kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,12   2,37   0.26%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%
FOKUS /

Membangunkan raksasa yang sedang tertidur


Rabu, 26 Juni 2013 / 20:39 WIB
Membangunkan raksasa yang sedang tertidur
ILUSTRASI. Kasus Omicron di Indonesia mencapai 840. Berikut ini gejala yang paling banyak pasien alami di negara kita. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration.


Reporter: Dyah Megasari |

JAKARTA. Industri asuransi semakin gencar mengadu strategi untuk memperluas pangsa pasar masing-masing. Kini, ada tren baru di antara raksasa asuransi. Salah satunya adalah masuk ke pasar ritel dan mikro.

Niat para raksasa asuransi menggeber pasar sangat wajar, apalagi, Fitch Ratings memprediksi outlook 2013 untuk asuransi sektor jiwa dan umum di Indonesia adalah Stabil. Pasar domestik yang semakin berkembang, pertumbuhan premi yang berkelanjutan dan persyaratan regulasi yang menguat menjadi alasan utama bagi Fitch memberi pandangan ini.

Industri asuransi juga berangkat dari fakta, bahwa dengan jumlah penduduk yang besar, penetrasi asuransi di Indonesia masih sangat rendah yakni hanya sebesar 1,7%. Rasio tersebut jauh di bawah pencapaian negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura yang sudah di atas 4%. Perbandingan tersebut juga kalah telak jika mengacu pada negara-negara berkembang seperti Amerika yang sudah mencapai 8,1% dan Inggris 11,8%.

Meningkatnya persyaratan regulasi, termasuk persyaratan modal minimum ke Rp 70 miliar tahun 2012 dan Rp 100 miliar pada tahun 2014, akan mendorong konsolidasi pasar yang lebih ketat.

Meminjam istilah Risza Bambang, Chairman PT Padma Radya Aktuaria, upaya atau strategi yang ditempuh oleh perusahaan asuransi di Indonesia adalah "membangunkan raksasa yang tengah tertidur". Begini penjelasannya, produk asuransi punya permasalahan klasik, yakni sangat sulit dijual secara masif. Ini sangat berbeda dengan produk milik bank yang cenderung mudah terjual. Faktor penentunya adalah pengetahuan masyarakat mengenai produk keuangan ini.

"Kantor cabang bank sudah berhasil masuk ke pelosok dan merangkul nasabah mikro," ujarnya mencontohkan. Sedangkan asuransi tak sebanyak itu.

Mengapa disebut raksasa yang sedang tertidur? Risza menjawab, kelebihan asuransi adalah dana yang masuk akan bersifat jangka panjang dan berlipat. Berbeda dengan bank yang hanya mengelola likuiditas dan mengambil selisih margin dan dana hanya keluar-masuk.

"Jadi, ketika orang sudah mengenal asuransi dan tahu persis manfaat asuransi, dia akan terus memperbarui polisnya. Dari sinilah aset asuransi akan terus menggulung," jelas Risza. Bahkan menurutnya, jika industri berhasil masuk ke berbagai sektor, bukan tak mungkin aset tersebut akan menyalip industri perbankan dalam waktu 5-10 tahun lagi.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat jumlah aset yang dimiliki industri asuransi di Indonesia pada kuartal III-2012 sebesar Rp544 triliun ini berasal dari asuransi jiwa dan asuransi umum. Sebagai pembanding, industri perbankan sudah mencapai angka Rp3.500 triliun.

Potensi dari ritel dan mikro sangat besar

Data Bank Dunia merilis, sepertiga populasi Indonesia atau sekitar 77 juta penduduk tidak memiliki asuransi atau tabungan. Di sini, lembaga keuangan global itu melihat bahwa asuransi mikro memiliki potensi sebagai salah satu cara untuk melindungi masyarakat miskin dan membawa Indonesia lebih dekat mencapai inklusi keuangan.

Masih dari sumber yang sama, produk-produk asuransi berbiaya rendah untuk segmen pasar yang luas dan belum banyak digarap hingga saat ini. Namun, ada beberapa faktor yang sampai saat ini masih menghambat perkembangan asuransi mikro di Indonesia.

