Reporter: Rika Theo, Dyah Ayu Kusumaningtyas, Wahyu Satriani |
JAKARTA. Industri reksadana menorehkan perkembangan yang positif di sepanjang tahun ini. Menurut analis, minat masyarakat untuk berinvestasi pada produk investasi reksadana didorong oleh suku bunga Bank Indonesia yang rendah. Namun, dari sisi kuantitatif, pertumbuhan unit penyertaan (UP) reksadana tak sebaik tahun lalu.
Analis PT Infovesta Utama, Edbert Suryajaya melihat, jika dilihat dari sisi kualitatif, perkembangan industri reksadana terbilang kinclong. "Secara kualitatif, tahun 2012 menurut saya adalah tahun yang menarik, di mana dari sisi regulasi, muncul beberapa regulasi baru yang membuat industri reksadana semakin berkembang ke depannya," kata Edbert kepada KONTAN, Kamis (27/12).
Selain itu, dia juga memaparkan, tahun 2012 juga ditandai dengan kemunculan perdana produk reksadana jenis Dana Investasi Real Estate (DIRE) dan aktifnya kembali produk Exchange Traded Fund (ETF). "Munculnya hal-hal tersebut menurut saya menunjukkan bahwa industri reksadana di Indonesia sudah semakin dewasa," jelas Edbert.
Sedangkan dari sisi kuantitatif, total pertumbuhan Unit Penyertaan (UP) selama tahun 2012 masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan pertumbuhan UP total reksadana di tahun 2011. Berdasarkan data yang ada, UP reksadana hingga November kemarin hanya tumbuh sebesar 6,02%. "Pencapaian ini jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan pertumbuhan selama year to date (ytd) sampai November 2011 yang kenaikannya mencapai 29,22%," ungkap Edbert.
Edbert mengamati, di tahun 2012, kenaikan UP paling signifikan terlihat terjadi pada jenis reksadana pendapatan tetap, yaitu sebesar 15,72%. Sementara reksadana saham dan reksadana campuran masing-masing UP hanya naik 6,02% dan 9,92%.
Dengan melihat pola pertumbuhannya yang sangat signifikan pada awal tahun, Edbert menduga pertumbuhan reksadana pendapatan tetap terdongkrak oleh isu kenaikan rating Indonesia menjadi investment grade oleh Standard & Poor.
Agar lebih jelas lagi, KONTAN menyajikan review tiga jenis reksadana di tahun 2012.
1. Reksadana Pendapatan Tetap
Kinerja reksadana pendapatan tetap sepanjang 2012 tidak secemerlang tahun lalu. Hingga 14 Desember, Indeks Reksa Dana Pendapatan Tetap (IRDPT) versi PT Infovesta Utama naik 7,48%. Kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap ini lebih rendah ketimbang Infovesta Goverment Bond Index atau rata-rata return obligasi pemerintah yang sebesar 8,76%.
Padahal, sepanjang 2011, return reksadana pendapatan tetap mencapai 12,32%. Direktur Infovesta Utama Parto Kawito mengatakan, rendahnya return reksadana pendapatan tetap dipicu oleh harga Surat Utang Negara (SUN) yang sudah tinggi sejak akhir 2011.
SUN menjadi aset dasar sebagian besar reksadana pendapatan tetap. "Karena start di harga yang sudah mahal, maka harga SUN sepanjang tahun ini sulit untuk naik lebih tinggi. Selain itu, yield dan kupon obligasi juga sudah rendah sehingga sulit memberikan return tinggi bagi reksadana pendapatan tetap," kata Parto, Rabu (26/12).
Tren return rendah reksadana pendapatan tetap masih akan berlanjut tahun depan. Parto memprediksikan, instrumen ini hanya akan memberikan return sekitar 6%-7%.
Dus, reksadana ini akan bersaing ketat dengan produk deposito yang saat ini memberikan suku bunga sekitar 5,5% per tahun. "Apalagi kalau bank-bank yang menengah ke bawah dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) cenderung memberikan suku bunga deposito lebih tinggi mencapai 6,75%, persaingan akan lebih ketat," tutur dia.
Toh, sejumlah reksadana berhasil menunjukkan kinerja di atas rata-rata. Panin Dana Utama Plus 2 milik PT Panin Asset Management menempati posisi pertama dengan return sekitar 12,93%. Panin Asset Management berulang kali mengubah tata portofolio dari waktu ke waktu dengan memperhatikan kondisi pasar obligasi. "Kami mengelola secara aktif, mengubah durasi obligasi dari panjang ke pendek dan sebaliknya sesuai dengan kondisi pasar. Timing kami juga cukup tepat," aku Ridwan Soetedja, Direktur Panin Asset Management.
Sepanjang 2012, Panin diuntungkan oleh derasnya aliran dana asing yang masuk ke SUN sehingga harga obligasi ikut terangkat. "Tentunya kami memanfaatkan momentum dari pasar tersebut," kata Ridwan. Tahun depan, Panin Asset Management akan mempertahankan strategi pengelolaan portfolio secara aktif tersebut. Menurut Ridwan, strategi ini diperlukan karena tantangan tahun depan lebih berat dibandingkan tahun ini.
