kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.917   13,00   0,08%
  • IDX 7.197   56,12   0,79%
  • KOMPAS100 1.107   11,64   1,06%
  • LQ45 878   11,94   1,38%
  • ISSI 221   0,95   0,43%
  • IDX30 449   6,34   1,43%
  • IDXHIDIV20 540   5,67   1,06%
  • IDX80 127   1,46   1,16%
  • IDXV30 134   0,44   0,32%
  • IDXQ30 149   1,61   1,09%
FOKUS /

Otak-atik Portofolio Investasi di Tahun Politik, Instrumen Apa yang Menarik?


Senin, 08 Januari 2024 / 06:05 WIB
Otak-atik Portofolio Investasi di Tahun Politik, Instrumen Apa yang Menarik?
ILUSTRASI. Ilustrasi menaruh uang untuk investasi. KONTAN/Baihaki/24/11/2016


Reporter: Nur Qolbi, Pulina Nityakanti, Ridwan Nanda Mulyana, Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rangkaian Pemilu 2024 menjadi salah satu sentimen dalam pergerakan pasar di tahun 2024. Dampak hajatan politik terhadap pasar pun harus bisa dilihat investor sebelum mengatur portofolio investasi di tahun ini.

Perencana Keuangan Finansia Consulting Eko Endarto melihat, biasanya investor berada pada fase wait and see di tahun politik.

“Kewaspadaan menjadi tujuan utama dalam berinvestasi di tahun ini. Mereka biasanya akan mengambil posisi aman dan menunggu,” ujarnya kepada Kontan belum lama ini.

Eko pun menyarankan investor untuk menghindari risiko dan mengambil produk dengan risiko rendah. Hal itu untuk mengantisipasi adanya perubahan kebijakan saat pemerintahan berganti.

Baca Juga: Sempat Sentuh All Time High, Ini Prediksi Pergerakan IHSG dari Mirae Asset Sekuritas

Menurut Eko, deposito, obligasi negara, dan emas biasanya baik untuk dijadikan sarana safe heaven di tahun yang dinamis. Sementara, saham dan investasi berisiko lain belum dipilih dulu.

Untuk porsi investasi, investor konservatif bisa memilih 70% di emas dan obligasi serta 30% di saham dan instrumen risiko tinggi lainnya. Lalu investor moderat dan agresif bisa memilih 60% di emas dan obligasi serta 40% di saham dan instrumen risiko tinggi lainnya.

“Pada dasarnya, moderat dan agresif boleh sama. Sebab, waktunya tidak lama, paling lama hanya 2 tahun,” paparnya.

Karena masih melihat saham sebagai investasi yang berisiko tinggi di tahun ini, Eko pun belum menyarankan sektor dan saham secara spesifik untuk para investor.

“Untuk simpanan jangka panjang, saham bluechip bisa menjadi alternatif,” tuturnya.

Direktur Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM) Eri Kusnadi melihat, pergerakan instrumen investasi akan dipengaruhi oleh fundamental dan berita-berita ekonomi. Di tahun politik, apabila tidak ada sesuatu yang signifikan sekali, seharusnya dampaknya cukup moderat dan cenderung positif ke pasar.

“Tahun 2024 diperkirakan akan terjadi penurunan suku bunga AS dan juga domestik. Sehingga, kelas aset obligasi dan saham seharusnya berpotensi memberikan kinerja yang baik juga secara umum,” ujarnya.

Baca Juga: Hari Ini Stabil, Harga Emas Turun Hampir 1% Sepekan Pertama 2024

Prospek IHSG di Tahun Politik

Pada tahun 2024 ini, pelaku pasar disarankan tetap waspada, lantaran potensi volatilitas masih terbuka. Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Robertus Hardy dan Rut Yesika Simak dalam risetnya mengingatkan, investor perlu mengantisipasi kemungkinan volatilitas setidaknya hingga paruh pertama 2024.

Robertus dan Rut menyoroti tiga faktor yang berpotensi mendorong volatilitas tersebut. Meliputi ketegangan geopolitik, masih tingginya suku bunga, serta ketidakpastian politik dalam negeri selama periode Pemilihan Umum (Pemilu).

Pada tahun ini, Robertus dan Rut membandingkan dengan pergerakan IHSG pada tahun Pemilu sebelumnya, dimana terdapat kecenderungan indeks saham stagnan atau menurun pada periode Pemilu. 

"Namun biasanya menunjukkan perbaikan setelah hasil Pemilu menjadi jelas," ungkap Robertus dan Rut.

Head of Research Mega Capital Sekuritas (InvestasiKu) Cheril Tanuwijaya turut menyoroti sentimen tahun pemilu untuk prospek pasar saham pada 2024. Apalagi ada sekitar 40 negara, termasuk Indonesia yang melangsungkan Pemilu. Hajatan ini berpotensi menimbulkan ketidakpastian dan kehati-hatian bagi para investor.

Selain soal musim Pemilu, volatiltas pasar saham juga bisa tersulut oleh sejumlah faktor. Terutama dari perlambatan ekonomi global serta perkembangan konflik geopolitik, khususnya kelanjutan Rusia vs Ukraina dan konflik di Timur Tengah.

Namun di sisi lain, ada peluang pemangkasan suku bunga acuan, terutama dari Bank Sental Amerika Serikat (AS), The Fed. Katalis lainnya bisa datang dari normalisasi harga komoditas energi dan berlanjutnya pemulihan ekonomi domestik.

