kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%
FOKUS /

Ramai-ramai cicipi peluang bisnis hotel budget


Selasa, 29 Mei 2012 / 01:42 WIB
Ramai-ramai cicipi peluang bisnis hotel budget
ILUSTRASI. Pengunjung berbelanja kebutuhan di salah satu pusat belanja di Jakarta, . KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Asnil Bambani, Adisti Dini I, Anna Suci, Melati Amaya D | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Hotel budget alias hotel ramah anggaran bagaikan magnet di belantara industri perhotelan. Tak hanya pengembang properti raksasa yang melirik potensi bisnis hotel budget ini, tetapi juga perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ikut terpikat dengan bisnis sektor wisata ini.

Uniknya, BUMN yang tertarik di bisnis hotel budget itu bukanlah BUMN yang sudah memiliki latar belakang bisnis hotel, seperti PT Hotel Indonesia Natour. Malahan, yang melirik bisnis hotel budget ini adalah perusahaan operator bandara, yaitu PT Angkasa Pura I.

Perusahaan yang biasa mengurus kapal terbang ini berani menggelontorkan investasi Rp 68 miliar guna membangun dua hotel berkonsep sederhana alias hotel budget, di Bandara Internasional Juanda, Surabaya dan Sultan Hasanuddin, Makassar.

Karena tak berpengalaman di bisnis hotel, Angkasa Pura I menggalang kerja sama dengan perusahaan operator hotel, yaitu Accor Asia Pacific Indonesia. Dalam berbisnis hotel ini, Angkasa Pura mengusung merek hotel, Ibis Budget Angkasa Pura Hotel.

Jika tak ada aral melintang, kedua hotel ini mulai beroperasi November tahun ini juga. "Kami akan hadir saat peak season musim liburan," ungkap Widodo Warmer, selaku Direktur Utama PT Angkasa Pura Hotels, anak perusahaan bentukan AP I.

Angkasa Pura Hotels bahkan berani mematok target miliki 2022 unit kamar hotel budget sampai 2016 mendatang. "Setelah membangun di Surabaya dan Makassar, Juli ini kami akan bangun hotel di Bandara Ngurah Rai," papar Widodo.

Tak hanya AP I, ada lagi perusahaan pelat merah yang kini ikutan berbisnis hotel budget. Perusahaan itu adalah PT Pos Indonesia. Perusahaan pelat merah yang memiliki jaringan bisnis sampai ke pelosok desa ini juga akan ikutan berbisnis hotel budget.

Untuk berbisnis hotel budget, Pos Indonesia investasi senilai Rp 70 miliar. "Kami punya aset di 2.200 titik yang tersebar di seluruh Indonesia, di antaranya 200 titik telah diverifikasi untuk pemanfaatan hotel," kata Direktur Utama PT Pos, I Ketut Mardjana.

Tahap pertama, Pos Indonesia membangun dua hotel budget di kota Bandung. Pos Indonesia membangun hotel di kota Kembang ini, karena memiliki aset properti di sana. Selain itu, Bandung memang dikenal sebagai tujuan wisata bagi warga Jabodetabek.

Sama dengan Angkasa Pura I, Pos Indonesia mengandalkan kerja sama dengan operator hotel budget yang sudah berpengalaman, yakni Amaris Hotel, anak perusahaan dari Kompas Gramedia.

Emiten properti kejar-kejaran bangun hotel budget

Sebelum perusahaan pelat merah melirik potensi hotel budget, raksasa pengembang properti sudah duluan melirik peluang bisnis hotel budget ini. Pengembang yang melirik potensi hotel budget itu kebanyakan adalah pengembang kelas kakap.

Tengok saja PT Ciputra Property Tbk (CTRP), yang berani menyisihkan modal Rp 115 miliar tahun ini untuk membangun enam hotel budget. "Dana untuk akuisisi lahan dan membangun hotel budget," kata Direktur CTRP Arthadinata Djangkar di Jakarta.

Padahal, sebelumnya, CTRA sudah melanglang buana di bisnis hotel berkelas, salah satunya hotel Ciputra Jakarta yang berdiri 1994 dengan kelas bintang lima. Selain Jakarta, Ciputra juga memiliki hotel berbintang di daerah, seperti Hotel Ciputra Semarang.

