kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.482.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.490   -65,00   -0,42%
  • IDX 7.496   -47,74   -0,63%
  • KOMPAS100 1.161   -10,37   -0,89%
  • LQ45 930   -7,66   -0,82%
  • ISSI 225   -1,75   -0,77%
  • IDX30 479   -4,07   -0,84%
  • IDXHIDIV20 576   -4,59   -0,79%
  • IDX80 132   -1,10   -0,82%
  • IDXV30 142   -0,97   -0,68%
  • IDXQ30 160   -1,14   -0,70%
FOKUS /

Cadangan Devisa Berpotensi Naik Pasca Catat Rekor Tertinggi, Waspadai Risiko Global


Senin, 09 September 2024 / 09:20 WIB
Cadangan Devisa Berpotensi Naik Pasca Catat Rekor Tertinggi, Waspadai Risiko Global
ILUSTRASI. Cadangan devisa per akhir Agustus 2024 mencapai US$ 150,24 miliar, naik dariJuli 2024 yang mencapai US$ 145,41 miliar. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/aww/18.


Reporter: Herlina KD, Shifa Nur Fadila | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja cadangan devisa Indonesia terus membaik. Bank Indonesia mencatat, cadangan devisa per akhir Agustus 2024 mencapai US$ 150,24 miliar, naik dari posisi Juli 2024 yang mencapai US$ 145,41 miliar. 

Posisi cadangan devisa ini adalah yang tertinggi sepanjang sejarah. Sebelumnya, cadangan devisa tertinggi tercatat pada Desember 2023 yang sebesar US$ 146,38 miliar.

Asisten Gubernur Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengungkapkan, kenaikan cadangan devisa pada Agustus 2024 dikontribusi oleh penerimaan pajak dan jasa, penerimaan devisa migas serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah.

Baca Juga: Ini Kata Ekonom BCA David Sumual Soal Aliran Dana Asing Diperkirakan Melambat

"Posisi cadangan devisa pada akhir Agustus 2024 setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," jelas Erwin dalam keterangan resminya Jumat (6/9). 

Tabel Cadangan Devisa Indonesia

Bulan 2023 2024
Januari 139,40 145,05
Februari 140,31 144,04
Maret 145,19 140,39
April 144,17 136,22
Mei 139,28 138,97
Juni 137,54 140,17
Juli 137,67 145,41
Agustus 137,09 150,24
September 134,85  
Oktober 133,14  
November 138,10  
Desember 146,38  

Sumber: Bank Indonesia

*Dalam miliar dolar AS

Erwin menambahkan, Bank Indonesia menilai, cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal, serta menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan.

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengungkapkan, peningkatan cadangan devisa Agustus didorong oleh penerbitan bersih Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebesar US$ 3,85 miliar. Dari jumlah itu, sekitar US$ 1 miliar dibeli oleh investor asing.

"Sebagian besar tambahan juga berasal dari net inflow asing di pasar saham dan obligasi sekunder yang mencapai total US$ 4,34 miliar," jelas David, Jumat (6/9).

Baca Juga: Dana Asing Masuk, Cadangan Devisa Diperkirakan Capai US$ 155 Miliar di Akhir 2024

David merinci, dari total net inflow asing yang masuk sebesar US$ 4,34 miliar, instrumen obligasi menjadi favorit investor asing, dengan inflow sekitar US$ 2,49 miliar. 

Sementara itu, sekitar US$ 1,85 miliar masuk ke pasar saham, sehingga mampu mendorong IHSG ke level tertinggi sepanjang masa alias all time high.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menambahkan, tingginya arus modal asing yang masuk ke dalam negeri juga didorong oleh pelemahan data tenaga kerja AS. 

Mengutip Reuters, Data Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan, pengusaha AS menambah 142.000 pekerjaan pada bulan Agustus, kurang dari ekspektasi analis. 
Sementara, pertumbuhan pekerjaan untuk bulan Juli direvisi turun menjadi 89.000, juga di bawah estimasi.

Data tersebut dapat memperkuat keputusan The Fed untuk mulai memangkas suku bunga pada pertemuan mendatang akhir bulan ini. 

"Sehingga meningkatkan sentimen risk-on bagi investor," jelas Josua.

Masih Rentan

Meski cadangan devisa Indonesia pada Agustus cukup tinggi, namun Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets dari Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto mengingatkan agar pemerintah tetap berhati-hati. 

Pasalnya, kenaikan cadangan devisa pada Agustus 2024 sebagian masih ditopang oleh aliran dana asing yang masuk ke portofolio seperti SBN, SRBI maupun pasar saham.

