kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%
FOKUS /

Private Placement Rp 24 Triliun, Langkah Bumi Resources (BUMI) Merampungkan Utang


Rabu, 12 Oktober 2022 / 05:00 WIB
Private Placement Rp 24 Triliun, Langkah Bumi Resources (BUMI) Merampungkan Utang


Reporter: Akhmad Suryahadi, Wahyu Tri Rahmawati, Yuliana Hema | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) kembali ramai ditransaksikan dalam beberapa bulan belakangan ini. Kebangkitan saham BUMI dari level gocap menyusul lonjakan transaksi hingga menjadi saham yang paling banyak ditransaksikan sebulan terakhir dipicu oleh sejumlah hal.

Pertama, BUMI bersiap merampungkan konversi utang menjadi saham. Konversi ini menyebabkan utang Bumi Resources berkurang. Kedua, masih terkait konversi utang, BUMI menerbitkan saham baru lewat private placement untuk konversi. Penerbitan saham baru ini mendatangkan investor baru, termasuk Grup Salim yang segera masuk. Ketiga, lonjakan harga batubara yang menjadi komoditas utama BUMI Resources.

Pemegang saham Bumi Resources menyetujui penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement dengan nilai total Rp 24 triliun atau setara US$ 1,6 triliun. Persetujuan ini diambil pada rapat umum pemegang saham luar biasa BUMI, Selasa (11/10). 

Dalam private placement, BUMI akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 200 miliar saham dengan harga pelaksanaan Rp 120 per saham. Jumlah saham yang dijual ini setara dengan 58,17% dari modal disetor BUMI. Tanggal pelaksanaan ditargetkan pada 18 Oktober 2022.

"Tujuan PMTHMETD adalah untuk memperkuat struktur modal perusahaan, peningkatan profit, penurunan rasio utang, dan peningkatan nilai perusahaan dan nilai investasi," ungkap Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava dalam keterbukaan informasi, Selasa (11/10).

Baca Juga: Ada Grup Salim, Ini Pemegang Saham Bumi Resources (BUMI) Pasca Private Placement

Grup Salim

Anthoni Salim akan turut ambil bagian dalam private placement Bumi Resources melalui perusahaan cangkang asal Hong Kong. Dalam dokumen keterbukaan informasi, Salim akan masuk lewat dua perusahaan cangkang, yakni Mach Energy Limited dan Treasure Global Investment. 

Mach Energy Limited akan mengambil 85% private placement BUMI. Sedangkan Treasure Global akan mengambil sisa 15%.

Pemegang saham Mach Energy Limited terdiri dari Grup Bakrie lewat PT Bakrie Capital Indonesia (BIC) sebesar 42,50%, Clover Wide Limited sebesar 15%, dan Mach Energy Pte Ltd yang di bawah kendali Grup Salim sebesar 42,50%.

Sementara, pemegang saham Treasure Global Mach Energy Pte Ltd sebesar 83,85% dan PT Aswana Pinasthika yang dikendalikan oleh Agoes Projosasmito sebesar 16,15%. 

Baca Juga: Join Control di BUMI Bersama Grup Bakrie, Posisi Grup Salim Dinilai Lebih Kuat

Dengan asumsi Agoes Projosasmito merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Anthoni Salim di Grup Bakrie, maka kepemilikan Grup Salim atas saham BUMI dari aksi PMTHMETD tersebut adalah sekitar 127,75 miliar saham BUMI atau setara  37,15% dari total modal BUMI yang ditempatkan dan disetor penuh pasca PMTHMETD. 

Kepemilikan Grup Bakrie akan meningkat dari 17,61% menjadi 28,38% setelah private placement. Kepemilikan ini terdiri dari sebelum private placement sebesar 7,37% dan tidak langsung melalui Mach Energy Limited sebesar 21,01%.

Setelah private placement, Mach Energy Limited menjadi pemegang saham terbesar BUMI dengan kepemilikan 49,44%. Treasure Global akan memiliki 8,72% saham BUMI. Sedangkan Grup Bakrie (di luar Mach) memiliki 7,37%. 

Chengdong Investment Corp akan memiliki 4,31%. Sedangkan persentase pemegang saham publik dengan kepemilikan kurang dari 5% turun dari 72,07% menjadi 30,15% setelah private placement. 

Baca Juga: Kantongi Restu Private Placement, Saham Bumi Resources (BUMI) Makin Menarik?

