 5 miliar. Harga per unitnya sebesar Rp 1 juta.
Dari hasil penawaran selama dua pekan mendatang, pemerintah lewat Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementrian Keuangan menargetkan bisa menjaring dana Rp 15 triliun - Rp 20 triliun.
Para analis menghitung, nilai penerbitan SR-006 tak jauh berbeda dengan tahun lalu yang sebesar Rp 14,97 triliun. Sebagian dari mereka memperkirakan, nilai penerbitkan sukuk kali ini akan mentok di kisaran Rp 17 triliun.
Apa untung berinvestasi di Sukri SR-006?
Imbal hasil 8,75% per tahun dari pemerintah menjadi daya tarik SR-006. Yudistira Slamet, Assistant Vice President Head of Debt Research Danareksa Sekuritas menilai, kupon tersebut sesuai dengan kondisi pasar saat ini. "Instrumen ini cukup menarik bagi investor sehingga permintaan juga cukup tinggi," ujar Yudistira.
Melihat ke belakang, pemerintah hanya menawarkan imbal hasil 6% pada penerbitan sukuk tahun lalu, yaitu sukuk seri SR-005 yang bernilai Rp 14,9 triliun. Imbal hasil sukuk itu di pasar sekunder, seperti dikutip Bloomberg, saat ini berada di kisaran 8,39%. Imbal hasil SR-006 ini juga bersaing dengan tawaran kupon obligasi ritel non-syariah pemerintah yang diterbitkan Oktober tahun lalu, ORI-10, yang berada di angka 8,5%.
Apabila melihat keluhan pasar mengenai BI rate yang sudah terlalu tinggi, ada potensi BI menurunkan lagi bunganya di semester II nanti. Global Markets-Financial Analyst Manager PT Bank Internasional Indonesia Tbk, Anup Kumar meramal, ini akan menyebabkan obligasi ritel ORI-11 yang diterbitkan pemerintah nanti di tahun ini, tak menawarkan bunga lebih tinggi dari SR-006
Karena itu, imbal hasil SR-006 terbilang menarik. Dibandingkan deposito pun masih lebih memikat. Kumar juga menilai, SR-006 masih lebih menarik dibandingkan deposito. Rata-rata bunga deposito 10 bank besar saat ini sekitar 6,475% per tahun. Selain itu, pajak penghasilan (PPh) imbal hasil SR-006 yang hanya 15%, lebih kecil dari pajak bunga deposito yang mencapai 20%. Imbal hasil SR-006 setelah pajak PPh adalah 7,44% per tahun.
Langkah Bank Indonesia (BI) yang kemarin mempertahankan bunga acuan di angka 7,5% membuat SR-006 kian menarik. "Ada spread 125 basis poin untuk kupon SR-006,” ujar Kumar.
Kumar memberi simulasi. Jika investor menaruh dana pada SR-006 sebesar Rp 100 juta, ia akan mendapat imbal hasil bersih setelah pajak sekitar Rp 619.791,16 per bulan. Sedangkan, total imbal hasil yang didapat hingga jatuh tempo menjadi Rp 22,31 juta.
Hantu inflasi?
Namun, laiknya, invstrumen investasi lain, imbal hasil sukuk SR-006 juga terpapar inflasi. Pertanyaannya, apakah sukuk SR-006 mampu meredam dampak inflasi. Ketika harga barang-barang naik, nilai uang menjadi lebih rendah. Duit yang disimpan untuk membiayai masa depan juga terancam tak mampu menutupi kebutuhan saat itu.
Keberhasilan SR-006 menyelamatkan nilai uang, tergantung dengan pergerakan inflasi. Sekadar gambaran, Januari lalu inflasi tahunan mencapai 8,22%. Jika inflasi tak bergerak dari angka 8% di masa mendatang, tentu, menyimpan duit di sukuk ritel yang memberikan imbal hasil bersih 7,44% belum mampu mengalahkan inflasi.
Mari berharap, semoga tahun ini pemerintah bisa menjinakkan inflasi. Pemerintah telah berjanji akan mengawasi hal-hal yang bisa membuat inflasi melejit, seperti kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) mulai Mei nanti, harga elpiji, dan bahan pangan yang harganya berisiko naik karena cuaca tak menentu.
Di tahun politik ini, BI sendiri menargetkan, inflasi berada di level 4,5% plus minus 1%. Sedangkan tahun depan, target BI lebih rendah lagi, inflasi hanya 4% plus minus 1%.
Beli SR-006 di mana?
Jika tertarik, calon investor bisa mendatangi agen-agen penjual Sukri. Pemerintah telah menunjuk 28 agen penjual yang terdiri dari bank dan sekuritas. Pemesanan bisa dilakukan pada 14 Februari - 28 Februari 2014. Untuk memesan, Anda harus membawa foto kopi KTP yang masih berlaku.
Beberapa agen penjual menyiapkan cabangnya agar penjualan Sukri mudah dijangkau investor. Misalnya, untuk pembelian di PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, investor bisa membeli sukuk ritel seri SR 006 di sentra layanan prioritas (SLP), kantor cabang, serta kantor cabang pembantu BRI di seluruh Indonesia. Tapi, ada ketentuan khusus, investor harus memiliki rekening BRI.