Untuk terjun di bisnis hotel budget ini, CTRP tak mau tanggung-tanggung. Emiten yang listing di bursa ini sudah menguasai lahan di Bandung, Yogyakarta, Semarang dan Cirebon. Saat ini, perusahaan menjajaki akuisisi lahan di Bengkulu dan Banjarmasin.

Ambisi dari CTRP ini sepertinya ingin menjadi penguasa bisnis hotel budget. Ini terlihat dari rencana perusahaan yang ingin berniat membangun 20 hotel budget dalam dua tahun kedepan. Untuk mengelola bisnis barunya ini, CTRP akan menyerahkannya ke PT Ciputra Hospitality.

Untuk setiap hotel budget ini, CTRP berinvestasi Rp 35 miliar sudah termasuk tanah. CTRP menargetkan, mampu merealisasikan hotel budget mulai 2014 mendatang. Sayangnya, CTRP enggan mengungkap nama merek hotel budget-nya itu.

Lokasi pertama yang dipilih untuk mendirikan hotel adalah Bandung, tepatnya di Jalan Pasir Kaliki, tidak jauh dari stasiun dan Bandara Husein Sastranegara. Soal pengelolaan hotel, CTRP tak mau berbagi rezeki dengan operator hotel.

Pengembang properti raksasa Indonesia ini memilih mengoperasikan hotel sendiri. Untul tarif hotel budget tersebut, CTRP mematok tarif antara Rp 300.000-Rp 450.000 per malam, tergantung lokasi kotanya.

Tak hanya CTRP, terdapat PT Intiland Development Tbk yang melirik peluang bisnis menggiurkan di hotel budget. Pengembang properti ini mengusung merek Whiz Hotel sebagai merek hotel budget milik perusahaan berkode emiten DILD ini.

Saat ini, perseroan sudah menghadirkan Whiz Hotel di Yogyakarta dan Semarang dan satu hotel lagi di Bali. Untuk tahap selanjutnya, Intiland akan membangun Whiz hotel di Bogor dan Cikini (Jakarta) yang diprediksi selesai 2013 mendatang.

Selanjutnya, perusahaan akan membangun hotel budget di Palangkaraya Makassar, Nusa Dua Bali, Balikpapan serta Jakarta. Jangka panjang, Intiland berniat membangun 60 hotel budget di kota-kota penting di Indonesia.

Seakan tak mau ketinggalan, emiten PT Agung Podomoro Land Tbk juga ikut meramaikan industri hotel budget di Indonesia. Raksasa properti ini mendirikan PT Sentral Agung Indah (SAI) yang membangun hotel budget dengan 200 kamar di Kelapa Gading, Jakarta Utara.

"Kami mengambil alih showroom mobil yang sudah tidak terpakai," terang Sekretaris Perusahaan Agung Podomoro, F. Justini. Hotel yang saat ini dalam tahap pembangunan itu akan di diserahkan pengelolaannya kepada Panorama Group dengan nama The BnB Hotel. Perseroan berharap, hotel ini beroperasi tahun ini juga.

Sementara itu Panorama sendiri menargetkan mengelola sekitar 30 hotel budget dalam lima tahun kedepan. Hotel tersebut tidak harus dibangun oleh pihak Panorama, melainkan bisa bekerjasama dengan pihak lain, salah satunya dengan Agung Podomoro.

“Investasinya tidak terlalu besar, karena kita tidak perlu membangun hotel untuk mengelolanya, kita akan bekerjasama dengan pihak lokal dan bekerjasama dengan mengelola hotel milik pihak lain, sehingga bisa menekan investasi,” ungkap Budi Tirtawisata, Chief Executive Officer (CEO) Panorama Group.

Manisnya cerug pasar hotel budget juga dilirik PT Bakrieland Development Tbk. Tahun ini, Bakrieland merilis budget hotel yang diberi nama Elty Hotel, sesuai dengan kode emiten perusahaan.

Presiden Direktur dan Chief Executive Officer (CEO) Bakrieland Hiramsyah Sambudhy Thaib bilang, saat ini perusahaan baru ingin mencoba membangun satu hotel budget sebagai prototype. "Ada tiga pilihan lokasi, di Jakarta dan luar Jakarta," ujarnya.

