Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Ngebut. Itulah kata yang tepat bagi pemerintah Indonesia untuk mempersiapkan rapat akbar tahunan menteri keuangan dan gubernur Bank Indonesia sejagad tahun 2018 yang diadakan Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia (Annual Meeting IMF and World Bank 2018) di Nusa Dua, Bali, 12-14 Oktober 2018.
Selain ingin memperlihatkan ‘kemolekan’ Indonesia, pemerintah sepertinya menjadikan momentum ini sebagai upaya menarik minat investasi di Indonesia. Puluhan ribu orang-orang yang memiliki peran penting terhadap gerak ekonomi global bakal hadir dalam perhelatan akbar tahunan tersebut.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman sekaligus Ketua Panitia Nasional Annual Meeting (IMF-WB) Luhut Binsar Panjaitan bercerita, persiapan menuju hari H sudah nyaris rampung. Hotel, venue acara, transportasi, makanan, urusan kebandaraan atau imigrasi, keamanan, transportasi manajemen sampah, ‘hospitality’, manajemen bencana, IT hingga destinasi wisata tengah dipersiapkan dan nyaris rampung.
“Saya bangga karena acara ini mampu membuat target pembangunan dan perbaikan infrastruktur di Bali dan sekitarnya lebih cepat dari target yang dikerjakan,” ujar Luhut saat jumpa pers di sela-sela Spring Meeting IMF World Bank 2018 di Washington, AS.
Dana sebanyak Rp 800 miliar untuk acara itu, kata Luhut, bukan merupakan penggelontoran uang yang sia-sia, tapi diyakini bisa menciptakan efek gulir ekonomi ke sektor lain, seperti pariwisata dan investasi. “Sektor UKM juga akan terangkat karena banyak booth untuk produk kerajinan dari seluruh wilayah Indonesi yang akan kami bikin di acara itu,” ujar Luhut .
Acara ini memang bukan acara ecek-ecek. Apalagi menurut sejarah, acara yang sudah berlangsung puluhan tahun ini, baru dua kali di adakan di Asia yakni di Singapura dan Philipina. Indonesia akan menjadi tempat ketiga di Asia yang mampu menyelenggarkan acara tersebut. “Semua persiapan dan layanan juga harus berstandar internasional, ini merupakan kesempatan yang bagus bagi Indonesia untuk melakukannya,” ujar Luhut.
Soal keamanan semisal, sebanyak 12.000 polisi akan disiapkan untuk menjaga kemananan para delegasi selama berlangsung di sana. Imigrasi juga mengerahkan layanan dengan membuka lajur khusus untuk menerima arus kedatangan dan kepergian para peserta rapat.
Ribuan liasion officer (LO) juga disediakan untuk memudahkan para delegasi untuk melakukan aktivitasnya selama acara. Selain volunteer, Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan (Kemkeu) juga akan mengerahkan lebih dari 4.000 orang ke acara itu sebagai LO di acara tersebut, setelah dilakukan aneka training. “Mereka adalah para pegawai yang lancar berbahasa Inggris dan paham masalah ekonomi,” imbuh Peter Jacobs, Ketua Satuan Tugas Annual Meeting IMF-WB 2018.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiatara mengatakan, persiapan teknologi, termasuk kecepatan berinternet juga dilakukan. Rudi menjamin arus telekomunikasi akan lancar baik untuk delegasi maupu wartawan. “Telkom sudah mempersiapkan jalur khusus untuk mendukung acara tersebut,” ujarnya.
IMF-World Bank Annual Meeting akan diselenggarakan di Nusa Dua, Bali itu akan diikuti lebih dari 15.000 peserta dari 189 negara di dunia. “Sampai saat ini (Jumat 20/4), sudah 10.000 yang confirm yang akan hadir di acara tersebut,” ujar Luhut.
Luhut berharap, moment ini akan member kontribusi atas pertumbuhan ekonomi, apalagi acara ini diadakan saat bisnis hotel di kawasan Bali dan sekitarnya di musim low season.
Kantor perwakilan BI Bali Causa Iman Karana sebelumnya sempat mengungkapkan proyeksi perputaran dana dari gelaran IMF-WB Annual Meeting 2018 bisa mencapai Rp 5,7 triliun dari akomodasi, transportasi, konsumsi, hingga bertambahnya lapangan kerja.