Misalnya, dari sisi permintaan, masih sangat sedikit kesadaran akan pentingnya asuransi, kurangnya produk-produk asuransi yang ditujukan untuk menanggapi kebutuhan masyarakat miskin, persepsi bahwa asuransi hanya untuk orang kaya dan terakhir, kurangnya kepercayaan antara pihak yang memberikan asuransi, dan mereka yang diasuransikan.

Sedangkan dari sisi penyedia jasa, kontrak asuransi (polis) sangat rumit untuk dimengerti, penagihan klaim yang sangat memakan waktu dan penuh dengan birokrasi, serta biaya transaksi yang tinggi menjadikan produk asuransi yang tersedia saat ini terlalu mahal bagi masyarakat miskin.

Salah satu raksasa asuransi yang sedang menggenjot pasar ini adalah Allianz Indonesia. Pendapatan Premi Bruto (GWP) asuransi mikro Allianz sebesar Rp 63,12 miliar atau tumbuh 40% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2011 yaitu Rp 44,95 miliar. Pertumbuhan GWP asuransi mikro ditopang oleh pertumbuhan jumlah tertanggung yang telah mencapai 1.398.607 orang. Jumlah ini meningkat 121% dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu 633.311 tertanggung.

“Pertumbuhan jumlah tertanggung ini menunjukkan bahwa kami berada di jalur yang tepat untuk memperluas dan mengenalkan manfaat asuransi kepada seluruh lapisan masyarakat,” ujar Handojo Kusuma, Wakil Direktur Utama Allianz Life Indonesia dikutip dari laman resmi Allianz.

Menurutnya, Allianz membawa asuransi mikro lari lebih jauh yakni tidak sekadar memasarkan produk asuransi, namun memberikan nilai tambah berupa edukasi keuangan yang dapat membantu masyarakat.

Beli karena butuh

Ini pandangan beberapa masyarakat mengenai asuransi. Salah satu karyawan swasta yang diwawancara KONTAN, Feri Kristianto paham betul apa yang menjadi mindset masyarakat mengenai produk asuransi tersebut yakni mahal. "Namun, jika mengerti kebutuhan asuransi saya rasa pasarnya sangat besar," ujarnya.

Sadar atas manfaat tersebut ia membeli satu produk yakni unitlink. "Kelebihannya adalah mudah ditemukan karena biasanya dipasarkan oleh bank dan selain manfaat perlindungan, saya juga bisa berinvestasi," paparnya.

Feri merasa perlu membeli produk asuransi mengingat biaya kesehatan dari rumah sakit terbilang sangat mahal. "Apalagi, rumah sakit sekarang banyak yang meminta deposito dulu jika kita hendak rawat inap. Biayanya sangat mahal jika tidak dicover asuransi.

Sedangkan Rodong Anjaya, pemegang polis asuransi di daerah Tegal ini mengaku kenal asuransi karena pekerjaannya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). "Saya hanya punya asuransi kesehatan dan jiwa, itu pun bawaan dari kantor yang bekerja sama dengan Askes," jelasnya.

Ia merasa tertolong saat harus menjalani rawat inap. Pengalamannya saat di rawat akhir tahun lalu, total biaya rumah sakit mencapai puluhan juta. Namun karena ada Askes, ia hanya membayar sekitar 30% saja.

Sebenarnya, ia berminat membeli produk asuransi lainnya yang berbalut investasi. "Namun saya tak mau buru-buru, karena belum begitu mengerti karakteristik produk tersebut," akunya.

Strategi asuransi mengenalkan produk

Agar produknya banyak dikenal oleh masyarakat luas, Allianz menyiapkan beberapa strategi khusus. Pertama, bermitra dengan institusi keuangan di daerah. Untuk memasarkan produk-produk asuransi mikro, saat ini asuransi mikro Allianz bekerja sama dengan 3 mitra perbankan termasuk di dalamnya Bank perkreditan rakyat (BPR), 5 koperasi dan 61 Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang tersebar mulai dari Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi hingga Jayapura. Dengan kerja sama yang dilakukan oleh mitra-mitra bisnisnya, Allianz ingin terus menjangkau masyarakat ekonomi mikro dan lebih memahami kebutuhan mereka dalam hal perlindungan akan risiko yang terjadi.