Bukan hanya Bakrieland, PT Metropolitan Land Tbk (Metland) juga berambisi membangun 20 budget sampai lima tahun ke depan. Ini berarti Metland meluncurkan rata-rata empat sampai lima hotel setiap tahunnya.

"Masih banyak peluang untuk orang yang cuma menginap untuk bisnis, bukan leisure," ujar Olivia Surodjo, Sekretaris Perusahaan Metland kepada KONTAN. Budget hotel milik Metland mengusung nama @HOM, yang akan berdiri di kota-kota besar seperti Jakarta, Cirebon, Solo, dan Tasikmalaya.

Olivia menargetkan, hotel budget @HOM beroperasi tahun depan. "Saat ini masih tahap awal akuisisi lahan, desain, dan konstruksi," jelas Olivia. Sekedar informasi, setiap unit @HOM butuh lahan antara 1.000 sampai 2.000 meter persegi (m2), dengan investasi antara Rp 30 miliar sampai Rp 35 miliar mencakup tanah dan bangunan.

Berapa besar peluang bisnis hotel budget?

Tentu ada alasan bagi investor untuk berbisnis hotel budget tersebut. Grup Ciputra misalnya, melirik peluang pasar yang besar di bisnis hotel budget ini. Ciputra melihat perkembangan bisnis budget selaras dengan perkembangan bisnis maskapai penerbangan.

Direktur Grup Ciputra Sugwantono Tanto bilang, perusahaannya terjun ke bisnis hotel budget karena ingin menikmati imbas dari perkembangan bisnis maskapai, khususnya maskapai berbiaya rendah. "Dari sanalah kami melihat permintaan hotel budget cukup besar," jelasnya.

Banyak penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan itu membutuhkan hotel yang tidak terlalu mewah. Mereka mengincar hotel dengan layanan sederhana tetapi nyaman untuk melakukan aktivitas, baik bisnis, wisata atau untuk rapat di luar kota.Peluang inilah yang tidak disia-siakan Ciputra.

Hal senada juga disampaikan oleh Nuzirman Nurdin, Kepala Hubungan Investor Bakrieland. Ia menyebutkan, hotel budget memiliki peluang karena tingginya permintaan dari pasar wisatawan domestik. " Okupansi budget hotel yang sudah ada, sudah bagus," jelas Kepala Hubungan Investor, Bakrieland Nuzirman Nurdin.

Menurutnya, pasar yang ingin dijaring budget hotel adalah pebisnis yang tidak tinggal terlalu lama, hanya satu-dua hari. Biasanya mereka adalah pelaku bisnis yang sering melakukan perjalanan antar kota.

Sementara itu, Rudiana, Wakil Ketua Association of the Indonesia Tour and Travel Agencies menilai, ekspansi emiten mendirikan hotel budget itu masih sesuai dengan permintaan pasar. "Pasarnya mengimbangi maskapai berbiaya rendah. Hampir mustahil orang yang bepergian dengan maskapai murah memilih hotel berbintang," ujarnya.

Menurut Rudiana, semakin banyak penumpang maskapai berbiaya rendah, maka semakin banyaklah peluang bisnis hotel budget ini. Rudiana mencatat, okupansi hotel budget sepanjang kuartal satu kemarin sudah mencapai di atas 70%. Bahkan, saat peak season dan long weekend malah bisa mencapai 90%-100%.

Selain okupansi yang tinggi, modal mendirikan hotel budget terbilang rendah ketimbang membangun hotel berbintang. Rata-rata, perusahaan properti yang membangun hotel budget merogioh investasi sekitar Rp 30 miliar sampai Rp 40 miliar, termasuk tanah.

Dengan biaya investasi yang rendah ini, hitungan bali modalnya juga lebih cepat ketimbang membangun hotel berbintang yang membutuhkan modal besar.

Lokasi yang menjadi intaian hotel budget ini adalah kawasan sub-urban, kota besar, serta kota-kota kecil yang mencatat pertumbuhan ekonomi. Lokasi inilah yang dilirik oleh investor hotel budget. Tertarik?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×