Sepuluh Reksadana Pendapatan Tetap dengan Return Tertinggi
Reksadana Ytd 14 Desember 2012
Panin Dana Utama Plus 2 12,93%
Danareksa Melati Pendapatan Tetap II 12,35%
Kresna Olympus 12,34%
Schroder IDR Bond Fund II 12,32%
Sam Sukuk Syariah Sejahtera 11,76%
Schroder Dana Obligasi Mantap 11,43%
Makara Prima 11,34%
BNP Paribas Maxi Obligasi 11,30%
Panin Gebyar Indonesia II 11,02%
Schroder IDR Bond Fund 10,91%
Indeks Reksa Dana Pendapatan Tetap (IRDPT) 7,48%
sumber: Infovesta Utama
Reksadana Saham
Kinerja reksadana saham sepanjang 2012 belum bisa memberi keuntungan tinggi bagi investor. Menilik data PT Infovesta Utama, rata-rata return reksadana saham atau indeks reksadana saham (IRDSH) year to date hingga 14 Desember 2012 hanya tercatat 10,24%. Angka tersebut di bawah kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) yang sebesar 12,74%.
Analis riset Infovesta Utama, Praska Putrantyo mengatakan, tertinggalnya IRDSH dibanding IHSG disebabkan oleh kurang meratanya kinerja produk reksadana. Selama periode tersebut, ada 26 reksadana saham yang mencetak kinerja di atas IHSG.
Sisanya, 51 reksadana saham berkinerja di bawah IHSG. "Sehingga dalam IRDSH yang mengukur rata-rata kinerja reksadana saham di Indonesia menjadi terlihat lebih rendah dibanding IHSG sepanjang periode itu," tutur Praska, Jumat (21/12).
Praska memperkirakan, kurang moncernya kinerja sejumlah produk reksadana dipicu oleh penempatan alokasi aset pada pada sektor-sektor saham dengan kinerja tertinggal dibanding IHSG. "Misalnya, sektor aneka industri yang tercatat -0,24%, sektor pertanian yang kinerjanya -7,64%, atau sektor pertambangan yang berada di kisaran -25,6%," jelas Praska.
Meski tercatat hanya 10,24%, kinerja rata-rata reksadana saham ini jauh lebih baik dibanding tahun lalu. Rata-rata kinerja reksadana saham hanya -0,25% di tahun lalu. Kinerja ini juga lebih rendah dibanding IHSG yang tumbuh 3,2% sepanjang 2011.
Vice President of Investment CIMB Principal Asset Management, Fadlul Imamsyah mengakui, pergerakan saham-saham di Bursa Efek Indonesia tahun ini sulit diprediksi. Saham-saham berkapitalisasi pasar menengah dan kecil justru mencatat kenaikan kinerja lebih tinggi dibanding saham-saham berkapitalisasi besar. "Yang mendorong IHSG adalah mid dan small cap," tutur Fadlul.
Oleh karena itu, CIMB Principal mulai mengoleksi saham-saham small dan mid cap untuk menopang return reksadana. "Untuk sektor, kami masih memperbesar saham-saham sektor infrastruktur dan konsumsi yang berpotensi naik," kata Fadlul. Data Infovesta Utama menunjukkan, dua produk reksadana saham CIMB mencatat kinerja di bawah 10%.
Sepuluh Reksadana Saham dengan Return Tertinggi
Reksadana Ytd 14 Des 2012
Sam Indonesia Equity Fund 40,16%
MNC Dana Ekuitas 32,18%
Syailendra Ewuity Opportunity Fund 26,45%
TRAM Consumption Plus 23,48%
Emco Mantap 23,33%
OSK Nusadana Alpha Sector Rotation 22,81%
BNP Paribas Solaris 22,58%
Danareksa Mawar Konsumer 10 21,80%
TRAM Equity Focus 21,38%
BNP Paribas Pesona Amanah 17,89%
Indeks Reksadana Saham (IRDSH)10,24%
sumber: Infovesta Utama
Reksadana Terproteksi
Para pengamat meramal, prospek reksadana terproteksi bakal suram tahun depan. Sebab, tarif pajak kupon obligasi sebagai aset dasar (underlying asset) reksadana terproteksi akan naik dari 5% menjadi 15% di 2014.
Direktur Utama PT Infovesta Utama, Parto Kawito, menduga,insentif pajak obligasi yang akan berakhir di 2014 akan membuat para manajer investasi (MI) berpikir dua kali untuk meluncurkan reksadana jenis ini. Maklum, kenaikan pajak ini akan membuat return reksadana terproteksi semakin tidak menarik di mata investor.
Kinerja reksadana terproteksi juga relatif statis. Performa reksadana ini tergantung pada penempatan portofolio dan tidak berubah-ubah hingga masa jatuh tempo. Ini menyebabkan imbal hasil yang ditawarkan tidak semenarik reksadana konvensional.
"Kalaupun ada MI yang berniat menerbitkan reksadana ini, umumnya, itudalam jangka pendek, sekitar dua tahun," jelas Parto, Minggu (9/12).
Parto bilang, return reksadana terproteksi saat ini berkisar antara 5,75%-6%, dengan asumsi penempatan portofolio pada Obligasi Negara Indonesia (ORI). Sementara return reksadana terproteksi dengan aset dasar obligasi korporasi bisa mencapai 7%. Imbal hasil ini masih di bawah return reksadana pendapatan tetap. Imbal hasil reksadana pendapatan tetap sebesar 7,19% di November year-to-date.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News