kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%
FOKUS /

Menunggu gebrakan lanjutan Pangeran Arab Saudi


Selasa, 07 Juni 2016 / 14:18 WIB
Menunggu gebrakan lanjutan Pangeran Arab Saudi


Sumber: Wall Street Journal,money.cnn,Reuters,Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

RIYADH. Melorotnya harga minyak yang berkepanjangan membuat pemerintah Arab Saudi berbenah diri untuk mendongkrak kembali perekonomian mereka.

Setelah bertahun-tahun mendapatkan uang dengan sangat mudah dari minyak, belakangan ini, mesin uang Arab Saudi tersendat. Negara kerajaan tersebut dikabarkan berencana menarik pinjaman senilai US$ 10 miliar dari sejumlah bank. Bahkan, mereka mempertimbangkan untuk merilis obligasi internasional pertama mereka.

Masalahnya adalah Arab Saudi membutuhkan harga minyak kembali ke posisi US$ 100 per barel sehingga bisa menyeimbangkan anggaran belanja mereka.

Sekadar tambahan informasi, harga minyak dunia sudah anjlok dari level tertingginya dalam lima tahun di US$ 125 per barel pada Maret 2012 menjadi hanya US$ 37,18 per barel saat ini.

Alhasil, pendapatan minyak mereka pun ikut tergerus 23% dibanding tahun lalu. Padahal, Arab Saudi bilang, pendapatan minyak menyumbang 77% dari total pendapatan Arab Saudi pada tahun ini.

Pengeluaran Arab Saudi banyak terpakai pada pemberian tunjangan warga mereka yang populasinya hampir mencapai 30 juta orang. Saat ini, tunjangan subsidi tersebut terpaksa dihentikan. Salah satunya dengan menaikkan harga bensin sebesar 50%.

Menurut Badan Moneter Internasional (IMF), terkait hal itu, pemerintah Saudi terpaksa harus memangkas anggaran belanja mereka akibat dari rendahnya harga minyak dunia.

IMF juga bilang, tingkat Produk Domestik Bruto Arab Saudi hanya akan tumbuh 2,8% pada tahun ini dan 2,4% pada 2016. Sebagai perbandingkan, pertumbuhan PDB Arab Saudi tahun lalu sebesar 3,5%.

Transformasi ekonomi

Nah, itu sebabnya, Dewan Urusan Ekonomi dan Pembangunan (CEDA) telah menyetujui rancangan akhir Rencana Transformasi Nasional. CEDA dipimpin langsung oleh Pangeran Mohammed bin Salman yang sekaligus menjadi orang yang bertanggung jawab menyusun Rencana Transformasi Nasional.

Salah satu yang menjadi gebrakan sang Pangeran adalah melakukan diversifikasi terhadap perekonomian. Ada sejumlah poin penting dalam Rencana Transformasi Nasional. Demi mewujudkan reformasi ekonomi, Pemerintah Arab Saudi bakal memotong subsidi, menaikkan pajak, menjual aset negara, efisiensi kendaraan pemerintah serta memacu investasi sektor swasta.

Program ini menjadi blueprint utama dalam mempersiapkan perekonomian Arab Saudi agar tidak lagi bergantung pada minyak.

Kabinet Arab Saudi menyetujui proposal ini pada Senin (6/6) malam. Total, ada 24 badan pemerintah yang terlibat dalam penyusunan program transformasi ini. Dalam beberapa hari ke depan, pimpinan departemen akan menjabarkan program-program di bawah kementerian mereka masing-masing.

Dapat dikatakan, ini merupakan proposal rencana jangka panjang transformasi ekonomi Arab. Rencana ini merupakan elemen kunci dari tekad Arab menggapai "Visi 2030".

 

Bocoran program

Sejumlah analis menilai, komitmen yang dicanangkan pemerintah Arab Saudi saat ini menandakan adanya political will untuk mendukung program tersebut.

"Ini merupakan tantangan yang penuh dengan ujian. Namun mereka harus melakukannya. Yang dipertaruhkan adalah stabilitas, yakni stabilitas sosial dan politik negara tersebut," kata John Sfakianakis, mantan penasihat ekonomi pemerintah Arab Saudi sekaligus director of research for Gulf Research Center yang berbasis di Riyadh.

Program ini meliputi sejumlah kebijakan yang akan dijalankan oleh sejumlah kementerian yang berbeda. Apa saja itu? Berikut bocoran program transformasi Arab Saudi yang berhasil dirangkum KONTAN.

- Keuangan Publik

1. Pendapatan non-minyak ditargetkan naik menjadi 530 miliar riyal atau setara dengan US$ 141 miliar di 2020 dari sebelumnya 163,5 riyal. Sementara itu, upah dan gaji di sektor publik akan turun menjadi 456 riyal dari sebelumnya 480 riyal. Angka ini setara dengan 40% dari total anggaran belanja versus sebelumnya 45%.

2. Utang publik akan melonjak menjadi 30% dari sebelumnya 7,7%. Sementara, peringkat utang Arab Saudi ditargetkan naik dua level menjadi Aa2 dari posisi A1.

3. Pajak akan dikenakan pada "produk-produk yang berbahaya"

4. Program ini tidak mencakup biaya 'persiapan dan implementasi' dari pajak pendapatan warga Saudi juga sekaligus 'pajak penghasilan bersama'. Menteri Kabinet Arab Saudi Mohammed Al-Sheikh mengatakan, hingga saat ini tidak ada rencana untuk mengenakan pajak pada warga asing. Dia juga menekankan pemerintah tidak akan memberlakukan pajak bagi warga Saudi.

5. Sektor swasta akan mendanai sekitar 40% dari program transformasi ekonomi.

- Investasi, lapangan kerja, privatisasi dan ekspor

1. Program ini ditargetkan akan menciptakan 450.000 lapangan kerja pada 2020.

2. Nilai ekspor non-minyak akan melonjak menjadi 330 miliar riyal dari sebelumnya 185 miliar riyal pada 2020. Investasi asing langsung akan naik menjadi 70 miliar riyal dari sebelumnya 30 miliar riyal.

3. Rancangan anggaran sebesar 300 miliar riyal dalam lima tahun ditujukan untuk menciptakan 'pusat keunggulan' untuk menyokong privatisasi perusahaan milik pemerintah. Kementrian lingkungan hidup, air, dan pertanian mengatakan, pemerintah berencana melakukan privatisasi Saline Water Conversion Corp.

4. Insiatif untuk reformasi dan restrukturisasi sektor utama kesehatan diestimasi akan menelan biaya 4,7 miliar riyal.

- Energi, pertambangan

1. Kapasitas produksi minyak diprediksi akan tetap di level 12,5 juta barel per hari pada 2020 dengan kapasitas penyulungan berada di level 3,3 juta barel per hari dari sebelumnya 2,9 juta barel.

2. Kapasitas produksi gas kering diproyeksi bisa mencapai 17,8 miliar kaki kubik per hari dari sebelumnya 12 miliar kaki kubik. Arab Saudi akan memproduksi 4% dari energinya melalui program energi terbarukan pada 2020.

3. Sektor pertambangan ditargetkan memberikan kontribusi 97 miliar riyal kepada perekonomian dari sebelumnya 64 miliar riyal.

Upaya untuk tidak terlalu bergantung pada minyak sebenarnya sudah pernah dicoba oleh pemerintah Arab Saudi. Namun, tidak terlalu sukses. Bagaimana dengan program saat ini? Mari kita tunggu gebrakan lanjutan sang Pangeran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×