kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45915,35   16,58   1.84%
  • EMAS1.325.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%
FOKUS /

Meriahnya 60 tahun KAA , apa sih isinya?


Jumat, 24 April 2015 / 16:44 WIB
Meriahnya 60 tahun KAA , apa sih isinya?
ILUSTRASI. Ada 13 menu Super Deals tersedia dengan harga diskon di Promo AW Restoran November 2023


Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Indonesia menjadi pusat perhatian regional selama sepekan terakhir. Perayaan 60 tahun Konferensi Asia Afrika yang dihadiri 91 kepala negara dua benua ini bisa dibilang sukses ketika akhirnya ditutup dengan prosesi historical walk, Jumat (24/4).

Presiden Joko Widodo mencuri perayaan ini sejak awal. Ketika memberi pidato pembukaan, Rabu, Jokowi mengkritik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang tidak berdaya mengendalikan kekuatan sekelompok negara kaya, sehingga ketimpangan global kian kentara. Ketika menyerukan reformasi PBB, Jokowi disambut tepuk tangan meriah.

Pidato penutupan Jokowi tak kalah menarik. Dia menggelorakan kembali inti perjuangan negara selatan-selatan, yaitu kesejahteraan, solidaritas, stabilitas. “Ini merupakan suara kebangkitan bangsa-bangsa Asia Afrika yang tidak bisa diabaikan oleh siapapun,” tegas Jokowi di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Kamis (23/4).

Nah, marilah kita mengintip sedikit isi konferensi yang terakhir kali digelar 10 tahun lalu ini.

KTT Asia Afrika melahirkan tiga dokumen penting yaitu Pesan Bandung, Deklarasi Penyegaran Kemitraan Strategis Baru Asia-Afrika (NAASP), serta Deklarasi Palestina. Tiga dokumen yang disahkan Jokowi ini mendapat persetujuan dari para kepala negara peserta KAA.

Pesan Bandung

Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menjelaskan, Bandung Message menegaskan kembali komitmen negara di kawasan Asia-Afrika terhadap solidaritas dunia, pertumbuhan ekonomi dan hubungan sosial kultural. "Bandung Message berisi mekanisme operasional kerjasama, sehingga kita bisa meyakinkan implementasi," kata Retno, seperti dikutip Tribunnews.

Seperti tertera dalam dokumen Bandung Message, penguatan solidaritas politik misalnya, pentingnya membangun harmonisasi, memerangi kekerasan ekstrimis, rasisme, diskriminasi, xenophobia, serta meningkatkan dialog yang saling menghormati.  

Bandung Message juga mengingatkan, Asia Afrika mewakili 75% populasi dunia dan 30% Produk Domestik Bruto (PDB), sehingga memiliki peran penting dalam dunia internasional. Namun, disadari, investasi dan perdagangan intra-regional Asia Afrika belum penuh. Sehingga diperlukan komitmen meningkatkan kerjasama di bidang perdagangan, logistik, investasi, dan transportasi.

NAASP

Jika KAA berusia 60 tahun, kemitraan strategis NAASP baru berusia 10 tahun. Tapi, inilah penggerak negara-negara peserta untuk melaksanakan tujuan ambisius, berinisiatif, dan lebih aktif di kancah internasional.

Nantinya akan ada kelanjutan pertemuan pejabat senior atau tingkat menteri untuk menyuseskan 8 area kerjasama. Kerjasama tersebut: memerangi terorisme, memerangi kejahatan terorganisir transnasional, keamanan pangan, keamanan energi, usaha kecil-menengah (UKM), turisme, jaringan universitas Asia-Afrika, serta kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.

Sehingga kerjasama inter-regional dan lokal, serta meningkatkan hubungan di luar kawasan tetap dibutuhkan untuk meningkatkan investasi dan perdagangan. Tak ketinggalan kerjasama untuk pembangunan infrastruktur dan pengembangan sumber daya manusia.

Tak ketinggalan, NAASP juga menegaskan komitmen negara selatan-selatan untuk mendukung reformasi PBB termasuk organ-organnya seperti Majelis Umum (General Assembly) dan Dewan Keamanan (Security Council).

Deklarasi Palestina

Mendukung kemerdekaan Palestina menjadi bagian penting dalam pertemuan ini. Jokowi menegaskan, Palestina adalah satu-satunya negara yang masih dijajah sehingga penjajahan tersebut harus diakhiri. Tak hanya mendapat kesepakatan dari peserta, Indonesia secara khusus akan membangun konsul di Ramallah, Palestina, untuk membantu Palestina menjadi negara merdeka.

Perayaan sepekan ini diakhiri oleh acara historical walk di Bandung, dari hotel Savoy Homann ke Gedung Merdeka Bandung. Napak tilas ini mengenang pertemuan negara-negara Selatan ketika pertama kali digelar pada 1955 silam, Jumat (24/4).

Potensi vs Kemampuan

Aleksius Jemadu, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UPH melihat, perayaan ini menunjukkan keberhasilan diplomasi dua benua besar yang memiliki prospek besar serta tingkat pertumbuhan ekonomi yang termasuk tinggi di dunia. Pertemuan ini juga menghasilkan payung kerjasama positif seperti NAASP.

Namun, menurut dia, yang terpenting adalah memanfaatkan kemitraan strategis ini. Peluangnya sudah terlihat ketika pimpinan negara besar menghadiri KAA ini. Sebut saja Presiden China Xi Jinping, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, dan negara-negara utama dari Benua Hitam seperti Afrika Selatan dan Zimbabwe.

“Asia Afrika menjadi harapan ketika ekonomi Amerika Serikat dan Eropa masih turun,” kata Aleksius.

Ambisi boleh besar. Tapi Aleksius mengingatkan, harus mengimbangi dengan kemampuan. Sejauh ini, menurut dia, negara dengan kemampuan besar ditunjukan oleh negara pemilik industri manufaktur kuat seperti China dan Jepang.

Sedangkan Indonesia, masih terlalu bergantung pada alam dan bukan industri pengolahan. “Indonesia belum dibanggakan dalam supply chain dunia,” kata dia.

Jika melihat kondisi dalam negeri saat ini, Indonesia mungkin belum akan berkontribusi besar pada keamanan pangan dan energi di kawasan. Pasalnya, di dalam negeri, pembenahan besar pun masih diperlukan.

Beberapa sektor yang bisa dibidik Indonesia antara lain sektor UKM dan pariwisata. Penjualan produk UKM ke pasar non-tradisional seperti Afrika berprospek besar lantaran masyarakat kelas menengah Afrika juga meningkat tajam.

Potensi pariwisata pun bisa digarap pemerintah Indonesia lewat marketing yang lebih agresif, baik ke pasar Asia maupun ke Afrika. “Sambil membenahi dalam negeri, pemerintah bisa ekspansi ke luar,” kata Aleksius. Meski mendapat komitmen solidaritas saling membantu, Indonesia juga seharusnya terus membangun kemandirian.

Nah, pada akhirnya, semoga semangat KAA ini tak hanya berakhir sebagai ketikan kata-kata manis di atas kertas. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×