kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%
FOKUS /

Menghitung peluang kemenangan Ahok dan Anies


Sabtu, 18 Februari 2017 / 20:32 WIB
Menghitung peluang kemenangan Ahok dan Anies


Reporter: Agus Triyono, Sanny Cicilia, Teodosius Domina | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Persaingan calon gubernur-wakil gubernur DKI Jakarta kian seru lantaran berlanjut ke putaran kedua. Berdasarkan gambaran real count Komisi Pemilihan Umum (KPU),  pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) – Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan – Sandiaga Uno yang maju ke leg kedua.

Mengutip real count KPU, pasangan Ahok-Djarot mengumpulkan suara 42,96%, diikuti Anies-Sandi 39,97%. Sedangkan Agus-Sylvi, berada di posisi bontot dan tidak akan ikut putaran kedua, mengumpulkan suara 17,07%.  

Oiya, hasil real count yang dilakukan KPU sejatinya hanyalah perbandingan dan bukan hasil final karena rekapitulasi suara masih akan dilakukan sampai 27 Februari mendatang.

Bagi pemilih yang belum bisa menunaikan haknya pada 15 Februari, KPU DKI masih membuka kemungkinan pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT putaran kedua untuk menggunakan hak suaranya sebagai DPTb pada tanggal 19 April mendatang.

Memperebutkan suara pendukung Agus-Sylvi

Berapa besar suara pendukung Agus-Sylvi yang bisa beralih ke Ahok-Djarot dan Anies-Sandi? Menurut data KPU, perolehan suara sementara Agus-Sylvi 17,07% tersebut setara dengan 936.609 suara.

Seandainya, hitunglah seandainya, seluruh pemilih suara Agus-Sylvi beralih pada Ahok-Djarot yang pada putaran pertama lalu meraup suara 3.294.246 suara, maka suara untuk pasangan petahana ini bisa mencapai 60,02%.

Andaikata seluruh suara ini beralih mendukung Anies-Sandi yang awalnya mengantongi 3.130.245, suara kemenangan bisa mencapai 57,03%.

Jika pendukung Agus-Sylvi plek-plek terbagi dua untuk Ahok-Djarot dan Anies-Sandi, maka perolehannya akan 51,49% berbanding 48,51%.

Dari hasil hitungan kasar, setidaknya, pasangan Anies-Sandi harus merebut hati lebih dari separuh pendukung yang tadinya untuk Agus-Sylvi jika ingin memenangkan pilkada ini.

Siti Zuhro, pengamat politik LIPI menilai, dari sisi pemilih, pemilih pasangan Agus-Sylvi dan Anies-Sandi memiliki irisan. Tapi, ini bukan harga mati perpindahan suara ke pasangan Anies-Sandi.

"Tergantung mood perilaku pemilih, dan itu tergantung strategi yang akan diterapkan dua calon sisa untuk mendapatkan suara mereka," katanya kepada KONTAN, Rabu (15/2).

Gagasan dan program konkret diperlukan lantaran kedua paslon tersebut sama-sama memiliki kelemahan. Ahok misalnya, selain primordial, dia tengah tersangkut masalah hukum. Sedangkan Anies, meski pandai menyampaikan misi, eksekusi program miliknya belum terjawab.

Pedekate tingkat partai

Yang ribut dengan peralihan ini tentunya bukan cuma para pemilih. Partai pendukung paslon Ahok-Djarot dan Anies-Sandi juga mulai menghitung peluang perolehan suara dari pendekatan pada partai-partai yang tadinya mendukung Agus-Sylvi.

Sekadar mengingatkan, ada empat pengusung Agus-Sylvi ini yaitu Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN) Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan partai yang dipimpin ayahnya Agus, yaitu Partai Demokrat.

Partai pengusung Ahok-Djarot antara lain PDI-P, Golkar, Nasdem, Hanura, dan PPP kubu Djan Faridz.

Sedangkan pasangan Anies-Sandi didukung Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).  

PDI-P misalnya, Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan, partainya memprioritaskan lobi ke PKB, PAN, dan PPP. Alasannya, ketiga partai tersebut merupakan rekan koalisi PDI-P di pemerintahan Jokowi Widodo-Jusuf Kalla.

