kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.296.000   12.000   0,53%
  • USD/IDR 16.610   28,00   0,17%
  • IDX 8.127   -41,92   -0,51%
  • KOMPAS100 1.108   -7,01   -0,63%
  • LQ45 778   -6,89   -0,88%
  • ISSI 288   0,06   0,02%
  • IDX30 409   -3,71   -0,90%
  • IDXHIDIV20 459   -4,23   -0,91%
  • IDX80 122   -0,85   -0,69%
  • IDXV30 132   -0,38   -0,29%
  • IDXQ30 128   -1,01   -0,79%

Harga Emas Makin berkilau, Pertanda Ketidakpastian Ekonomi Makin Tinggi?


Rabu, 08 Oktober 2025 / 10:20 WIB
Harga Emas Makin berkilau, Pertanda Ketidakpastian Ekonomi Makin Tinggi?
ILUSTRASI. Sepanjang tahun ini, harga emas sudah berkali-kali menyentuh rekor tertinggi dipicu oleh ketidakpastian ekonomi global. REUTERS/Lisi Niesner/File Photo


Reporter: Chelsea Anastasia, Herlina KD | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas terus melambung. Dalam setahun berjalan saja, harga emas sudah berkali-kali menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa alias all time high. 

Yang terbaru, pada Rabu (8/10/2025), harga emas kembali menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa pada level US$ 4.000 per ons troi. 

Sepanjang tahun ini, harga emas spot telah naik 52%. Kenaikan harga emas sepanjang tahun ini sudah nyaris mencapai dua kali lipat dibanding kenaikan harga emas pada tahun 2024 yang mencapai 27%.

Kenaikan harga emas dipicu oleh ketidakpastian ekonomi global yang masih cukup tinggi. 

Wajar saja, secara tradisional, emas menjadi aset lindung nilai (safe haven) dari ketidakpastian politik dan ekonomi.

Sepanjang tahun ini ada sejumlah sentimen yang meningkatkan ketidakpastian ekonomi global. Antara lain isu seputar tarif AS, konflik geopolitik, ekspektasi penurunan suku bunga, serta pelemahan dolar AS.

Baca Juga: Goldman Sachs Kerek Proyeksi Harga Emas Jadi US$ 4.900 per Ons Troi di Desember 2026

Selain itu, di Amerika Serikat, belum ada tanda-tanda meredanya kebuntuan antara kedua majelis Kongres AS yang menyebabkan shutdown pemerintah juga turut menambah ketidakpastian ekonomi. 

Sementara itu, spekulasi pemangkasan suku bunga The Federal Reserve  bulan ini juga meningkat. Hal ini turut memberikan dukungan terhadap kenaikan harga emas.

"(Peluang) pemangkasan suku bunga pada bulan Oktober dan Desember masih berada di atas angka 80%, sehingga hal itu sebenarnya mendukung harga emas dan juga penutupan pemerintah ini mengingat masih belum ada resolusi antara kedua kubu Kongres AS," ujar analis pasar senior OANDA, Kelvin Wong seperti dikutip Reuters, Selasa (7/10/2025).

Presiden Kansas City Fed Bank, Jeff Schmid, mengisyaratkan bahwa ia enggan memangkas suku bunga lebih lanjut, dengan mengatakan bahwa Fed harus tetap fokus pada bahaya inflasi yang terlalu tinggi daripada pelemahan pasar tenaga kerja yang nyata.

Namun, pasar masih memperkirakan penurunan suku bunga tambahan sebesar 25 basis poin pada bulan Oktober dan Desember, dengan probabilitas masing-masing 95% dan 83%, menurut perangkat CME FedWatch.

Ketidakpastian ekonomi global yang cukup tinggi juga membuat pembelian emas oleh bank sentral terus meningkat. Kondisi ini juga turut berkontribusi pada kenaikan harga emas.

Bank sentral China misalnya,  yang terus memupuk cadangan devisa dalam bentuk emas. Terhitung per September 2025, bank sentral China telah 11 bulan berturut-turut menambahkan emas ke cadangan devisanya.

Berdasarkan data resmi dari People's Bank of China (PBOC), cadangan emas China naik menjadi 74,06 juta ons troi pada akhir September dari 74,02 juta ons troi pada akhir Agustus.

Menurut PBOC, cadangan emasnya bernilai US$ 283,29 miliar pada akhir bulan lalu, naik dari US$ 253,84 miliar pada akhir Agustus.

"Angka yang kuat akan memperkuat gagasan bahwa China ingin melakukan de-dolarisasi dan mempercepat tindakannya di bidang tersebut," kata analis independen Ross Norman.

Baca Juga: Harga Emas Melanjutkan Reli, Melonjak Lampaui US$ 4.000 per Ons Troi

Jika dirunut ke belakang, pada Mei 2024 PBOC sempat menghentikan aksi pembelian emasnya yang telah berlangsung selama 18 bulan. Namun, bank sentral melanjutkan pembelian emasnya pada November 2024.

"Ada begitu banyak keyakinan dalam perdagangan ini saat ini sehingga pasar akan mencari angka bulat besar berikutnya yaitu 5.000 dengan kemungkinan The Fed akan terus menurunkan suku bunga," kata Tai Wong, seorang pedagang logam independen seperti dikutip Reuters, Rabu (8/10/2025).