Utang Jumbo dan PKPU

Bumi Resources memiliki utang jumbo sejak tahun 2009 dari sejumlah kreditur. Bumi Resources berutang untuk mengakuisisi saham sejumlah tambang. Pada akhir 2012, mayoritas utang BUMI masih merupakan utang jangka panjang yang ketika itu mencapai US$ 3,14 miliar. 

Di tahun 2013, utang jangka panjang ini bergeser makin mendekati jatuh tempo. Dari total utang jangka panjang ini, sebesar US$ 1,56 miliar menjadi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun. Pada tahun 2013 pula BUMI mulai mencatatkan defisiensi modal neto US$ 303 juta.

Defisiensi modal BUMI membesar menjadi US$ 733 juta di tahun 2014. Pada tahun ini pinjaman jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun BUMI mencapai US$ 3,58 miliar.

BUMI gagal bayar pokok dan bunga utang di tahun 2015. Pinjaman jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun BUMI mencapai US$ 3,6 miliar. Sementara defisiensi modal bersih BUMI membengkak menjadi US$ 2,9 miliar.

Baca Juga: Begini Strategi Bumi Resources (BUMI) Pasca Private Placement

Berdasarkan laporan keuangan BUMI, pada April 2016, salah satu kreditur Bumi Resources mengajukan tuntutan atas penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) atas gagal bayar bunga. Proses awal restrukturisasi utang BUMI berlangsung di tahun ini. Pada November 2016, Bumi Resources dan kreditur PKPU meneken perjanjian perdamaian. Hasil perjanjian perdamaian ini menggeser utang jangka pendek BUMI. Pada akhir tahun, utang jangka panjang BUMI mencapai US$ 3,86 miliar. 

BUMI mulai merestrukturisasi utang di tahun 2017 lewat konversi utang menjadi saham. Penerbitan saham BUMI dalam lima tahun terakhir mengangkat jumlah modal disetor emiten tambang batubara ini.

Pada akhir 2016, modal ditempatkan dan disetor Bumi Resources hanya 36,63 miliar saham dengan pinjaman US$ 3,86 miliar. Pada Juni 2022, modal ditempatkan dan disetor penuh BUMI naik 3,5 kali lipat menjadi 128,86 miliar saham. Setelah private placement, modal disetor BUMI kembali melesat menjadi 343,84 miliar saham dengan utang yang hampir rampung. 

Baca Juga: Indeks Sektor Energi Menguat 6,05% Sepekan, Saham BUMI Memimpin

Kinerja Keuangan BUMI

Perusahaan tambang batubara ini memiliki total aset US$ 4,46 miliar per Juni 2022. Total liabilitas BUMI mencapai US$ 3,57 miliar. Sementara ekuitas bersih BUMI US$ 887,59 juta. BUMI masih memiliki jumlah defisiensi modal sebesar US$ 331,43 juta pada akhir semester pertama tahun ini.

Dalam keterbukaan informasi rencana private placement, BUMI mengatakan, PMTHMETD akan menyebabkan penurunan total liabilitas Bumi Resources sebesar US$ 1,52 miliar.

"Penurunan total kewajiban US$ 1,52 miliar merupakan nilai bersih karena pembayaran utang PKPU sebesar US$ 1,56 miliar dengan berupa pajak terutang sebesar US$ 37,88 juta dari bagian bunga utang PKPU yang dibayarkan," ungkap Bumi Resources.

Senior Investment Information Martha Christina menjelaskan perbaikan berbagai rasio akan BUMI menjadi hal yang menarik. Debt to equity ratio (DER) yang saat ini mencapai 4 kali akan turun menjadi 0,8 kali. 

Baca Juga: Sudah Turun 5%, Analis Ingatkan Harga Saham BUMI Bisa Turun Lagi, Cek Alasannya

Price to earning ratio (PER) BUMI saat ini mencapai 5,4 kali. Setelah private placement, PER BUMI akan meningkat jadi 12,5 kali. 

"Karena jumlah beredar sahamnya bertambah banyak PER akan naik menjadi sekitar 12,5 kali. Earning per share (EPS) turun karena jumlah salah yang beredar," kata Martha, Selasa (11/10). 

Dari sisi price book value (PBV), dengan adanya penambahan modal otomatis ekuitas BUMI akan menjadi positif. PVB BUMI yang saat ini mencapai -5,4 kali akan naik menjadi 2,2 kali. 

"Private placement ini sangat ditunggu, bukan meningkatkan pendapatan tapi dari sisi beban. Otomatis dengan beban bunga berkurang, laba akan bertambah, itu yang akan bagus dari sisi perusahaan," kata Martha. 

