kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%
FOKUS /

Perekonomian baru sekedar tumbuh belum berkualitas


Selasa, 06 November 2012 / 16:21 WIB
Perekonomian baru sekedar tumbuh belum berkualitas
ILUSTRASI. Sinopsis & jadwal Tokyo Revengers episode 20: Seseorang akan menyelamatkan Mikey?


Reporter: Edy Can, Yudho Winarto, Herlina KD, Agus Triyono | Editor: Edy Can

Di tengah ketidakpastian ekonomi global, Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang pesat dibandingkan negara lainnya. Lantas, bagaimana kualitas pertumbuhan ekonomi di negara tertinggi kedua setelah China ini?

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga 2012 masih berada di atas 6% di tengah kondisi ekonomi global yang sedang sakit. Pertumbuhan ekonomi yang mencapai 6,17% ini ditopang oleh konsumsi domestik dan melonjaknya investasi.

Pertumbuhan ekonomi periode Juli-September ini lebih lamban dari kuartal sebelumnya. Penyebabnya karena ekspor yang menurun akibat kelesuan permintaan ekonomi global. Selama Januari-September 2012 lalu, nilai ekspor telah melemah 6,06% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi US$ 143 miliar.

Kendati melamban, pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga 2012 ini sesuai dengan prediksi para analis. Ekonom Standard Chartered Bank Eric Alexander Sugandi menyatakan angka pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga ini tidak buruk. Catatan saja, para ekonom memprediksikan pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga berkisar 6,2% hingga 6,3%.

Menilik pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga yang hanya sebesar 6,17%, BPS dan pemerintah mulai pesimis bisa mencapai target tahun ini yang sebesar 6,5%. Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Suhariyanto tak yakin target pertumbuhan ekonomi tahun ini tercapai. Dia mengkalkulasi, pertumbuhan ekonomi 2012 hanya akan berkisar 6,2% - 6,3%.

Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Prasetijono Widjojono juga senada. Dia berharap investasi dan realisasi belanja pemerintah bisa mendorong pertumbuhan ekonomi pada kuartal keempat mendatang. "Sampai akhir tahun mau tidak mau kami harus ngeden untuk bisa dapat pertumbuhan ekonomi sampai dengan 6,7% di kuartal IV agar target sebesar 6,5% bisa dicapai,” ujarnya.

Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih juga sependapat. Dia mengatakan, target yang ingin dicapai pemerintah sangat berat di tengah menurunnya kinerja ekspor. “Angka 6,5% saya kira sulit dicapai karena kita perlu 6,7%- 6,8%,” kata Lana.

Jauh sebelum perkiraan Suhariyanto dan pemerintah, lembaga seperti Dana Moneter Internasional (IMF) dan World Bank sudah menyampaikan perkiraan yang sama. Dalam World Economic Outlook yang diterbitkan Oktober 2012 lalu, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya sebesar 6,0% pada tahun ini (lihat tabel).

Alasannya karena pemulihan ekonomi global masih berjalan lamban. Negara-negara Eropa masih harus berjuang dari belitan utang sementara ekonomi Paman Sam masih lesu hingga tahun mendatang. Di sisi lain, dampak krisis ekonomi global sudah mulai menjalar negara emerging markets. (infografis)

Cuma, Bank Indonesia yang masih tetap optimis ekonomi menguat pada tahun ini. Berdasarkan hasil survei, bank sentral memperkirakan perekonomian tahun ini akan tumbuh 6,4%. Angka ini lebih tinggi dari proyeksi semula yang sebesar 6,3% karena menguatnya konsumsi domestik dan investasi.

Hasil survei Bank Indonesia pada Oktober lalu  menunjukkan, faktor pendorong pertumbuhan ekonomi karena konsumsi domestik dan investasi. Konsumsi rumah tangga selama enam triwulan terakhir tumbuh rata-rata 4,8%. Sementara investasi juga naik rata-rata sebesar 9,6%.

Kualitas pertumbuhan

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi belum sebanding dengan kualitasnya. Pemerintah mengakui kualitas pertumbuhan masih rendah.

Salah satu indikatornya angka kemiskinan. Beberapa waktu lalu, Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengakui, angka kemiskinan belum menurun secara drastis. Dia berharap perekonomian mampu mendorong terwujudnya program pro job dan pro-poor.

Beberapa waktu lalu di Hotel Sahid The Rich Jogja, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga mengatakan hal serupa. Dia mengakui angka kemiskinan yang berkisar 20 juta hingga 30 juta masih cukup tinggi. Tahun ini, pemerintah menargetkan angka kemiskinan turun menjadi 9,5% hingga 10,5% dari sekitar 11,9% jumlah populasi Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi juga belum mampu menyerap tenaga kerja yang besar. BPS mencatat, jumlah orang yang bekerja per Agustus 2012 lalu sebesar 110,8 juta orang atau hanya bertambah 2 juta orang dibandingkan Februari 2012 atau 1,1 juta orang dibandingkan Agustus 2011 lalu. Alhasil tingkat penggangguran per Agustus 2012 mencapai 6,14% atau turun tipis bila dibandingkan Februari 2012 yang sebesar 6,32%.

Padahal, berdasarkan target pemerintah, 1% pertumbuhan ekonomi bisa menyerap 450.000 tenaga kerja. Bila pertumbuhan mencapai 6,17% artinya ada penyerapan setidaknya 2,7 juta orang.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga menciptakan kesenjangan pendapatan yang semakin lebar. Bappenas mencatat gini ratio sudah mencapai 0,41 pada September 2012 lalu. Angka ini naik dari 0,35 pada 2007. Catatan saja, semakin tinggi gini ratio menunjukkan kesenjangan pendapatan semakin besar.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Armida S. Alisjahbana menuding tumbuhnya kelas menengah Indonesia akibat pertumbuhan ekonomi menyebabkan kesenjangan pendapatan semakin lebar. “Struktur pertumbuhan ekonomi juga banyak didorong oleh sektor jasa seperti komunikasi dan finansial. Memang beberapa tahun terakhir ini ada kesenjangan yang meningkat kami sangat concern bagaimana pola dan penyebabnya,” urainya.

Indeks Pembangunan Manusia juga tidak berubah drastis. UNDP mencatat, Indeks Pembangunan Manusia Indonesia 2011 berada di posisi 124 dari 187 negara. Posisi Indonesia berada di bawah Afrika Selatan dan di atas Vanuatu. Bandingkan dengan negara tetangga kita Filipina yang berada di posisi 112 dan Malaysia di posisi 61. Catatan saja, pertumbuhan ekonomi Filipina dan Malaysia berada di bawah Indonesia. Alhasil, pemerintah tampaknya harus bekerja keras mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Beberapa waktu lalu, Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengakui, angka kemiskinan belum menurun secara drastis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×