Hal itu pula yang menurut Myrdal menjadi alasan bagi Bank Indonesia yang masih menahan suku bunga acuannya di level 6,25% meski rupiah menguat dan inflasi cukup terkendali.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menambahkan, tingginya arus modal asing yang masuk ke pasar domestik juga terefleksi pada penguatan nilai tukar rupiah. Menurutnya, sepanjang Agustus 2024 rupiah mampu menguat 5,2%  dan ditutup pada level Rp 15.455 per dolar AS pada 30 Agustus 2024.

Baca Juga: Meski Cetak Rekor, Cadangan Devisa Indonesia Masih Rentan

Menurut Myrdal, BI masih mementingkan stabilitas moneter dengan suku bunga yang tetap terjaga. Tujuannya, agar aset investasi Indonesia tetap menarik di mata investor asing.

Selain itu, "BI juga mempertimbangkan dari sisi pertumbuhan kredit yang masih tinggi dan pertumbuhan ekonomi masih mampu tumbuh di atas 5%," ungkapnya. 

Berpeluang Naik

Josua memperkirakan, menguatnya sentimen risk-on investor di tengah prospek penurunan suku bunga acuan The Fed tahun ini, membuka potensi berlanjutnya arus modal masuk ke dalam negeri. Sehingga, cadangan devisa masih berpeluang meningkat ke depan.

Hanya saja, David mencermati pertumbuhan cadangan devisa diperkirakan akan melambat ke depannya. Hal itu seiring dengan penurunan penerbitan SRBI dan perlambatan inflow asing ke pasar saham dan obligasi sekunder. 

Pada Agustus, penerbitan SRBI sudah berkurang lebih dari 50% dari bulan sebelumnya dan perlambatan ini dapat diperkirakan akan berlanjut.   

"Ditambah kondisi ekspektasi pasar terhadap pemotongan suku bunga The Fed yang sudah priced in, inflow asing juga akan diperkirakan melambat," ungkap David. 

Perlambatan penerbitan SRBI baru dan arus modal asing akan menahan laju penguatan rupiah yang saat ini sudah menguat kencang. 

Baca Juga: BI Diproyeksi Masih Tahan Suku Bunga Meski Cadangan Devisa Pecah Rekor

Hingga akhir tahun, David memperkirakan rupiah akan ada di kisaran Rp 15.300 per dolar AS-Rp 15.800 per dolar AS.

Sedangkan Josua memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 15.300 per dolar AS-Rp 15.600 per dolar AS di akhir 2024.

Untuk cadangan devisa, David memperkirakan, sampai akhir tahun masih berpeluang naik ke kisaran US$ 148 miliar-US$ 150 miliar.

Sedangkan Josua memperkirakan cadangan devisa bisa menyentuh kisaran US$ 150 miliar-US$ 155 miliar hingga akhir tahun 2024. 

Cadangan devisa ini masih lebih tinggi dibanding akhir tahun 2023 yang ada di posisi US$ 146,38 miliar.

Waspadai Risiko Global

Menguatnya sentimen risk-on di tengah prospek penurunan suku bunga acuan The Fed memang membuka peluang berlanjutnya aliran modal masuk ke Indonesia, yang akan meningkatkan cadangan devisa. 

"Namun, Josua mengingatkan, ada beberapa risiko negatif yang perlu diwaspadai.

"Terutama potensi melebarnya twin deficit di Indonesia," ungkapnya.

Defisit kembar, atau yang kerap disebut defisit ganda adalah kondisi dimana terjadi defisit defisit anggaran pemerintah yang juga menimbulkan keadaan serupa dalam defisit neraca transaksi berjalan.

Baca Juga: Rupiah Menguat Pekan Ini, Cek Sejumlah Sentimennya

Menurut Josua, menyusutnya surplus perdagangan, yang didorong oleh normalisasi harga komoditas dan melemahnya permintaan global, ditambah dengan permintaan domestik yang kuat, dapat menyebabkan melebarnya defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD). 

Selain itu, prospek defisit fiskal yang melebar dapat mengurangi daya tarik pasar obligasi domestik, bahkan di saat stance kebijakan The Fed lebih dovish. 

Asal tahu saja, per Juli 2024, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencatat defisit Rp 93,4 triliun atau 0,41% terhadap produk domestik bruto (PDB).

Sementara itu, BI mencatat defisit transaksi berjalan atau current account deficit pada kuartal II-2024 sebesar US$ 3 miliar atau setara dengan 0,9% dari PDB.

Risiko lain, termasuk kemungkinan perlambatan ekonomi global yang lebih parah yang mengarah ke resesi, yang dapat mengurangi sentimen risk-on. Serta  meningkatnya ketegangan geopolitik di wilayah tertentu seperti Timur Tengah yang mendorong permintaan untuk aset-aset yang lebih aman (safe haven), dan ketidakpastian seputar kondisi politik di negara-negara Barat, terutama terkait hasil pemilihan umum di Amerika Serikat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES)

[X]
×