Reporter: Arfyana Citra Rahayu, Herlina KD | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masyarakat di berbagai daerah mulai mengeluhkan sulitnya mendapat gas LPG 3 kg akhir-akhir ini. Bahkan, di beberapa daerah mengklaim pasokan gas LPG 3 kg langka.
Salah satu penyebab seretnya pasokan gas LPG 3 kg ditengarai lantaran kenaikan konsumsi tabung gas melon ini di masyarakat.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, pada Juli 2023, konsumsi LPG 3 kg naik sekitar 2% sebagai dampak dari libur panjang seperti Idul Adha dan 1 Muharram.
"Kami sedang melakukan recovery dari penyediaan distribusinya untuk mempercepat. Namun demikian ketersediaan LPG 3 Kg ini terus dipastikan aman dan mudah-mudahan dalam satu minggu ke depan bisa berangsur normal,” ungkap Nicke di ICE BSD, Selasa (25/7).
Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan menyatakan, daerah dengan jumlah transaksi terbesar dan mengalami lonjakan penjualan hingga 31 Juli 2023 terjadi di Jawa Bagian Barat dan Jawa Bagian Tengah.
Baca Juga: Agar Lebih Tepat Sasaran, Kementerian ESDM Evaluasi Sistem Distribusi LPG 3 Kg
“Di Jawa Barat terdapat 36.000 pangkalan dan Jawa Bagian Tengah (JBT) 45.000 pangkalan. Kedua wilayah tersebut tidak terjadi kelangkaan,” ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (3/8).
Demi menjaga stok LPG, Nicke menjelaskan, Pertamina melalui Subholding Commercial & Trading yaitu PT Pertamina Patra Niaga melakukan pemantauan penyaluran LPG dan turut bekerja sama dengan Pemerintah Daerah untuk memastikan ketersediaan pasokan serta penyaluran LPG 3 Kg bersubsidi tepat sasaran.
Meski begitu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menilai kelangkaan LPG 3 kg di pasaran disebabkan oleh tata kelola distribusi yang kurang optimal.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Tutuka Ariadji mengungkapkan, kebijakan distribusi yang saat ini diterapkan oleh Pertamina tidak berjalan dengan baik di beberapa wilayah khususnya wilayah yang terpencil.
"Pertamina kan bikin aturan dan kebijakan. Untuk pengecer ini akses jualnya hanya 20% saja. Tampaknya ini ada sosialisasi yang kurang kencang lah," ujar Tutuka saat ditemui di Kementerian ESDM, Senin (31/7).
Tutuka menjelaskan, Pertamina saat ini memiliki kebijakan di mana penyaluran 80% LPG 3kg ada di pangkalan dan sebanyak 20% di pengecer.
"Pertamina memberi kebijakan yang pengecer 20% saja, artinya jumlah pengecer kan lebih sedikit. Ada sosialisasi yang kurang kencang lah sehingga mereka jumlah pengecer kurang, nah problem di sana," ungkap Tutuka ditemui di Kementerian ESDM, Senin (31/7).
Tutuka melanjutkan, skema ini mungkin saja berjalan dengan baik pada beberapa wilayah. Akan tetapi, skema ini justru tidak optimal pada beberapa wilayah yang terpencil.
Dengan jumlah pengecer yang terbatas, maka akan menyulitkan akses masyarakat untuk mendapatkan LPG subsidi.
Untuk itu, Kementerian ESDM pun telah memberikan instruksi pada Pertamina untuk mengevaluasi skema distribusi LPG 3 kg.
Jika menilik jumlah konsumsi LGP 3 kg tahun ini, sampai dengan akhir Juli 2023 realisasi penyaluran LPG subsidi atau LPG 3 kg sebanyak 58% dari kuota yang ditetapkan pada tahun ini sebanyak 8 juta Metrik Ton (MT) termasuk cadangan 0,5 juta MT.
Tutuka mengatakan, Kementerian ESDM bersama Pertamina terus memantau konsumsi LPG 3 kg sampai akhir tahun ini.
Tutuka menyatakan, Kementerian ESDM dan Komisi VII DPR RI sejatinya telah mengidentifikasi tren konsumsi LPG subsidi akan naik di sisa tahun ini. Maka itu diperlukan pemantauan ketat di lapangan yang akan dilakukan oleh PT Pertamina Patra Niaga selaku sub holding commercial and trading PT Pertamina.
Direktur Logistik dan Infrastruktur Pertamina, Alfian Nasution memastikan stok dan pasokan LPG 3 kg per Juli 2023 di posisi 14 hari, artinya stok cukup aman.
“Prognosa sampai akhir tahun akan menjaga di kisaran 14 hari sampai 15 hari. Pasokan LPG di bulan Juli sedikit di atas penjualan di mana pasokannya 700.000 MT sementara penjualan 690.000 MT,” terangnya.
Alfian menegaskan, stok LPG 3 kg akan terus dipenuhi dengan berbagai cara, baik itu produksi di dalam negeri maupun impor. Dia yakin Pertamina dapat menahan stok di posisi 14 hari hingga 15 hari.
Baca Juga: Realisasi Penyaluran LPG 3 Kg Capai 58% di Juli 2023, Cukup Sampai Akhir Tahun?
