kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.924.000   -21.000   -1,08%
  • USD/IDR 16.296   4,00   0,02%
  • IDX 7.762   156,02   2,05%
  • KOMPAS100 1.100   18,77   1,74%
  • LQ45 818   18,49   2,31%
  • ISSI 257   3,37   1,33%
  • IDX30 423   9,52   2,30%
  • IDXHIDIV20 484   11,10   2,35%
  • IDX80 123   2,18   1,81%
  • IDXV30 127   1,31   1,04%
  • IDXQ30 135   3,07   2,32%

Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2025 di Atas Ekspektasi, Kredibilitas Data Diragukan


Selasa, 12 Agustus 2025 / 09:59 WIB
Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2025 di Atas Ekspektasi, Kredibilitas Data Diragukan
ILUSTRASI. Data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 dipertanyakan. Pasalnya, data ini, dinilai tak sesuai dengan kondisi riil di lapangan. (KONTAN/Cheppy A. Muchlis)


Reporter: Dendi Siswanto, Herlina KD, Nurtiandriyani Simamora, Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 dipertanyakan. Pasalnya, data ini, dinilai tak sesuai dengan kondisi riil di lapangan. 

Seperti diketahui, pada Selasa (5/8/2025), Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 sebesar 5,12% secara tahunan alias year on year (YoY). 

Bila dilihat lebih rinci, hampir seluruh komponen mencatat pertumbuhan, kecuali konsumsi pemerintah yang tumbuh negatif. 

Yang menarik, selain konsumsi rumah tangga, yang selama ini selalu menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia, kinerja ekspor dan impor juga menunjukkan pertumbuhan yang fantasis.

Data BPS mencatat, pada kuartal II-2025 konsumsi rumah tangga tumbuh 4,97%, sedangkan ekspor dan impor masing-masing tumbuh 10,67% dan 11,65%.   

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh. Edy Mahmud menyampaikan, komponen pengeluaran yang memberikan kontribusi terbesar adalah konsumsi rumah tangga dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB).

Pertumbuhan konsumsi ini kata Edy, menandakan masih kuatnya permintaan domestik.

Baca Juga: Ekonom BCA Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Tumbuh 5% pada Semester II

PMTB atau investasi tumbuh 6,99% YoY, tumbuh lebih tinggi dari kuartal sebelumnya sebesar 2,12% YoY, dengan kontribusi 27,83%.

“Dengan demikian, 82,08% Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II berasal dari konsumsi rumah tangga dan PMTB,” ungkapnya dalam konferensi pers Selasa (5/8/2025).

Terkait pertumbuhan ekspor, Edy bilang hal ini didorong oleh kenaikan nilai ekspor non minyak dan gas (migas) dan kunjungan wisatawan mancanegara.

Sedangkan kinerja impor  tumbuh 11,65%, namun kontribusinya negatif 20,66%.

Hasil kinerja pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 yang cukup tinggi ini justru memunculkan pertanyaan dari sejumlah kalangan. 

Pasalnya, hasil ini jauh di atas konsensus perkiraan para ekonom, dan dianggap bertentangan dengan indikator ekonomi lainnya.

Para ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 tak akan sampai 5%. Kepala Ekonom BCA David Sumual misalnya, yang memperkirakan ekonomi kuartal II-2-2025 hanya sekitar 4,8%.

David beralasan, rendahnya perkiraan pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2025 disebabka oleh beberapa faktor. Utamanya dari konsumsi domestik dan perdagangan internasional.

"Pertumbuhan konsumsi masyarakat melemah di kuartal ini," ujar David Minggu (3/8/2025).

Selain itu, David juga menyoroti meningkatnya impor akibat front loading jelang pengumuman tarif resiprokal AS. Sehingga, membuat banyak perusahaan yang mengimpor barang lebih awal agar tidak terkena tarif lebih tinggi. 

Sementara itu, Direktur Ekonomi Celios Nailul Huda memperkirakan pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal II-2025 hanya akan berada di kisaran 4,55%-4,65% saja.

Menurutnya, tekanan utama justru datang dari sektor manufaktur yang belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan. 

Data Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Juni 2025 tercatat ada di level 46,9, lebih rendah dari 47,4 di bulan sebelumnya. Ini menandakan bahwa sektor industri berada dalam fase kontraksi selama tiga bulan berturut-turut.

“PMI manufaktur Indonesia juga masih berada di bawah garis ekspansi. Artinya perusahaan di Indonesia tidak melakukan penambahan produksi. Bahkan cenderung mengurangi produk dan karyawan (PHK),” ujar Huda.

Huda melanjutkan, hal ini diakibatkan dari sisi permintaan yang melambat, dan konsumsi rumah tangga yang belum bisa tumbuh optimal.

Desak Klarifikasi BPS

Anomali data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 membuat sejumlah kalangan meragukan data yang dirilis BPS. Bahkan, sebagian menuntut BPS untuk melakukan klarifikasi lantaran jika dibiarkan bisa memicu kontroversi.

Salah satunya adalah Univesitas Paramadina yang meminta BPS untuk menjelaskan keakuratan data ini.

