kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,54   -10,97   -1.19%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%
FOKUS /

Dana krisis ditambah, Awas! Persepsi negatif pasar


Selasa, 24 September 2013 / 18:17 WIB
Dana krisis ditambah, Awas! Persepsi negatif pasar
ILUSTRASI. Pekerja PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Regional Sumatera Zona 4 mengontrol kerangan pipa produksi yang berasal dari sumur menuju tangki pengumpul produksi minyak (tank farm). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/hp.


Reporter: Dyah Megasari, Margareta Engge Kharismawati |

JAKARTA. Meskipun The Fed menunda pengurangan stimulus, pemerintah tetap getol mengumpulkan amunisi untuk menghadapi goncangan ekonomi global.

Berbagai cara telah diupayakan pemerintah, salah satu yang utama adalah menambah nilai Bilateral Swap Arrangements (BSA).

Teranyar, Indonesia mengajukan bilateral swap ke China dan Korea Selatan. Rinciannya dari China sebesar US$ 15 miliar dan Korea sekitar US$ 10 miliar.

Jika kesepakatan tersebut berhasil diteken, total dana cadangan krisis alias second line of defense hampir mencapai US$ 40 miliar. Dana itu akan masuk sebagai cadangan devisa.

Menteri Perindustrian MS Hidayat memastikan, kesepakatan tersebut akan diteken bulan depan. “Antara 2-3 Oktober ketika Presiden China, Xi Jinping datang ke Indonesia,” ujarnya di gedung Bank Indonesia, Selasa (24/9).

Tak hanya itu, rupanya swap yang baru saja diterima Indonesia Agustus silam dari Jepang tak cukup. Pemerintah kemudian melakukan penjajakan untuk menambah nominal swap dengan Jepang.

Perlu diketahui, Bank Indonesia (BI) dan Jepang sudah menandatangani kesepakatan BSA senilai US$ 12 miliar pada 26 Agustus 2013. Saat pemaparan kenaikan BI rate Agustus, bank sentral melihat tekanan dan ketidakpastian perekonomian global ke depan masih sangat tinggi.

Sayangnya, mantan Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia itu enggan membeberkan berapa nilai penambahan BSA dengan Jepang. Tersebut.

"Pada waktunya itu harus diumumkan untuk memberikan kepercayaan ke pasar dan memberi sinyal positif," terang Hidayat di Jakarta, Selasa (24/9).

Menkeu: Yang pasti bukan dari IMF

Menteri Keuangan Chatib Basri sendiri masih menutupi perihal BSA ini. Ditanyakan perihal institusi internasional yang sedang dijajaki oleh Indonesia, mantan Kepala Koordinasi Badan Penanaman Modal (BKPM) ini enggan berkomentar. "Yang pasti bukan IMF," tukas Chatib.

Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, sudah ada pembicaraan terkait BSA dengan Jepang, China, dan Korea Selatan. Cadangan dana krisis yang dipunyai Indonesia sudah cukup kuat dan baik. "Pokoknya melebihi, lebih dari cukup," Klaim Hatta.

Awas! Persepsi negatif pasar

Apakah kebijakan ekstrem yang disiapkan lantaran amunisi sang otoritas moneter untuk menahan tekanan dollar pada rupiah sudah habis? Sumber Kontan di BI menolak mengiyakan.

Yang pasti, dengan cadangan dana yang dianggap cukup ini, ternyata toh rupiah tetap saja loyo.

David Sumual, ekonom BCA berpendapat, sah-sah saja sebenarnya jika pemerintah mengajukan swap ke beberapa negara. Asalkan, sebelumnya bisa meyakinkan dan menenangkan pasar.

“Takutnya dengan swap ini ada persepsi yang salah, bahwa kita sudah terdesak dan memang masuk fase krisis,” jelas David.

Jika itu terjadi, bukan tak mungin pasar modal akan bergunjang, pertahanan rupiah pun jebol.

Menurut perhitungan David, swap, baru dibutuhkan ketika cadangan devisa sudah menipis. Tingkat bahaya cadev menurutnya adalah ketika sudah melewati di bawah US$ 70 miliar. Sedangkan tingkat idealnya berada di atas US$ 100 miliar yakni hingga US$ 150 miliar.

Ekonom Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih malah menilai, upaya pemerintah menyiapkan dana cadangan ini sudah dipersepsi negatif oleh investor. Sebab, banyak yang beranggapan BSA dilakukan apabila dalam kondisi kritis.

"Ini berarti kita sedang tidak aman. Itu yang ditangkap pasar," tutur Lana.

Padahal, tujuan dari BSA itu sendiri adalah positif sebagai bentuk siaga pemerintah menghadapi situasi ekonomi yang tidak diinginkan. Karenanya rupiah pun masih saja terdepresiasi.

Selain itu, belum ada kebijakan positif yang mendukung perbaikan sentimen. Yang diinginkan investor adalah rasa nyaman. Pemerintah dan BI sekarang bekerja keras untuk mempersempit defisit current account atawa transaksi berjalan dengan menurunkan impor.

Nyatanya, sekarang ada kebijakan mobil murah di mana bahan bakunya berasal dari impor. “Ini tidak sejalan dengan rencana untuk mengecilkan defisit,” kata Lana.

Per Agustus, cadev yang ada di tangan BI adalah US$ 92,99 miliar. Sedangkan kurs tengah rupiah Selasa (24/9) ada di 11.535 per dollar AS melemah 100 poin dari posisi sehari sebelumnya di 11,435.

*Data lengkap cadangan devisa, klik tautan berikut: PUSAT DATA KONTAN

*Selain itu, belakangan Korea Selatan membantah dengan tegas pernah melakukan diskusi bilateral swap dengan Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×