Calon investor wajib mengisi formulis pembelian sukuk ritel ini. Dalam formulir, investor harus mencantumkan jumlah pemesanan yang diinginkan. Nanti, setelah masa penawaran, agen penjual menyerahkan total permintaan yang masuk ke DJPU Kementrian Keuangan. Kemudian, DJPU akan menetapkan penjatahan pada setiap agen penjual.
Jadi, bisa saja, ada investor yang tidak memperoleh jatah sesuai pemesanan karena permintaan yang masuk membeludak (oversubscribed). Tapi, jatah agen penjual yang tidak mencapai target dapat dialihkan ke agen lain yang kelebihan permintaan.
Nah, jika investor sudah mendapat kepastian jumlah dana yang diinvestasikan di SR-006, penyetoran dana bisa dilakukan melalui rekening investor. Jadwal penyetoran akan diumumkan DJPU.
Sebagai gambaran, BTN yang memulai debut sebagai agen penjual Sukri tahun ini menargetkan bisa menyerap permintaan Rp 350 miliar. Tahun lalu, BRI menyerap penawaran Rp 800 miliar. Bank Mandiri menargetkan penjualan Rp 1 triliun. Sedangkan Bank Central Asia (BCA) optimistis bisa menjual sukuk hingga Rp 1,4 triliun.
Bisa dijual kembali?
Oh,ya, investor tak harus menyimpan sukuk ini hingga jatuh tempo. Anda juga bisa melakukan jual-beli di pasar sekunder sebulan setelah penerbitan sukuk SR-006. Mekanisme jual-beli ini bisa dilakukan di bursa, dengan menyampaikan minat beli atau jual ke Bursa Efek Indonesia (BEI).
Apabila terjadi kesesuaian harga antara investor penjual dan investor pembeli, transaksi bisa diselesaikan melalui mekanisme bursa. Selanjutnya, perusahaan efek yang ditunjuk akan menyelesaikan transaksi jual beli sukuk ritel tersebut.
Transaksi di luar bursa atau over the counter (OTC) juga bisa dilakukan. Caranya pembeli dan penjual melakukan negosiasi harga. Selanjutnya perusahaan efek yang ditunjuk akan menyelesaikan transaksi jual beli sukuk ritel tersebut.
Analis obligasi MNC Asset Management, Akbar Syarief menilai, SR-006 diminati investor kemungkinan karena tawaran kupon yang menarik. Ada faktor likuiditas jarang menjadi pertimbangan. "Sukuk tidak lebih likuid di pasar sekunder jika dibandingkan obligasi konvensional," kata dia, akhir bulan lalu.
Namun, Nicky Hogan, Presiden Direktur PT Reliance Securities Tbk pernah bilang, ia lebih menyukai berinvestasi di obligasi sukuk dan ORI karena lebih likuid dibanding investasi lainnya, misalnya properti. Selain itu, karena dijamin pemerintah, risikonya lebih mini.
Menurut Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), seri sukuk ritel merupakan seri sukuk paling likuid. SR-005 merupakan seri sukuk teraktif obligasi pemerintah dengan volume transaksi mencapai Rp 524 miliar dalam periode 3 Februari-7 Februari lalu, dengan frekuensi transaksi 56 kali, .
Penerbitan Sukuk Negara Ritel
SR-005 | SR-006 | |
Rp 14,97 triliun | Nominal penerbitan | *Rp 17 triliun |
6% per tahun | Tingkat imbalan | 8,75% per tahun |
27 Februari 2013 | Penerbitan | 5 Maret 2014 |
27 Februari 2016 | Jatuh tempo | 5 Maret 2017 |
Tanggal 27 setiap bulan | Pembayaran imbalan | Tanggal 5 setiap bulan |
Rp 20,87 triliun | Total pemesanan | *Rp 20 triliun |
Sumber: DJPU dan wawancara
* prediksi analis
28 Agen Penjual Sukri |
PT Bank ANZ Indonesia |
PT Bank BRI Syariah |
PT Bank Central Asia Tbk |
PT Bank CIMB Niaga Tbk |
PT Bank Danamon Indonesia Tbk |
PT Bank DBS Indonesia |
PT Bank Internasional Indonesia Tbk |
PT Bank Mandiri Tbk |
PT Bank Muamalat Indonesia |
PT Bank Negara Indonesia Tbk |
PT Bank OCBC NISP Tbk |
PT Bank Panin Tbk |
PT Bank Permata Tbk |
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk |
Bank Syariah Mandiri |
PT Bank Tabungan Negara Tbk |
Standard Chartered Bank |
The Hongkong and Shanghai Banking Corp (HSBC) |
PT Bahana Securities |
PT Danareksa Sekuritas |
PT Mandiri Sekuritas |
PT Maybank Kim Eng Securities |
PT Mega Capital Indonesia |
PT Reliance Securities |
PT Sucorinvest Central Gani |
PT Trimegah Securities |
PT Valbury Asia Securities |
Sumber: Ditjen Pengelolaan Utang |
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News