“Banyak kalangan tidak percaya, dan ini berpotensi bergulir menjadi bola liar yang merusak kredibilitas BPS,” demikian pernyataan tertulis Universitas Paramadina, Sabtu (9/8/2025).

Universitas Paramadina menilai, sebagai lembaga negara yang mengemban amanat konstitusi untuk menyediakan data yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan, publik berhak mengetahui secara jelas dan rinci data dari BPS.

Pertama, terkait metodologi dan asumsi perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB), termasuk sumber data, pembobotan sektor, dan metode estimasi, yang dapat diverifikasi oleh berbagai pihak.

Kedua, penjelasan mengenai kesenjangan antara data pertumbuhan ekonomi versi BPS dan indikator-indikator ekonomi sektoral yang justru menunjukkan perlambatan.

Baca Juga: Ekonom Maybank Perkirakan Ekonomi Semester II Tumbuh Stabil di 5%

Ketiga, komitmen BPS untuk menjaga independensi penuh dari tekanan atau intervensi pihak manapun, demi memastikan bahwa data bukanlah alat legitimasi politik, melainkan cerminan realita yang akurat.

Universitas Paramadina mengingatkan, kredibilitas BPS adalah modal utama kepercayaan publik. Jika data yang dirilis tidak selaras dengan kenyataan di lapangan, maka bukan hanya publik yang kehilangan pegangan, tetapi juga kebijakan ekonomi nasional akan salah arah.

Sementara itu, lembaga penelitian independen Center of Economic and Law Studies (CELIOS) mengirimkan surat permintaan investigasi pada Badan Statistik PBB yakni United Nations Statistics Division (UNSD) dan United Nations Statistical Commission. 

Direktur Eksekutif CELIOS Bhima Yudhistira mengungkapkan, upaya ini dilakukan untuk menjaga kredibilitas data BPS.

Menurutnya, surat CELIOS yang dikirim ke badan statistik PBB memuat permintaan peninjauan ulang data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025.

Pasalnya, CELIOS mencoba melihat ulang seluruh indikator yang disampaikan BPS, dan menemukan industri manufaktur tumbuh tinggi, padahal PMI Manufaktur tercatat kontraksi pada periode yang sama.

Porsi manufaktur terhadap PDB juga rendah yakni 18,67% dibanding kuartal ke-I 2025 yang sebesar 19,25%, yang artinya deindustrialisasi prematur terus terjadi.

Data PHK massal terus meningkat, dan industri padat karya terpukul oleh naiknya berbagai beban biaya. 

"Jadi apa dasarnya industri manufaktur bisa tumbuh 5,68% yoy? Data yang tidak sinkron tentu harus dijawab dengan transparansi.” ungkap Bhima dalam keterangan resminya, Jumat (8/8/2025).

Direktur Kebijakan Fiskal CELIOS Media Wahyudi Askar menambahkan, jika terjadi tekanan institusional atau intervensi dalam penyusunan data oleh BPS, itu bertentangan dengan Fundamental Principles of Official Statistics yang diadopsi oleh Komisi Statistik PBB.

Menurutnya, data yang kredibel bukan hanya persoalan teknis, tetapi berdampak langsung terhadap kredibilitas internasional Indonesia, dan kesejahteraan rakyat. 

Pemerintah Percaya Data BPS

Meski data pertumbuhan ekonomi RI kuartal II-2025 yang dirilis BPS menuai kritik dari sejumlah pihak, namun pemerintah tetap mempercayai integritas data BPS. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan, seluruh indikator yang digunakan pemerintah, baik terkait konsumsi rumah tangga maupun indikator lain, mengacu pada data resmi dari lembaga statistik negara, dalam hal ini BPS.

"Selama ini kita menggunakan (data) BPS. Jadi BPS tentunya menjelaskan mengenai datanya, metodologinya, sumber informasinya, kita tetap mempercayai BPS," ungkapnya kepada awak media usai Rapat Kabinet Paripurna di Kompleks Istana Kepresidenan, Rabu (6/8/2025).

Baca Juga: Pemerintah Perlu Waspadai Fenomena Down Trading Masyarakat Kelas Menengah, Kenapa?

Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenanan atau Presidential Communaction Officer (PCO) Hasan Nasbi menegaskan bahwa data yang dilaporkan oleh BPS merupakan data yang valid dan diperhitungkan dengan benar.  

"Pemerintah itu jujur-jujur saja mengeluarkan data. Kalau turun dibilang turun, kalau naik dibilang naik," ujarnya di Jakarta, Kamis (7/8/2025). 

Sementara itu, Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti juga menegaskan,  dalam menyusun dan merilis data, BPS selalu berpegang pada standar internasional.

Ia juga memastikan bahwa seluruh data pendukung dalam perhitungan pertumbuhan ekonomi sudah lengkap dan andal.

Selanjutnya: 6,8 Juta Akun WhatsApp Diblokir, Ketahui Aturannya agar Tak Bernasib Sama

Menarik Dibaca: Ini Cara Untuk Dapatkan Modal Berbisnis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×