kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%
FOKUS /

PDI Perjuangan berkibar, IHSG justru terkapar


Jumat, 11 April 2014 / 06:44 WIB
PDI Perjuangan berkibar, IHSG justru terkapar
ILUSTRASI. Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Penny K. Lukito memaparkan hasil penindakan industri farmasi yang melanggar ketentuan pembuatan obat sirup?di gudang CV Samudera Chemical, Cimanggis, Depok, Rabu (9/11/2022).


Reporter: Asnil Bambani Amri, Dityasa H Forddanta, Cindy Silviana Sukma, Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Pemilihan umum (pemilu) legislatif usai digelar Rabu (9/4) lalu. Hasil hitung cepat Litbang Kompas dan semua lembaga yang mengadakan hitung cepat  menempatkan partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebagai pemimpin perolehan suara dari 11 partai politik lainnya.

Namun, berkibarnya partai berbendera warna merah di panggung politik itu disusul dengan merahnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) keesokan harinya. Pada penutupan perdagangan Kamis, (10/4), IHSG anjlok 3,16% ke posisi 4.765.

Analis memiliki pendapat beragam melihat penurunan IHSG ini. Diantaranya, hasil pemilu legislatif tak sesuai ekspektasi sebelumnya. John D Rachmat, Kepala Riset Mandiri Sekuritas bilang, pasar semula berharap salah satu partai bisa unggul lebih dari 20% suara.

Namun, hasil hitung cepat menyebutkan, jumlah suara PDI Perjuangan yang mengusung Joko Widodo alias Jokowi menjadi calon presiden masih bercokol di bawah 20% dari total jumlah suara. “Ini yang menyebabkan kekecewaan pasar dan menimbulkan interpretasi yang keliru,” kata John kepada KONTAN.

Menurut John, ada interpretasi yang salah yang menilai PDIP underperform dan sulit memenangkan pemilihan calon presiden nantinya. Padahal, kata John, secara historis di pemilu lalu, Partai Demokrat hanya dapat 20% suara di pemilu legislatif, tetapi berhasil meraih 60% suara saat pemilihan presiden.  

“Kesimpulannya, meski partai tersebut hanya memperoleh suara kecil di legislatif, calon presiden masih tetap memiliki potensi yang besar untuk menang Pemilu Presiden,” terang John.

Dana asing angkat kaki

Sedendang seirama dengan John, Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo menilai, pelaku pasar khususnya asing kebanyakan ingin Joko Widodo menjadi calon presiden. Namun, keinginan itu terganjal perolehan suara PDIP yang masih di bawah 20%.

Perlu diketahui, agar mulus mencalonkan Jokowi menjadi calon presiden, PDIP harus menguasai 20% suara. Jika kurang, maka PDIP harus menggalang dukungan atau koalisi dengan partai lainnya, agar bisa mengajukan calon presiden sendiri.

Karena suara tak mencapai presidential threshold, kans Jokowi menjadi calon presiden menjadi lebih berat. Artinya, PDIP harus mencari koalisi yang mau mengusung Jokowi sebagai calon presidennya. Akibatnya, "Pemodal asing mencapai tekanan jual. Posisi net sell cukup signifikan," ujar Satrio.

Dalam perdagangan Kamis (10/4), dana asing yang hengkang dari bursa tercatat Rp 1,45 triliun. Walaupun terbilang banyak, namun Satrio yakin, dana asing masih banyak di bursa saham. Dalam catatannya dari awal tahun, dana asing yang ke bursa sejak awal tahun mencapai Rp 30,88 triliun.

Namun, pendapat Satrio ini dibantah Analis First Asia Capital David Sutyanto. Menurut David, aksi jual yang dilakukan oleh asing itu lebih kental dengan alasan aksi ambil untung. Maklum, sejak awal tahun, kinerja IHSG cukup cemerlang.

Saham-saham properti rontok

Aksi jual yang terlalu deras di bursa saham sehari setelah pemilu digelar berdampak besar bagi emiten properti yang terjun 6,47%. Tercatat, saham properti yang masuk indeks LQ45 ramai-ramai menghiasi jajaran top losers selama perdagangan Kamis (10/4).

Top Losers saham LQ 45 pada perdagangan Kamis (10/4)

Emiten

% penurunan

Last price (Rp)

PT Adhi Karya Tbk (ADHI)

-13,37%

2.850

PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)

-12,70%

2.130

PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI)

-12,00%

545

PT Ciputra Development Tbk (CTRA)

-11,64%

1.025

PT PP (Persero) Tbk (PTPP)

- 11,02%

1.695

PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA)

-10,40%

905

PT Pakuwon Jati Tbk (PWON)

-10,08%

348

PT Waskita Karya Tbk (WSKT)

-9,62%

705

PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP)

-8,92%

22.725

PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE)

-8,79%

1.505

Satrio menganggap wajar penurunan saham properti ini. Menurutnya, saham konstruksi paling banyak diborong saat Jokowi Effect mendorong naik IHSG pada 20 Maret lalu. Selain itu, penurunan saham properti dinilai menjadi indikasi adanya aksi jual juga oleh investor lokal. 

