Reporter: Asnil Bambani Amri | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Tak hanya melakukan ibadah umrah atau berdoa saja saat berkunjung ke Jeddah, Arab Saudi. Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga berburu investor di Negeri kelahiran para Nabi itu. Setidaknya, dalam kunjungannya tersebut, SBY menggelar temu bisnis dengan investor di Hotel Hilton Jeddah , Selasa (5/2).
Dalam temu bisnis itulah, SBY beserta beberapa menteri mengajak investor Arab Saudi menanamkan investasi di Indonesia. Pertemuan bernama Saudi-Indonesia Business Forum itu digelar bersama pengusaha Arab Saudi yang tergabung dalam organisasi Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Jeddah.
Ikut hadir saat itu, Menteri Perindustrian MS Hidayat, Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Chatib Basri. Mereka bersama mempresentasikan peluang investasi di Indonesia. Intinya, pemerintah Indonesia berusaha meyakinkan investor asal Jeddah berinvestasi di Indonesia.
“Harapan kami, perdagangan dan investasi kedua negara bisa berkembang baik. Kemudian membuka peluang baru di berbagai bidang yang mungkin selama ini belum digarap serius oleh kedua pihak,” kata Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan dalam siaran persnya yang diterima KONTAN.
Menurut Gita, Indonesia saat ini memiliki potensi pasar domestik yang menggiurkan, dengan pertumbuhan PDB 6,3% di tahun 2012 lalu. Selain itu, potensi pasar di Indonesia tahun 2020 diproyeksikan bisa mencapai US$ 36 triliun.
Walaupun ada harapan besar dari Indonesia, namun hasil pertemuan saat itu belumlah diketahui adanya rencana riil dari para investor di Jeddah tersebut. Namun, pemerintah Indonesia boleh lega, karena sejumlah investor asal Arab Saudi itu ingin datang ke Indonesia untuk menyaksikan dan memilih langsung peluang investasi di Nusantara.
Hal ini ini disampaikan oleh Mazen Batterjee, Wakil Presiden KADIN Jeddah, seperti yang dikutip oleh Arab News. Ia menjelaskan, Indonesia adalah negara tujuan ekspor ke-17 bagi Arab Saudi, dan sudah memiliki kerja sama perdagangan yang baik dengan Arab Saudi.
Baru Aramco dan Saudi Telecom
Saat ini, baru dua perusahaan besar Arab Saudi yang sudah menanamkan investasinya di Indonesia. Dua investasi besar itu menggarap sektor perminyakan dan telekomunikasi.
Saudi Aramco misalnya, sudah menjalin kerja sama dengan PT Pertamina tahun lalu untuk membangun proyek chemical berupa pembangunan kilang minyak di Tuban, Jawa Timur dengan investasi US$ 30 miliar. Proyek tersebut bisa dibilang sebagai investasi terbesar pengusaha Arab Saudi di Indonesia.
Sebelumnya KONTAN menulis, Khalid al-Falih, Chief Executive Officer (CEO) Saudi Aramco sudah memastikan membangun kilang minyak di Indonesia. Kilang itu diproyeksikan mampu mengolah 300.000 barel minyak mentah per hari menjadi produk petrokimia.
Selain untuk pasar ekspor ke wilayah Asia Tenggara, produk petrokimia yang dihasilkan Saudi Aramco juga akan melayani permintaan petrokimia domestik yang mengalami pertumbuhan. Perlu diketahui, selain memproduksi petrokimia, Saudi Aramco merupakan eksportir minyak mentah terbesar dunia.
Selain Saudi Aramco, ada Saudi Telecom yang sudah duluan menanamkan investasi di Indonesia sejak tahun 2007. Ketika itu Saudi Telecom membeli 51% saham operator telekomunikasi Axis dari Maxis Communications Berhad.
"Saudi Telecom Company memiliki investasi sebesar US$ 1,2 miliar di Axis dan US$ 370 juta di Natrindo," kata Gatot Abdullah Mansyur, Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi seperti yang dikutip dari Arab News.
Selain dua investasi tersebut, kata Gatot, terdapat komitmen investasi yang akan menggarap proyek pengolahan mineral tambang di Sulawesi Selatan dengan nilai proyek US$ 10 miliar. Selain itu, ad juga ada komitmen proyek air bersih senilai US$ 200 juta di lokasi yang sama. Sayangnya, Gatot tidak memberikan perincian akan proyek ini.
Indonesia masih defisit dengan Arab Saudi
Bagi Indonesia, Arab Saudi merupakan sumber impor migas yang nilainya mencapai US$ 4,5 miliar dari total impor sebesar US$ 5,4 miliar di tahun 2011. Sementara itu neraca perdagangan kedua negara tercatat US$ 6,8 miliar, defisit bagi Indonesia sebesar US$ 3,99 miliar.
Pada periode Januari-Oktober 2012, impor migas dari Arab Saudi ke Indonesia tercatat US$ 3,88 miliar dari total impor sebesar US$ 4,8 miliar. Sementara itu, total ekspor Januari-Oktober 2012 tercatat US$ 1,6 miliar. Artinya, Indonesia masih defisit perdagangan dengan Arab Saudi sebesar US$ 3,2 miliar.
Sementara itu, andalan ekspor Indonesia ke Arab Saudi adalah ekspor non migas seperti vehicles other than trains, produk kayu, kertas, man-made filaments serta fats, oils and waxes. Sementara untuk ekspor migas, nilainya sama sekali tak berarti, hanya tercatat US$ 3 juta.
Adapun produk impor utama yang diimpor dari Arab Saudi adalah; minyak mentah, organic chemical, plastik dan bahan plastik, wood pulp & waste, man-made filaments, dan miscellaneous articles of base metals.
Dari tahun 2007 sampai 2011, pertumbuhan ekspor Indonesia tercatat 8,91% lebih rendah dari pertumbuhan impor yakni 8,92%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News