"Akan ada beberapa kendala seperti gencatan senjata yang bertahan lama di Timur Tengah atau Ukraina, tetapi pendorong fundamental perdagangan, utang yang besar dan terus bertambah, diversifikasi cadangan devisa, dan dolar yang lebih lemah kemungkinan besar tidak akan berubah dalam jangka menengah."

Gejolak politik di Prancis dan Jepang juga telah meningkatkan permintaan emas batangan sebagai aset safe haven. Para analis mengatakan, sentimen ini juga turut mendorong kenaikan harga emas.

"Yang kami lihat sekarang adalah investor membeli emas, meskipun harganya sedang tinggi, dan ini semakin memperkuat pergerakan tersebut," kata analis UBS, Giovanni Staunovo seperti dikutip Reuters, Rabu (8/10/2025).

Target Harga Direvisi

Kenaikan harga emas yang terus menerus membuat Goldman Sachs kembali merevisi naik perkiraan target harga emas.

Kini Goldman Sachs memperkirakan harga emas akan mencapai level US$ 4.900 per ons troi pada Desember 2026. Angka ini lebih tinggi dari prediksi sebelumnya yang sebesar US$ 4.300 per ons troi.

Goldman Sachs beralasan, arus masuk dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) Barat yang kuat dan kemungkinan pembelian oleh bank sentral mendorong kenaikan harga emas.

Proyeksi ini juga sejalan dengan survei oleh World Gold Council (WGC) yang menunjukkan bahwa bank-bank sentral di seluruh dunia memperkirakan kepemilikan emas sebagai proporsi cadangan mereka akan meningkat selama lima tahun ke depan, sementara cadangan dolar mereka diperkirakan akan lebih rendah.

Baca Juga: Harga Emas Antam Naik Rp 12.000 ke Rp 2.296.000 Per Gram Hari Ini, Rabu (8/10)

"Kami melihat risiko terhadap perkiraan harga emas kami yang telah ditingkatkan masih condong ke arah kenaikan secara neto, karena diversifikasi sektor swasta ke pasar emas yang relatif kecil dapat meningkatkan kepemilikan ETF di atas estimasi tersirat suku bunga kami," kata Goldman Sachs seperti dikutip dari Reuters, Selasa (7/10/2025).

Goldman memperkirakan pembelian oleh bank sentral akan mencapai rata-rata 80 metrik ton pada tahun 2025 dan 70 ton pada tahun 2026, dengan mengatakan bahwa bank sentral negara berkembang kemungkinan akan melanjutkan diversifikasi struktural cadangan mereka ke emas.

Kepemilikan ETF di negara-negara Barat diperkirakan akan meningkat karena Federal Reserve AS diperkirakan akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 100 basis poin pada pertengahan tahun 2026, menurut analis di Goldman Sachs.

"Sebaliknya, posisi spekulatif yang lebih berisik tetap stabil secara umum. Setelah peningkatan besar pada bulan September, tingkat kepemilikan ETF Barat kini telah sepenuhnya sesuai dengan estimasi tersirat suku bunga AS kami, yang menunjukkan bahwa kekuatan ETF baru-baru ini bukanlah sebuah overshoot," katanya.

Harga Emas Antam Ikut Terkerek, Atur Strategi Investasi

Kenaikan harga emas spot turut mengerek harga emas batangan logam mulia keluaran PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Mengutip situs resmi logam mulia, pada Rabu (8/10/2025), harga emas Antam ada di level Rp 2.296.000 per gram, naik Rp 12.000 dibanding sehari sebelumnya.

Sementara harga pembelian kembali (buyback) emas Antam ada di level Rp 2.144.000 per gram. Harga ini juga naik 12.000 dibanding sehari sebelumnya.

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, harga emas Antam yang terus naik secara konsisten ini mengikuti arus harga emas global.

“Hingga akhir tahun, prospek emas spot maupun emas Antam masih positif secara fundamental,” katanya kepada Kontan, Selasa (30/9/2025).

Sutopo memperkirakan, harga emas Antam bisa menyentuh level Rp 2.300.000 hingga Rp 2.400.000 per gram. 

Bagi investor emas, Sutopo menilai saat ini tepat untuk menerapkan sell on forced, atau mengambil keuntungan bertahap, bagi investor yang sudah membeli emas di bawah harga Rp 2.000.000 per gram. 

“Strategi ini untuk mengamankan keuntungan yang signifikan,” ujarnya.

Namun, bagi investor jangka panjang yang bertujuan untuk mendiversifikasi portofolio dan melindungi nilai terhadap risiko, Sutopo menganjurkan hold.

Menurutnya, pendekatan terbaik adalah menjual porsi kecil saat harga mencapai puncak historis baru. 

“Sambil tetap menjaga eksposur yang memadai terhadap emas sebagai pelindung kekayaan jangka panjang,” pungkasnya.

Selanjutnya: Bank BPD DIY Bidik Pertumbuhan Kredit Konsumsi Hingga 7% pada 2025

Menarik Dibaca: 6 Film Horor Terbaru Paling Populer di Tahun 2025, Tonton Saat Halloween

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×