Sebab, kata Satrio, saham properti selama ini menjadi andalan bagi investor lokal meraup cuan. Namun, penurunan saham sektor properti ini tak melulu karena faktor pemilu saja. Penurunan saham juga disumbang kinerja jelek emiten properti di kuartal I tahun ini.

Tengok saja, kinerja pra penjualan (marketing sales) PT Alam Sutera Tbk (ASRI) yang terpuruk di kuartal I tahun ini. Perseroan hanya mengantongi marketing sales Rp 800 miliar - Rp 900 miliar di kuartal I tahun ini, turun sekitar 30%-38,46% jika dibandingkan raihan marketing sales kuartal I tahun lalu yang mencapai Rp 1,3 triliun.

Hendra Kurniawan, Sekretaris Perusahaan ASRI bilang, perolehan marketing sales kuartal I itu baru 16-18% dari target Rp 5 triliun. "Penurunan ini karena efek likuiditas kredit bank yang ketat, sehingga tak leluasa seperti tahun lalu," jelas Hendra kepada KONTAN.

Kondisi hampir sama dialami pengembang properti PT Ciputra Development Tbk (CTRA). Tulus Soesanto, Sekretaris Perusahaan CTRA bilang, marketing sales perseroan turun sekitar 10% di periode Januari dan Februari tahun 2014, jika dibandingkan periode yang sama tahun 2013.

Dalam dua bulan pertama, grup Ciputra ini membukukan marketing sales konsolidasi Rp 1 triliun, atau sekitar 10% dari target tahun ini Rp 10 triliun. "Penurunan akibat suku bunga naik, depresiasi rupiah, dan aturan KPR baru tahun lalu," jelas Tulus.

Selain saham sektor properti, saham sektor lainnya di IHSG juga berguguran pasca pemilu digelar. Sektor perkebunan misalnya, turun 1,01%, pertambangan ambles 0,23%. Lalu sektor industri dasar serta industri lain-lain masing-masing melemah 5,55% dan 5,53%.

Begitu juga dengan sektor konsumer yang merosot 1,09%, perdagangan dan jasa melorot 2,29%, dan keuangan anjlok 3,58%. Kemudian, sektor infrastruktur jatuh 2,44% dan manufaktur turun 3,52%.

IHSG menanti kabar koalisi

Karena tak ada partai yang dominan menguasai suara di pemilu legislatif kemarin, membuat kondisi politik kian tak pasti. Sementara itu, agar bisa melanggengkan Jokowi jadi calon presiden, PDIP tentu harus menggalang koalisi dengan partai lainnya.

Begitu juga dengan partai lainnya, seperti Golkar yang menjagokan Aburizal Bakrie sebagai calon presiden. Kondisi serupa tentu dialami oleh Partai Gerindra yang dari awal sudah menggadang-gadang Prabowo menjadi calon presidennya.

"Ini di luar dugaan, tidak sesuai dengan ekspektasi pasar. Dengan adanya koalisi, ini menjadi semacam sentimen negatif sehingga pasar kembali menimbang jika majunya Jokowi menjadi presiden tidak akan berjalan dengan mudah," tutur Satrio.

Maka itu, sejumlah analis yang dihubungi KONTAN menilai, indeks cenderung terkoreksi satu atau dua hari atau sepekan ke depan, sampai ada kepastian soal koalisi. Walaupun ada peluang naik akibat sentimen regional, namun sifatnya dinilai masih terbatas.

David Sutyanto memperkirakan, penurunan IHSG ini hanya berlangsung sekitar sepekan. Berdasarkan perkiraannya, IHSG memiliki posisi support 4.600 dan resistance 4.900 sampai Jumat, (11/4). Ia pun tetap optimistis, IHSG bisa menyentuh 5.050 di akhir tahun.

Jadi memang, tak ada banyak pilihan bagi investor yang masuk ke bursa saat IHSG tengah merangkak naik menjelang pelaksanaan pemilu legislatif. dalam posisi IHSG saat ini, bisa dibilang portofolio mereka sedang menyangkut.

Namun, bagi investor yang sedang mencari celah untuk masuk, Satrio menyarankan untuk mencermati level support IHSG di level 4.650. Sebab, selama level ini belum ditembus, secara teknikal indeks masih memiliki potensi besar untuk rebound. Investor masih bisa mengharap perolehan gain dari posisi ini.

"Tapi, jika ternyata support berhasil dijebol, sebaiknya tunggu dulu hingga level 4.500, baru bisa masuk," tandas Satrio.

Sementara itu, Norico Garman, Kepala Riset BNI Securities menyarankan investor yang ingin masuk ke bursa untuk melakukan pembelian secara selektif. Kalau koreksi masih berlanjut, maka Norico menyarakan untuk melakukan akumulasi bertahap.

"Pilih saham-saham yang punya fundamental bagus, dan cari saham yang emitennya akan membagikan dividen," kata Norico. Dia menambahkan, sentimen positif dari membaiknya bursa regional memang bisa menjadi dasar keputusan investasi di bursa lokal.

Namun, tetap saja saat ini, investor lebih baik mencermati sentimen dari dalam negeri, mulai soal data-data makro ekonomi hingga soal pemilu. "Karena sekarang faktor internal lebih kuat, bisa mencapai 70% kekuatannya jika dibanding sentimen eksternal," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×