Di tengah aksi saling mendekati, PAN sudah memutuskan mengalihkan dukungan ke Anies-Sandi. "PAN ke paslon (pasangan calon) nomor 3 Anies - Sandi," papar Ketua DPP PAN, Yandri Susanto pada Kompas.com, Kamis (16/2).

Menurut Yandri, sejak awal, PAN memang akan mencari pesaing Ahok. "PAN enggak mungkin dukung Ahok karena karakter dan etika ahok tidak sesuai dengan PAN," katanya. Keputusan ini dia bilang, akan dideklarasikan dalam waktu dekat.

Sedangkan PPP memberi isyarat kuat akan mendukung pasangan Anies-Sandi. Sekretaris Jenderal PPP Arsul Sani mengatakan, pada dasarnya konstituen PPP di Jakarta punya sentimen agama yang kuat dalam menentukan pilihan politik.

“Itu terlihat dari penjelasan survei Indikator kemarin kan. Sekitar 50% lebih konstituen kami di Jakarta larinya ke Agus-Sylvi. Sekitar 30% ke Anies-Sandi. Sisanya ke Ahok-Djarot," kata Arsul. Namun, dia bilang, ini belum berwujud keputusan.

Nah, isyarat kencang itu juga terlihat ketika PPP mengajukan syarat pada pasangan Anies-Sandi yaitu kesanggupan membangun Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 20% di Jakarta jika terpilih sebagai gubernur-wagub. Syarat tersebut langsung disanggupi oleh Sandiaga Uno.

"Jadi angka-angka tersebut ada di dalam rencana kerja kami dan kami harapkan, harapan teman-teman di PPP bisa kami wujudkan," kata Sandiaga Uno di Jakarta Selatan, Jumat (17/2).

Sedangkan sampai saat ini, belum ada juga tanda-tanda keputusan yang akan dibuat oleh PKB.

Sedangkan Partai Demokrat yang awalnya diperkirakan tidak akan mendukung dua paslon, tampaknya akan beralih ke Anies-Sandi. Hal ini diutarakan Jurubicara Partai Demokrat Roy Suryo ketika ditanya terkait dukungan ini.

“Saya tak ingin jawab dengan kata-kata, terjemahkan dengan baju saya ini. Ha-ha-ha-ha. Itu sudah jelas," kata Roy yang memakai baju putih pada acara diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (18/2). Jawaban Roy, disambut terimakasih oleh Mardani Ali Sera, Ketua Tim Pemenangan paslon nomor 3.

Sejauh ini, PKB masih belum memberi isyarat ataupun keputusan mengenai peralihan dukungan.

Pengamat politik Yunarto Wijaya dari Charta Politika sempat mengungkapkan, dukungan dari PKB dan PPP yang beralih ke Ahok-Djarot belum tentu mengangkat elektablitas petahana secara drastis. Pasalnya, dia menilai, pemilih di Jakarta tidak dimobilisasi partai.

Yakin menang

Mardani Ali Sera, menilai bahwa putaran kedua Pilkada DKI Jakarta 2017 akan terasa sulit dan sulit diprediksi.

"Only the dumb people yang bisa memprediksi bahwa, katakan, Mas Anies yang menang (putaran kedua)," kata Mardani di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (18/2).

Makanya, meski ada kesamaan karakter pendukung Anies-Sandi dan Agus-Sylvi yang sama-sama ingin gubernur baru, Mardani mengaku enggan jemawa dengan hal tersebut.

Sementara itu, salah satu partai pengusung Ahok-Djarot yaitu Golkar lebih pede.

"Kami punya keyakinan, didasarkan data, Ahok-Djarot memang pada putaran pertama menang, sehingga kami meyakini akan menang lagi di putaran kedua," kata Sekretaris Jenderal DPP Golkar Idrus Marham, Jumat (17/2).

Menurut Idrus, masyarat Jakarta berpikir rasional dalam menentukan pilihan. Syaratnya, calon pemimpin dapat membawa Jakarta lebih maju. Dia bilang, telah menjalin komunikasi dengan empat partai pendukung Agus-Sylvi. (dari berbagai sumber di KONTAN dan Kompas.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×