kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ451.000,58   6,98   0.70%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%
FOKUS /

Venezuela dan krisis ekonomi terburuk di dunia


Jumat, 16 Desember 2016 / 15:06 WIB
Venezuela dan krisis ekonomi terburuk di dunia


Sumber: money.cnn,Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

VENEZUELA. Dari buruk menjadi semakin memburuk. Kalimat ini pantas untuk menggambarkan krisis dana tunai yang melanda Venezuela.  

Kamis (15/12) kemarin, warga Venezuela seharusnya bisa menukarkan uang lama mereka dengan uang kertas dan koin baru. Tapi, rupanya, pemerintah Venezuela tak bisa memenuhi janji mereka.

Sekadar mengingatkan, Senin (12/12) lalu, pemerintahan Presiden Nicolas Maduro mengumumkan pihaknya akan menarik uang kertas 100 bolivar dan menggantikannya dengan uang koin bernilai sama dalam kurun waktu 72 jam. Uang kertas baru dan koin tersebut dikabarkan akan segera dirilis pada Kamis (15/12) mendatang.

Menurut Maduro, kebijakan daruratnya untuk menukar uang kertas bolivar dengan koin dalam waktu yang singkat bertujuan agar para mafia sulit menyelundupkan bolivar ke luar dari Venezuela.

Kebijakan tersebut diumumkan selang sepekan setelah Venezuela mengatakan akan mengganti uang kertas 100 bolivar dengan enam uang kertas lain yang bernilai antara 500 hingga 200.000 bolivar mulai 15 Desember mendatang.

Hingga batas waktu yang ditentukan, uang kertas baru yang dinanti-nanti tidak juga kunjung tiba di bank lokal dan ATM. Padahal, ribuan warga Venezuela sudah mengantre di sejumlah bank untuk menukar atau mendepositokan uang mereka.

Kondisi ini semakin menunjukkan seberapa parahnya krisis ekonomi yang dihadapi Venezuela. Nilai tukar mata uang bolivar turun tajam. Di sisi lain, tingkat inflasi meroket.

Untuk membeli makanan dan obat-obatan yang persediaannya kian menipis, warga Venezuela harus membawa setumpuk uang tunai.

Di media sosial, sejumlah warga Venezuela melaporkan bahwa ATM dari bank milik pemerintah Banco de Venezuela masih menahan uang kertas 100 bolivar.

"Belum ada satu orang pun yang memiliki uang kertas baru...tidak ada satu pun," jelas Alejandro, 24 tahun. Kondisi kian memburuk karena sejumlah toko yang ia kunjungi juga tidak memiliki uang kertas baru tersebut. "Kami tidak bisa membayar barang apa pun dengan uang kertas 100 bolivar," ceritanya.

Segera didistribusikan

Saat dikonfirmasi mengenai hal ini oleh CNNMoney, Presiden Bank Sentral Venezuela Nelson Merentes memastikan, uang kertas baru akan tiba di Venezuela dan akan didistribusikan sesegera mungkin ke perbankan. Sayangnya, dia tidak memberikan informasi secara detil waktu pelaksanaannya.

Sementara, Crane Currency di Boston -perusahaan yang mencetak uang kertas baru seperti yang dilaporkan Bloomberg- menolak berkomentar.

Pimpinan oposisi di venezuela pun mengkritik keputusan Maduro untuk menarik peredaran uang kertas 100 bolivar dari sirkulasi. Mereka meminta agar pemerintah segera mengambil langkah serius dalam mengatasi masalah ini.

"Kita harus mempertahankan mata uang lokal kita dengan menurunkan defisit fiskal dan inflasi. Tidak dengan menarik mata uang dari peredaran," ujar anggota Kongres Jose Guerra pada awal pekan ini.

Pemerintah Venezuela memutuskan untuk mencetak mata uang dengan nilai lebih tinggi dalam mengatasi inflasi. Di tengah inflasi yang meroket, warga Venezuela harus membayar barang yang mereka beli dengan berat tumpukan uang tunai, bukan dengan nilai uangnya.

Badan Moneter Internasional (IMF) memprediksi, tingkat inflasi di Venezuela akan naik 470% pada tahun ini dan 1.660% pada tahun depan.

Pada November lalu, nilai tukar bolivar melemah sekitar 55%. Sementara, uang kertas dengan pecahan terbesar Venezuela -yakni 100 bolivar- saat ini bernilai 2 sen US dollar jika berdasarkan nilai tukar tidak resmi.