Baca Juga: Harga Batubara Diproyeksi Masih Solid, Cek Rekomendasi Sahamnya

Harga Batubara

Sama seperti emiten tambang batubara lain, kinerja keuangan BUMI tahun ini turut terangkat oleh lonjakan harga batubara. Pendapatan BUMI melesat 130% menjadi US$ 968,69 juta di enam bulan pertama tahun ini.

BUMI melaporkan bahwa harga jual batubara sepanjang semester pertama tahun ini meningkat 92%. Kenaikan harga jual ini mengimbangi volume produksi dan penjualan yang masing-masing turun 14% dan 16%.

Lonjakan harga yang tinggi menyebabkan BUMI mencatat laba bersih yang melaju kencang. Laba bersih Bumi Resources semester pertama ini melonjak 87,71% menjadi US$ 167,67 juta dari sebelumnya hanya US$ 1,89 juta.

Pengamat Pasar Modal Teguh Hidayat menyebut, masuknya Grup Salim ke dalam BUMI Salim ditengarai oleh ambisi Grup Salim untuk masuk ke bisnis batubara menyusul grup konglomerasi besar lainnya yang telah memiliki tambang batubara. Sektor energi dinilai masih menarik. 

 

Memang sektor batubara bersifat siklikal, dalam artian suatu saat akan turun. Tetapi dalam jangka pendek, Teguh menilai sektor ini masih memiliki prospek yang oke.

Sementara jika mengakuisisi tambang batubara, kocek yang mesti dikeluarkan Grup Salim pasti lebih mahal, mengingat harga komoditas energi tersebut sedang di atas angin.

“Tambang batubara tidak ada yang dijual murah, di sisi lain sekarang ada BUMI yang posisinya membutuhkan uang untuk restrukturisasi utang,” terang Teguh kepada Kontan.co.id, Minggu (9/10).

BUMI, meskipun masih memiliki utang yang banyak, tercatat memiliki potensi tambang batubara yang besar. Anak usaha BUMI, yakni PT Kaltim Prima Coal (KPC) merupakan tambang batubara terbesar di Indonesia dengan angka produksi hampir mencapai 100 juta ton batubara per tahun.

Baca Juga: Kejar Target, Bumi Resources (BUMI) Pilih Private Placement Dibanding Rights Issue

Kinerja Saham BUMI

Menurut data RTI, harga saham BUMI turun 19,61% dalam sebulan terakhir ke Rp 164 per saham hingga Selasa (11/10). Dalam enam bulan terakhir, harga saham BUMI melejit 177,97%. Pada periode setahun terakhir, harga saham BUMI melonjak 209,43%. Sementara dalam lima tahun terakhir, harga saham BUMI tercatat turun 55,91%.

Menurut data Bloomberg, saham BUMI mencapai harga tertinggi Rp 7.943 per saham pada 12 Juni 2008 dan kemudian anjlok menjelang akhir 2008. Sebelum masalah utang mencuat, harga saham BUMI pun masih bergerak di harga ribuan rupiah. Tapi setelah masalah utang, harga saham BUMI bergerak di harga ratusan rupiah, bahkan mentok di harga terendah Rp 50 per saham.

Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana menuturkan BUMI dipandang menarik karena adanya kenaikan harga batubara dan seiringan peningkatan produksi. Wawan menyebut secara prospek, BUMI masih menarik untuk dilirik. Namun secara fundamental, BUMI masih kalah dengan emiten tambang lainnya yang sudah bisa mencicipi laba akibat kenaikan harga batubara seperti, ADRO, ITMG, PTBA dan HRUM. 

Baca Juga: Musim Dingin Memanaskan Prospek Emiten Batubara

"Langkah Grup Salim masuk BUMI melihat bahwa secara strategi konglomerasi butuh sektor energi dan BUMI salah satu cadangan batubara yang paling besar di Indonesia," kata Wawan, Selasa (11/10). 

Wawan menekankan, investor ritel yang berniat beli saham BUMI perlu tahu betul bahwa investor kakap yang masuk dalam tubuh Bumi Resources itu akan investasi dalam jangka panjang. Harga saham BUMI masih berpotensi naik. Namun, Wawan menilai pergerakan harga saham BUMI punya volatilitas yang tinggi. 

"Pergerakan harga BUMI tidak selalu karena harga batubara tapi karena aksi korporasi yang akan dilakukan," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×