kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45861,67   -2,73   -0.32%
  • EMAS1.368.000 0,59%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%
FOKUS /

Pemerintahan Jokowi Mewariskan Utang Jumbo Untuk Prabowo Subianto


Senin, 10 Juni 2024 / 12:32 WIB
Pemerintahan Jokowi Mewariskan Utang Jumbo Untuk Prabowo Subianto
Presiden Joko Widodo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto saat penyerahan unit motor dari Kemenhan kepada Kodim 1503/Tual, Kabupaten Maluku Tenggara, Maluku, Rabu, 14 September 2022. Berdasarkan data Kemenkeu, total utang jatuh tempo dari tahun 2025 hingga 2029 mencapai Rp 3.748 triliun.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JELANG berakhirnya pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Maruf Amin, utang pemerintah tengah menjadi sorotan. Besarnya nilai utang pemerintah menjadi perhatian sejumlah kalangan.

Berdasarkan data Kementerian Keuangan (Kemenkeu), posisi utang pemerintah hingga April 2024 ini mencapai Rp 8.338,43 triliun. Posisi utang pemerintah jauh lebih tinggi ketimbang lima tahun lalu. Per akhir 2019, posisi utang pemerintah berada di angka Rp 4.779,28 triliun.

Sementara utang tersebut naik sebesar Rp 76,33 triliun dibandingkan bulan Maret 2024. Rasio utang pemerintah Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 38,64%.

Baca Juga: Ekonom Beberkan Tantangan Indonesia Menuju Peringkat Kredit Single A

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR pada Kamis (6/6/2024) kemarin mengatakan, posisi utang pemerintah tersebut masih dalam kondisi aman. 

Menurut Sri Mulyani, rasio utang Indonesia tersebut lebih rendah jika dibandingkan negara lain seperti Malaysia (60,4%), Thailand (61%), India (88,5%), hingga Argentina (85%).

Bahkan Sri Mulyani menyebut, dalam kondisi 10 tahun yakni pada tahun 2012 ke 2022, hampir semua negara mengalami lonjakan rasio utang.

"Kita lihat hampir G20 semua naik dari sisi debt GDP ratio, even seperti negara Rusia dalam hal itu. Saudi pun juga kenaikan dari utangnya karena mereka ingin membangun," katanya.

Baca Juga: Cadangan Devisa RI Meningkat Jadi US$139,0 Miliar pada Mei 2024

Mantan Direktur Bank Dunia ini menjelaskan, meski pada tahun 2020 angka defisit melonjak, namun pemerintah bisa melakukan konsolidasi fiskal dalam waktu yang segera.

Oleh karena itu, dirinya memastikan bahwa pemerintah akan terus berkomitmen untuk pengelolaan utang secara baik. "Ini sangat diperhatikan sekali dan dinotice sebagai suatu komitmen dari pengelolaan APBN yang baik," terangnya.

Dengan utang sebesar itu, beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) pada pemerintahan mendatang akan bertambah. Pasalnya, Berdasarkan data Kemenkeu, total utang jatuh tempo dari tahun 2025 hingga 2029 mencapai Rp 3.748 triliun.

Baca Juga: Utang Jatuh Tempo 2025 Tembus Rp 800 Triliun, Sri Mulyani Beri Penjelasan

Rinciannya adalah Rp 800,33 triliun pada tahun 2025, Rp 803,19 triliun pada tahun 2026, Rp 802,61 triliun pada tahun 2027, Rp 719,81 triliun pada tahun 2028, dan Rp 622,3 triliun pada tahun 2029. Mayoritas utang tersebut berbentuk Surat Berharga Negara (SBN).

Ketiban Tumpukan Utang

Pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka mewariskan utang dari zaman Pemerintahan Joko Widodo-Maruf Amin. Setidaknya mereka harus mempersiapkan anggaran negara yang kuat untuk membayar utang negara yang kian menumpuk.

Tren kenaikan utang pemerintah ini sudah terjadi sejak 2015, atau sejak periode pertama pemerintahan Jokowi. Jumlah utang pemerintah semakin besar, terutama dalam bentuk Surat Berharga Negara (SBN).

