kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%
FOKUS /

Tren baru reksadana online


Rabu, 05 Desember 2012 / 14:10 WIB
Tren baru reksadana online
ILUSTRASI. Periksa kurs dollar-rupiah di BRI hari ini, Kamis 2 September 2021. KONTAN/Carolus Agus Waluyo


Reporter: Rika Theo, Dyah Ayu Kusumaningtyas | Editor: Haryo Bayu

JAKARTA. Online trading untuk berinvestasi bukan hanya milik sekuritas atau perbankan. Belakangan, sejumlah manager investasi menawarkan layanan online trading bagi nasabah reksadana.

Online trading memungkinkan nasabah terkoneksi secara elektronik dengan portofolio investasi mereka. Lebih dari itu, nasabah bisa langsung bertransaksi, baik beli maupun jual, tanpa harus repot bertatap mata langsung dengan sekuritas. Singkatnya, tinggal klik, bayar secara virtual, dan transaksi pun tereksekusi.

Layanan online trading untuk investasi reksadana sebenarnya bukan barang baru. Beberapa bank besar sudah lebih dulu menyediakannya. Tapi kini, semakin banyak MI yang memasang layanan ini untuk menjaring nasabah baru, khususnya nasabah ritel.

Contoh yang terbaru adalah PT Bahana TCW Investment dengan reksadana online bernama SiNar (singkatan dari Berinvestasi Benar). Rukmi Proborini, Marketing Director PT Bahana TCW Investment Management, mengatakan layanan ini pre-launching pertama kali di  ajang Indonesia Financial Expo & Forum (IFEF) 2012, yang diselenggarakan KONTAN pada Oktober lalu.

Selain menyediakan platform transaksi online, situs sinar.bahanatcw.com sekaligus memberi panduan perencanaan investasi online bagi investor.

Di situs itu, nasabah akan dituntun untuk mengisi dan menjawab pertanyaan untuk mengetahui profil investasinya. Setelah itu, akan muncul rekomendasi produk reksadana yang disesuaikan dengan kemampuan setoran per bulan, return yang diinginkan, performa resiko, serta tujuan akhir investasi nasabah.

Nasabah bisa mengambil paket ini dan kemudian secara rutin membeli unit reksadana dalam jumlah dan waktu tertentu. Persis seperti menabung, misalnya Rp 500.000 setiap bulan.

Tapi, jika tidak mau mengambil paket atau plan yang ditawarkan, nasabah bebas langsung memilih reksadana yang tersedia dan mengatur jual belinya sendiri. 

Meskipun online, Edward Lubis, Direktur Bahana TCW Investment Management menegaskan bahwa nasabah harus sekali bertatap muka dengan pihak Bahana sesuai peraturan Bapepam-LK, dalam rangka transparansi. "Bagi nasabah di luar Jakarta, semoga tidak merepotkan karena tatap muka itu hanya sekali. Kemungkinan kami akan mempermudahnya dengan melakukan road show langsung ke daerah-daerah," terang Edward. Ia menargetkan, SiNar bisa menjaring dana kelolaan hingga sekitar Rp 100 miliar sampai akhir tahun ini. 

 Manager Investasi lainnya yang sudah lebih lama melayani online trading reksadana adalah Danareksa Investment Management (DIM). DIM meluncurkan reksadana online pada Juni 2008.

 "Tujuannya adalah memberikan kemudahan bagi investor agar dapat bertransaksi reksadana secara online di mana dan kapan saja. Calon investor yang memiliki mobilitas tinggi akan sangat diuntungkan," kata DIM.

Danareksa membuka layanan ini baik bagi nasabah lama maupun baru. Nasabah bisa melakukan transaksi pembelian dan penjualan serta mengecek portofolio dan mutasi transaksinya secara online di situs www.danareksaonline.com/reksadana.

DIM mengaku pertumbuhan nasabah yang menggunakan reksadana online makin lama makin naik. "Saat ini 55% dari nasabah ritel kami menggunakan reksadana online," tutur. Ia menambahkan, rata-rata di tahun 2012 ini, net subscription atau pembelian bersih reksadana melalui online trading mencapai Rp 400 juta-Rp 500 juta per bulan.

Cara bertransaksi via reksadana online 

Misalnya seorang nasabah hendak melakukan top up atau menambah unit reksadananya, maka ia tinggal log in ke rekeningnya lalu mengisi formulir pembelian. Kemudian, nasabah melakukan transfer pembayaran, dan selanjutnya akan menerima konfirmasi pembelian dari MI.

Harga unit Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana yang dibeli mengikuti aturan bursa. Bila pembelian berlangsung sebelum pukul 13.00 WIB, maka penambahan dana investasi dan harga mengacu pada hari itu. Bila melewati pukul 13.00 WIB, maka yang berlaku adalah harga reksadana hari berikutnya karena penambahan dana baru bisa berlangsung keesokan harinya.

Lama penyelesaian transaksi atau settlement yang berlaku juga sama dengan membeli reksadana di agen penjual, yaitu T+1 atau satu hari setelah pembelian. Namun, khusus untuk reksadana online, nasabah baru bisa melihat penambahan NAB reksadananya dua hari setelah pembelian (T+2)

Bersaing dengan bank

Tak aneh kalau para MI mulai ekspansi menyediakan layanan online, sebab dengan perkembangan teknologi dan gadget, ada kemungkinan reksadana online bakal makin marak digunakan. Analis Riset Infovesta Utama Edbert Suryajaya melihat potensi pertumbuhan penjualan reksadana bakal lebih besar dengan memiliki layanan ini. "Ini mempermudah MI untuk meraih investor baru," tuturnya.

Ia melihat MI juga tidak akan kesulitan memasarkannya walaupun harus bersaing dengan bank-bank agen penjual. Sebab, tak semua produk reksadana masuk etalase produk yang dijual bank. MI bisa menyasar celah ini, yaitu menjual produk reksadana yang tak banyak masuk ke bank.

Hal ini diakui Edward dalam peluncuran awal SiNar. Ia bilang, Bahana menawarkan SiNar kepada para calon investor yang belum atau tidak memiliki akses terhadap bank distributor terutama priority banking ataupun di luar kategori nasabah affluent. Selain itu, SiNar juga bertujuan untuk menjangkau basis nasabah komunitas seperti, karyawan perusahaan tertentu yang ingin berinvestasi secara rutin.

Bagi investor sendiri, reksadana online bakal memudahkan transaksi reksadana. Pun investor akan hemat biaya dan waktu karena tak perlu mendatangi kantor MI setiap kali hendak bertransaksi.

Namun, Edbert mengingatkan bahwa produk ini masih tergolong baru. "Jika semuanya lancar baik dari sisi sistem dan infrastruktur, saya kira peluang menjadi tren ke depan ada. Tapi hati-hati, masalah keamanan harus diperhatikan. Sebab, sekali terjadi masalah, investor bakal takut dan tak mau lagi."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×