Kedua, merangkul potensi pemegang polis, yakni generasi muda. Bertepatan dengan Global Money Week Movement dari 15-21 Maret 2013 dan dalam rangka memperingati World Child Finance Day (16 Maret 2013), Allianz Indonesia memberikan pelatihan keuangan kepada 186 remaja pra sejahtera di kawasan Mangga Dua, Jakarta. Kegiatan ini merupakan kerja sama Allianz Indonesia dengan Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB).

Program pendidikan keuangan bagi remaja pra sejahtera berusia 13-17 tahun ini menekankan kepada pentingnya memiliki kebiasaan menabung serta dapat membedakan antara kebutuhan dan keinginan sebagai konsumen yang baik.

Strategi ketiga, terjun langsung ke daerah. Salah satunya adalah Padang. Saat ini nasabah Allianz Life di kota Padang telah mencapai 20.000 nasabah, dan diyakini akan terus bertambah.

Ke empat, masuk ke yayasan seperti yayasan perempuan. Bersama Yayasan Sahabat Wanita, Allianz berniat memberdayakan komunitas perempuan Jakarta. Dari beberapa strategi inilah Allianz menggembungkan asetnya.

Hasilnya, Allianz Indonesia mencatat kinerja keuangan yang kinclong selama tahun 2012. Total Pendapatan premi bruto gabungan tumbuh 18% menjadi Rp 8,84 triliun dari sebesar Rp 7,48 triliun di tahun 2011. Hingga akhir 2012, total aset dari bisnis asuransi jiwa dan umum mencapai lebih dari Rp 20,94 triliun, meningkat 25% dibandingkan tahun 2011.

“Kinerja keuangan Allianz Indonesia yang kuat diperoleh berkat dukungan kepercayaan yang tinggi dari para Nasabah kami. Untuk itu, merupakan tanggung jawab kami dalam memberikan kualitas pelayanan perlindungan asuransi dan pengelolaan aset yang prima kepada para Nasabah,” ujar Joachim Wessling, Country Manager dan Presiden Direktur Allianz Life Indonesia.

Tak hanya Allianz yang punya strategi jitu. PT Asuransi Jiwa Adisarana Wanaartha (WanaArtha Life) memilih diversifikasi produk. Manajemen ingin mendorong nasabah memiliki varian produk-produk yang lebih banyak. Tujuannya agar difersifikasi portofolio perusahaan dan pemenuhan spektrum tabungan, proteksi dan investasi bagi nasabah.

Untuk menunjang strategi ini WanaArtha Life telah meluncurkan produk-produk baru, terutama produk asuransi unit link yaitu WAL Link, WANALink Flexi Account dan beragam asuransi tambahan (rider) seperti WAL Waiver, WAL Parent, WAL Spouse, WAL Accident Plus, WAL Critical Illness, WAL Health, WAL Hospitalization, WAL Term Life.

Sedangkan Asuransi Cigna Indonesia memilih strategi invest to grow. Dengan strategi ini, Cigna berhasil mencatat pertumbuhan premi sebesar 13% menjadi Rp 337,7 miliar.

Christine Setyabudhi, Presiden Direktur Cigna Indonesia, menjelaskan, fokus bisnisnya memperkuat sumber daya manusia, sehingga memberikan kontribusi maksimal ke perusahaan.

Di pasar asuransi, Cigna memilih menggenjot produk tradisional. Itulah mengapa porsinya mencapai 94% dan sisanya unitlink.

"Kami banyak mengembangkan produk tradisional, karena kami membidik masyarakat kelas menengah," terang Christine, kemarin. Dalam penjualan produknya, 84% ditawarkan lewat telemarketing atau penawaran produk melalui telepon dan 16% melalui bancassurance atau penjualan melalui bank.

Strategi mana yang paling jitu bagi asuransi? Mari kita tunggu hasil kerja keras mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×