Selama ini, SBN menjadi komponen dominan dalam utang pemerintah. Bahkan, sejak 2001 hingga 2023, porsi SBN sebagai sumber pendanaan pemerintah semakin besar.

Baca Juga: Utang Pemerintah Indonesia Tembus Rp 8.338 Triliun, Begini Penjelasan Sri Mulyani

Pada 2001 misalnya, sebanyak 51,9% porsi utang pemerintah berasal dari SBN. Sementara pada tahun 2023, porsi utang pemerintah yang berasal dari SBN mencapai 88,6%.

Celakanya, pada pemerintahan baru ini akan menjadi tahun-tahun dengan pembayaran SBN tertinggi. Puncaknya adalah pada tahun 2025, di mana pemerintah harus membayar utang jatuh tempo sebesar Rp 704 triliun. Ini menjadi jumlah pembayaran utang jatuh tempo tertinggi dalam 40 tahun ke depan. 

Berdasarkan riset KONTAN, sebanyak 92,7% dari total SBN yang jatuh empo tahun 2025 diterbitkan setelah tahun 2014 atau setelah Jokowi memimpin.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan bahwa utang jatuh tempo yang relatif besar pada 2025 belum memasukkan potensi penambahan utang baru yang akan muncul terutama dalam beberapa tahun ke depan imbas dari kebijakan pemerintahan baru.

Baca Juga: DPR RI Soroti APBN 2025 Hanya Untuk Bayar Utang Jatuh Tempo Rp 782 Triliun

Untuk itu, ia menyarankan agar faktor utang menjadi pertimbangan pemerintah Ketika Menyusun anggaran belanja terutama dalam tiga hingga lima tahun mendatang. 

"Karena tentu dengan jatuh tempo utang yang besar ini berpotensi akan mendorong pemerintah untuk menerbitkan surat utang kembali dalam rangka membayar jatuh utang tempo tersebut," ujar Yusuf.

Minimalkan Utang dan Jaga Perekonomian

Salah satu solusi bagi pemerintahan baru yang dipimpin Prabowo Subianto dalam menghadapi tumpukan utang adalah dengan meminimalkan utang. Apalagi saat ini utang negara 90% berasal dari SUN yang mahal. Sebab berutang dari SUN tergolong mudah, pemerintah tinggal menerbitkan SUN dan Ketika tidak lagi, bunganya dinaikkan.

Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin menyarankan agar pemerintahan baru memperbanyak porsi utang program berjangka panjang dan berbunga rendah. Misalnya saja pinjaman dari Lembaga International seperti World Bank, Asian Development Bank, maupun Islamic Development Bank.

"Karena utang-utang dari lembaga itu sebenarnya banyak yang jangkanya panjang dan jauh lebih murah," pungkasnya.

Baca Juga: Ruang Fiskal Terbatas, Ekonom: Batas Atas Defisit APBN Tak Boleh Lebih 2,82% dari PDB

Dirinya juga mengkhawatirkan soal pembayaran bunga utang yang terus meningkat bahkan porsinya sudah 14% dari belanja APBN. "Posisinya sangat tinggi, bahkan tahun ini diprediksikan untuk membayar utang saja nilainya dua kali lebih tinggi dari capital expenditure," kata Wijayanto.

Sementara itu, Sri Mulyani mengatakan bahwa risiko dari profil utang jatu tempo ini sangat kecil apabila kondisi perekonomian Indonesia membaik. Kemudian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (ABPN) kredibel dan kondisi politiknya stabil.

"Sehingga jatuh tempo yang seperti kelihatan tinggi itu tidak menjadi masalah selama persepsi terhadap APBN, kebijakan fiskal ekonomi dan politik tetap sama," ujar Sri Mulyani 

Selanjutnya: Harga Kambing dan Sapi Kurban di Marketplace, Baznas, dan Bank Qurban

Menarik Dibaca: Bagus untuk Otak Anda, Intip 10 Manfaat Konsumsi Apel untuk Kesehatan yuk

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Pre-IPO : Explained Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM)

[X]
×