Potensi perputaran uang dari akomodasi delegasi yang diperkirakan bisa mencapi 15.000 orang mencapai Rp 666 miliar. Angka itu dihitung dari harga kamar sekitar Rp 5 juta per malam selama lima hari dan kehadiran keluarga dari delegasi.
Adapun dari tiket pesawat terbang untuk kepulangan 15.000 delegasi dan 3.000 pasangan atau keluarga yang mungkin diajak mencapai Rp 36 miliar. Sewa kendaraan bisa sebesar Rp 38 miliar, tansporatsi pesawat Rp 36 miliar. Potensi dari paket hiburan, makan, dan suvenir Rp 146 miliar.
Angka tersebut dengan rincian 15.000 delegasi dan 3.000 rombongan keluarganya menghabiskan sekitar Rp 1 juta selama lima hari acara dan tiga hari liburan di Bali.
Selain itu, manfaat dari pembangunan sejumlah infrastruktur senilai Rp 3,7 triliun juga bisa dirasakan pasca berlangsungnya IMF-World Bank Annual Meeting Oktober 2018 mendatang.
Infrastruktur tersebut meliputi selesainya pembangunan apron Bandara I Gusti Ngurah Rai Rp 1,34 triliun, underpass Ngurah Rai Rp 289 miliar, penyelesaian patung GWK Rp 450 miliar, dan Benoa Tourism Port Rp 1,7 triliun.
Ini masih ditambah penyelenggara acara akan mendapatkan sekitar Rp 1,1 triliun. Angka tersebut dibayarkan atas jasa Event Organizer (EO), Sekretariat, sarana dan prasarana, venue dan office.Dalam proyeksi BI, helatan acara IMF-World Bank 2018 di Bali akan mendongkrak ekonomi Bali yang tahun ini diproyeksi tumbuh 6%-6,5%.
Adapun secara nasional, Luhut yakin, efek gulir secara nasional tengah dihitung Bappenas. Pemerintah juga berharap acara tersebut juga untuk memamerkan performa ekonomi Indonesia di 2018. Menurut Luhut, pertumbuhan ekonomi lebih dari 5% adalah pertumbuhan ekonomi tinggi di global, apalagi di sejumlah negara pertumbuhan ekonominya masih mini.
Dalam kesempatan sama, kata Luhut, pemerintah juga akan menawarkan alternatif pembiayaan untuk proyek infrastruktur yakni bleded finance. Yakni skema pendanaan yang menggabungkan antara dana investor dan dana filantropis sebagai alternative pendanaan proyek infrastruktur
Sejumlah proyek tengah disiapkan, antara lain proyek LRT Jakarta-Bogor,Depok yang membutuhkan dana US$ 1,8 miliar. Bahkan bisa membengkak menjadi US$ 3-4 miliar jika proyek berlanjut sampai Depok. “Dengan bunga di negaranya 0%, kalau mereka taruh di proyek tersebut dan dapat bunga 4%, mereka bisa dapat untung berlipat,” ujar Luhut.
Lalu, ada proyek energi dari limbah yang dikerjakan swasta. “Kami akan tawarkan skema blended finance agar tak memberatkan anggaran,” ujar Luhut.
Managing Director IMF Christine Lagarde mengatakan, pertemuan Annual Meeting di Bali, Indonesia bisa berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. “Kondisi Indonesia saat ini lebih baik dengan tumbuh 5%. Ekonomi Indonesia sangat terkendali; IMF sangat terkesan dengan capaian tersebut,” ujar Lagarde.
Alokasi dana anggaran untuk proyek infrastruktur, investasi di sektor kesehatan dan keamanan membuat ekonomi Indonesia terkendali. “Saya benar-benar terkesan dengan tekad Presiden Jokowi untuk menghapus banyak subsidi tiga tahun lalu dan mengalihkan keuangan publik dari subsidi ke infrastruktur, ke kesehatan masyarakat,” ujarnya.
Lagarde berharap Annual Meeting 2018 di Indonesia pada Oktober nanti bisa menjadi tambahan energi bagi pertumbuhan Indonesia. Sesuai APBN 2018, tahun ini, ekonomi Indonesia ditargetkan tumbuh 5,4%. Sebuah target yang tinggi dan membutuhkan daya dorong di sektor investasi, konsumsi dan perdagangan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News