Equity Sales Jasa Utama Capital Sekuritas Alfredo Gusvirli mengamati sentimen yang lebih kondusif terkait faktor suku bunga acuan. Potensi penurunan suku bunga pada tahun depan akan membuat arah pasar saham lebih positif. Rotasi sektor pun berpeluang terjadi pada saham-saham yang sensitif terhadap tingkat suku bunga.

Alfredo mengunggulkan tiga sektor saham sebagai pilihan untuk tahun depan. Saat suku bunga berbalik arah, pelaku pasar bisa melirik sektor properti dan teknologi. Selanjutnya ada sektor infrastruktur, khususnya pada saham konstruksi, meski untuk ini tergantung dari arah pembangunan Presiden yang nanti terpilih.

Adapun, untuk target IHSG, Alfredo memproyeksikan IHSG bisa menembus level 7.800 pada tahun 2024. Sebagai strategi investasi, dia melirik saham sektor properti dan keuangan untuk awal tahun depan. 

"Sisanya disarankan lebih baik Wait and see terlebih dulu sampai Pemilu berakhir," ungkap Alfredo.

Baca Juga: Bisakah Reksadana Saham Mendatangkan Cuan di 2024?

Alfredo pun menyodorkan saham PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS). Target harga masing-masing ada di level Rp 730 dan Rp 2.250.

Prospek Emas Tetap Berkilau 

Sepanjang tahun 2023, harga emas spot meningkat 13,58% menjadi US$ 2.071,8 per ons troi di akhir Desember lalu. Ini merupakan kenaikan tahunan pertama dalam tiga tahun terakhir dan mencatat rekor harga tertinggi baru di US$ 2.145 pada awal Desember 2023. 

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, prospek emas di tahun 2024 tetap kuat. Ketertarikan terhadap emas di tahun ini utamanya didukung oleh potensi penurunan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat The Fed. 

Jika pelonggaran moneter terjadi, imbal hasil yang ditawarkan obligasi pemerintah jangka pendek dipastikan cenderung menurun. Hal ini menguntungkan bagi emas karena obligasi pemerintah merupakan pesaing aset investasi yang aman. 

Selain itu, ketika suku bunga turun karena perlambatan atau resesi ekonomi, saham mungkin kesulitan memberikan imbal hasil yang positif.

"Emas pada akhirnya berfungsi sebagai lindung nilai terhadap risiko dan ketakutan ekonomi, menawarkan kualitas diversifikasi yang unik pada portofolio investor karena tidak berkorelasi dengan obligasi dan saham," tutur Sutopo.

Sutopo memperkirakan, harga emas punya potensi untuk terkoreksi kembali ke US$ 2.000 atau di bawah sedikit pada kisaran US$ 1.975 per ons troi. Level tersebut dapat menjadi harga yang pantas dipertimbangkan untuk membeli kembali. 

Kinerja Reksadana Bisa Membaik

Kinerja reksadana saham mengalami perbaikan di penutupan tahun 2023. Diperkirakan pemulihan return kinerja reksadana saham berlanjut pada tahun 2024, meskipun terbatas.

Berdasarkan data Invofesta, sejak Januari 2023 hingga Desember 2023 return reksadana saham turun 3,73%. Meski begitu, periode 30 November - 29 Desember ada perbaikan dengan return 0,41%. 

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian menilai, pada awal tahun ini kinerja reksadana saham berpotensi melanjutkan perbaikan. Ini didorong sentimen January Effect.

"Betul, sinyalnya cukup kuat di bulan Januari ini, apalagi ada momen Pemilu yang sebentar lagi akan dilaksanakan di tengah belanja masyarakat yang akan naik," ujarnya.

Secara umum, pada tahun 2024 Infovesta memproyeksikan kinerja reksadana saham masih akan ada potensi kenaikan. Hanya saja pertumbuhan return akan terbatas.

Baca Juga: Cadangan Devisa Bisa Naik, Rupiah Bakal Stabil Tahun Ini

Di sisi lain, Reksadana pendapatan tetap tercatat menjadi jawara di tahun kemarin. Berdasarkan data Infovesta Utama, reksadana pendapatan tetap menjadi yang paling prospektif di tahun 2023, yaitu tumbuh 4,73% secara year to date (YTD) per 29 Desember 2023.

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan, kinerja reksadana secara keseluruhan di tahun 2023 masih bagus, tergantung dari kinerja masing-masing produk. Reksadana pendapatan tetap menjadi jawara di tahun 2023 disebabkan oleh ketidakpastian yang terjadi di pasar sepanjang tahun lalu.

Sementara Spv Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi menilai jenis reksadana yang berpotensi menawarkan return tinggi di tahun 2024 adalah reksadana saham dan reksadana saham syariah. 

Sentimennya adalah adanya dampak dari pemulihan ekonomi dan kinerja sektor-sektor pilihan. Reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang juga memiliki potensi yang menarik, walaupun dengan return yang lebih rendah. 

Reza mengatakan, reksadana campuran dapat menjadi pilihan bagi investor yang ingin diversifikasi portofolio. 

“Beberapa faktor yang dapat memengaruhi kinerja reksadana di tahun 2024 adalah kebijakan moneter global dan domestik, dinamika politik, dan kinerja emiten,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×