Dia menyatakan, Pertamina mendukung kebijakan pemerintah mengimplementasikan transformasi LPG 3 kg sesuai dengan Keputusan Dirjen Migas Kementerian ESDM No 99 Tahun 2023 tentang Penahapan Wilayah dan Waktu Pelaksanaan Pendistribusian Isi Ulang LPG Tertentu tepat sasaran.
“Pelaksanaan sudah dilakukan secara bertahap dan tentunya kami berharap ini bisa berjalan terus ke seluruh Indonesia,” tandasnya.
Konsumsi LPG 3 Kg Terus Naik
Jumlah konsumsi LPG 3 kg terus naik setiap tahun. Sebaliknya, jumlah konsumsi LPG non subsidi terus turun.
Tutuka Ariadji menyatakan, produk subsidi yakni LPG 3 kg kebutuhannya selalu naik dari tahun ke tahun, dengan kisaran kenaikan 4%-5%. Sedangkan non-subsidi mengalami penurunan 10% di tahun lalu.
“Ini tentu menjadi perhatian kami, bahwa sebenarnya apa yang terjadi di lapangan. Kenapa non-PSO (public service obligation) atau produk subsidi ini turun, apakah terjadi migrasi dari PSO ke non PSO. Faktanya ada beberapa pengoplosan, untuk itu pemerintah sedang betul-betul mengawasi hal ini,” ujarnya dalam konferens pers secara virtual, Kamis (3/8).
Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Kementerian ESDM, Maompang Harahap menjelaskan rata-rata peningkatan realisasi volume penyaluran LPG 3 kg tahun 2019 sampai 2022 sebesar 4,5% per tahun sehingga mencapai 7,8 juta metrik ton di 2022.
“Sedangkan rata-rata penurunan realisasi penyaluran LPG non subsidi tahun 2019 sampai 2022 itu sebesar 10,9% per tahun sehingga menjadi 0,46 juta metrik ton di tahun 2022,” ujarnya.
Realisasi subsidi tabung LPG 3 kg tahun 2022 sesuai dengan laporan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) audited senilai Rp 139 triliun, di mana porsi energi subsidi terbesar, termasuk pembayaran kurang bayar tahun 2022 dan 2021 sebesar Rp 15,64 triliun.
Sedangkan di tahun ini, pagu anggaran subsidi LPG 3 kg sebesar Rp 117,85 triliun. Realisasi pembayaran sampai dengan Juni Year to Date (YtD) atau Januari-Juni 2023 senilai Rp 37,73 triliun.
Maompang menceritakan, ada berbagai bentuk penyalahgunaan LPG 3 kg di lapangan. Misalnya saja berupa penimbunan atau penjualan melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan Pemerintah Daerah.
Selain itu, kerap kali penjualan LPG 3 kg dilakukan di wilayah yang bukan lokasi distribusi atau belum terkonversi dari minyak tanah sehingga pengangkutan tabung LPG menggunakan kendaraan yang tidak terdaftar di agen.
Baca Juga: Pertamina: Pembelian LPG 3 Kg Terbanyak Ada di Jawa Barat dan Jawa Tengah
Oleh karena itu, perlu penyempurnaan mekanisme pendistribusian LPG 3 kg yang saat ini berlaku. Pasalnya, pencatatan transaksi secara manual dalam log book pangkalan rawan manipulasi sehingga tidak mampu menunjukan profil pengguna LPG 3 yang sesungguhnya.
“Melalui upaya pencocokan data pengguna diharapkan dapat menjawab persoalan tersebut,” ujarnya.
Pendataan Konsumen Sasaran
Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan bilang, untuk meningkatkan efektivitas penyaluran LPG Subsidi, Pertamina terus menambah jumlah pangkalan di mana setiap tahunnya tren tersebut terus tumbuh 10%. Namun, lanjut Riva, strategi menambah pangkalan ini juga melihat ketersediaan kuota LPG.
“Sehingga sangat penting pangkalan dibuat berimbang dengan kebutuhan konsumen. Makanya dari analisa dan proses tersebut sangat penting untuk mengetahui jumlah konsumen yang merupakan sasaran LPG 3 kg,” terangnya.
Nah, sebagai upaya menyeimbangkan jumlah pangkalan dengan pasokan dan konsumennya, Riva mengemukakan saat ini Pertamina telah melakukan pendataan orang-orang yang berhak membeli LPG Subsidi.
Riva menjelaskan, pendataan yang saat ini sedang berjalan menggunakan sistem digitalisasi. Hingga 31 Juli 2023 Pertamina mencatat sudah ada 6,7 juta konsumen pengguna LPG yang datanya tercatat di sistem.
Baca Juga: Pertamina Patra Niaga Terus Tambah Jumlah Pangkalan LPG
“Jadi sebagai perbandingan, transaksi harian LPG 3 kg sebanyak 8,8 juta per hari dan saat ini per 31 Juli 2023 kami berhasil mendapatkan 6,7 juta konsumen pengguna LPG. Ini tercatat di seluruh pangkalan,” jelasnya.
Sampai dengan 31 Juli 2023 Pertamina merekam jumlah transaksi yang sudah berjalan menggunakan skema baru ini sebanyak 1,2 juta tabung.
“Ini merupakan salah satu indikasi bahwa masyarakat sudah mulai terbiasa dan mau melakukan pendataan di level pangakalan LPG untuk memanfaatkan sistem digitalisasi,” jelasnya.
Riva berharap, seluruh pendataan yang masuk ke sistem digital bisa diselesaikan pada kuartal III 2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News