kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.777.000   23.000   1,31%
  • USD/IDR 16.864   6,00   0,04%
  • IDX 5.985   -10,94   -0,18%
  • KOMPAS100 849   1,55   0,18%
  • LQ45 674   5,73   0,86%
  • ISSI 186   -0,60   -0,32%
  • IDX30 355   2,77   0,79%
  • IDXHIDIV20 433   6,28   1,47%
  • IDX80 96   0,47   0,49%
  • IDXV30 101   -0,33   -0,33%
  • IDXQ30 118   1,99   1,71%

Tarif Tajam, Diplomasi Menyulam


Senin, 07 April 2025 / 07:01 WIB
Tarif Tajam, Diplomasi Menyulam
ILUSTRASI. Presiden AS Donald Trump memegang dokumen 'Hambatan Perdagangan Luar Negeri' saat menyampaikan pidato tentang tarif di Rose Garden di Gedung Putih di Washington, D.C., AS, 2 April 2025. REUTERS/Carlos Barria/File Photo/File Photo


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Ketegangan perdagangan global kembali memuncak setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan paket tarif besar-besaran terhadap sejumlah negara mitra dagang.

Langkah tersebut memicu aksi balasan dari China dan mengguncang pasar keuangan dunia, dengan indeks saham anjlok dan volatilitas meroket ke level tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Baca Juga: DEN Sebut Kebijakan Tarif Trump Berpotensi Positif Ke Ekonomi RI, Ini Syaratnya

Di tengah ketidakpastian global, Indonesia mengambil sikap proaktif. Pemerintah bersama pelaku usaha mendorong langkah-langkah diplomasi dan negosiasi strategis untuk melindungi stabilitas ekspor nasional serta memperkuat posisi Indonesia dalam tatanan perdagangan global yang sedang bergeser.

Baca Juga: Ada Kebijakan Tarif Impor AS, Ini Kata BEI

Pasar Global Bergejolak

Respon pasar terhadap kebijakan tarif AS sangat tajam. Dalam dua hari, saham-saham di Wall Street ambruk lebih dari 10%, dengan Nasdaq Composite masuk ke zona bear market. Indeks Volatilitas Cboe (VIX) melonjak ke 45,31, menandakan lonjakan kecemasan investor.

“Ketika VIX tembus 40, itu sinyal kuat bahwa pasar melihat risiko sistemik,” ujar Joe Tigay, manajer portofolio di Rational Equity Armor Fund melansir dari Reuters, Minggu (6/4).

Bursa Asia dan Eropa turut terimbas, sementara imbal hasil obligasi AS turun tajam akibat meningkatnya minat terhadap aset aman seperti Treasury.

Kurs mata uang utama berfluktuasi liar, dengan euro melemah terhadap dolar AS dan volatilitas FX mencapai puncak dua tahun. Investor ritel membeli saham dalam jumlah besar, namun aksi jual besar-besaran oleh hedge fund menciptakan tekanan tambahan.

Baca Juga: Kena Tarif Resiprokal AS, Indonesia Pilih Negosiasi Ketimbang Retaliasi

Langkah Indonesia: Diplomasi Dagang dan Diversifikasi Pasar

Lebih dari 50 negara dilaporkan telah menghubungi Gedung Putih untuk membuka jalur negosiasi perdagangan setelah tarif diumumkan.

Di tengah ketidakpastian ini, Indonesia menjadi salah satu negara yang terdampak langsung, dengan tarif baru sebesar 32% atas ekspor ke AS.

Angka ini memberi tekanan besar terhadap daya saing ekspor Indonesia, yang tahun lalu mencapai US$38,7 miliar ke pasar Amerika.

Menanggapi situasi tersebut, Indonesian Business Council (IBC) mendukung pemerintah agar segera menempuh langkah-langkah diplomatik dan strategis untuk memitigasi dampak kebijakan tersebut. CEO IBC Sofyan Djalil menyampaikan empat usulan strategis:

  1. Menjaga Stabilitas Ekonomi Domestik

Dengan memperkuat daya saing industri, termasuk UMKM ekspor, melalui regulasi yang kondusif dan reformasi struktural.

  1. Renegosiasi Perdagangan Bilateral dengan AS

Untuk menyesuaikan kembali kerangka perjanjian yang ada dan mencari titik tengah yang adil dalam kebijakan tarif.

  1. Pendekatan Multilateral melalui ASEAN

Indonesia diharapkan memimpin inisiatif diplomasi dagang ASEAN untuk menciptakan tekanan kolektif dalam mendorong perdagangan yang lebih adil.

  1. Ekspansi Pasar dan Percepatan FTA

Mempercepat finalisasi perjanjian dagang dengan mitra non-tradisional guna membuka akses pasar baru dan mengurangi ketergantungan terhadap AS.

Baca Juga: Kena Tarif 32% dan Tak Ada Duta Besar RI di AS, Ekonom Ungkap Hal Ini

Ketua Dewan Pengawas IBC Arsjad Rasjid, menekankan pentingnya menjadikan krisis ini sebagai katalis reformasi.

"Ini momentum untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai mitra dagang strategis dan destinasi investasi global. Reformasi struktural, diversifikasi pasar, dan penguatan industri bernilai tambah harus dipercepat," katanya melalui keterangan resminya.

Diplomasi sebagai Pilar Utama

Di tengah dinamika perdagangan global yang semakin tidak menentu, Indonesia mulai membangun konsolidasi diplomatik.

Kementerian Perdagangan dan Kementerian Luar Negeri disebut tengah menyiapkan agenda diplomasi intensif, termasuk memanfaatkan forum-forum regional dan multilateral seperti G20, ASEAN, dan WTO.

Langkah ini dinilai krusial untuk menjaga surplus perdagangan Indonesia dengan AS yang pada 2024 mencapai US$16,08 miliar.

Baca Juga: Kena Dampak Tarif Impor AS, Indonesia Bisa Manfaatkan Peluang Ini

Produk-produk ekspor utama seperti garmen, peralatan listrik, alas kaki, dan minyak nabati kini berada dalam tekanan tarif tinggi.

Sementara itu, Presiden Taiwan Lai Ching-te bahkan menawarkan kesepakatan tarif nol kepada AS untuk meredakan ketegangan.

Tawaran ini bisa menjadi preseden bagi pendekatan negosiasi damai di tengah kecenderungan proteksionisme yang kian menguat.

Selanjutnya: DEN Sebut Kebijakan Tarif Trump Berpotensi Positif Ke Ekonomi RI, Ini Syaratnya

Menarik Dibaca: Resep Tape Ketan Manis dan Banyak Air, Ini Rahasinya agar Berhasil

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×