"Jika pemerintah tidak mengatasi masalah inflasi yang serius ini, maka uang kertas baru itu tidak akan pernah cukup," papar Asdrubal Oliveros, director of Eco Analitica, perusahaan penelitian di Venezuela.

Pada Senin (12/12) malam, Maduro mengumumkan akan menutup perbatasan dengan Kolombia selama 72 jam. Kebijakan ini diambil setelah warga Venezuela ramai-ramai menukar uang mereka sebelum akhirnya tak berlaku lagi pada akhir pekan ini. Dia menuding, banyak mafia yang memindahkan uang Venezuela ke Kolombia.  

Masih belum jelas apakah perbatasan itu telah dibuka kembali pada Kamis malam.

Sejumlah ekonom menilai, krisis dana tunai akibat kebijakan Maduro akan berdampak besar pada warga yang berpendapatan rendah. Sebab, banyak dari mereka yang tidak memiliki rekening tabungan dan bergantung dengan dana tunai selama hidup mereka.

"Hal ini akan berdampak signifikan pada warga berpenghasilan rendah. Perekonomian Venezuela seharusnya tidak mendapat kejutan negatif lain," papar Siobhan Morden, head of Latin America fixed income strategy Nomura Holdings.

Bagaimana Venezuela bisa menjadi negara dengan perekonomian terburuk di dunia saat ini? Setidaknya, ada empat alasan yang menyebabkan hal itu terjadi.

1. Tiga tahun resesi ekonomi

Tahun ini, Venezuela memasuki tahun ketiga resesi. Data IMF menunjukkan, perekonomian Venezuela diramal akan terkontraksi 10%. IMF juga memprediksi, resesi ekonomi Venezuela akan berlangsung hingga 2019 mendatang.

Saat perekonomian mengerucut, harga barang-barang malah mendaki tinggi. Di 2016 ini, lanjut IMF, tingkat inflasi Venezuela akan mencapai 475%.

2. Minyak, mesin uang Venezuela rusak

Perekonomian Venezuela memburuk saat harga minyak dunia mulai anjlok pada 2014. Venezuela merupakan negara dengan cadangan minyak terbesar dunia. Masalahnya adalah, minyak merupakan satu-satunya mesin pencetak uang di negara tersebut.

Minyak menyumbang sekitar 95% pendapatan Venezuela dari ekspor. Jika mereka tidak menjual minyak, maka negara tersebut tidak memiliki uang untuk digunakan.

Mengingatkan saja, harga minyak sempat melampaui US$ 100 per barel di 2014. Namun, kini, harganya merunduk sekitar US$ 50 per barel. Bahkan pada awal tahun ini, harga minyak dunia sempat bertengger di posisi US$ 26 per barel.

Kesalahan Venezuela adalah tidak mengelola dengan baik uang mereka saat dalam kondisi ekonomi gemilang. Selain itu, pemerintah juga tidak melakukan pemeliharaan terhadap fasilitas-fasilitas minyak yang dimiliki. Alhasil, tingkat produksi minyak Venezuela melorot ke posisi terendah dalam 13 tahun terakhir.

PDVSA, perusahaan minyak milik pemerintah Venezuela, disebut-sebut tidak membayar sejumlah perusahaan yang membantu menyarikan minyak mereka. Salah satunya Schlumberger. Pada musim semi lalu, Schlumberger dan beberapa perusahaan lain secara dramatis memangkas operasi mereka dengan PDVSA dengan alasan banyak tagihan yang belum dibayar.

3. Harga barang melejit dan rumah sakit rusak berat

Cadangan bahan pangan Venezuela benar-benar menipis tahun ini. Berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan, warga Venezuela hidup tanpa bahan pangan dasar seperti susu, telur, tepung, sabun, dan tisu toilet.

Di luar dari anjloknya nilai mata uang dan turunnya pendapatan negara dari minyak, pemerintah Venezuela memperketat pengontrolan harga barang yang dijual di supermarket. Pemerintah memaksa importir makanan menghentikan pasokan barang dari luar negeri karena mereka akan mengalami kerugian besar.

Pada paruh pertama 2016, tingkat impor makanan Venezuela anjlok hampir 50% dari periode yang sama tahun lalu.

Belakangan, pemerintah Venezuela mulai menghentikan kontrol harga sehingga makanan sudah ditemukan lagi di rak-rak supermarket. Kendati demikian, harganya sangat tinggi sehingga hanya segelintir warga Venezuela yang mampu membelinya.

Cadangan obat-obatan juga terbilang minim. Banyak warga Venezuela yang berupaya mencari penisilin dan obat-obatan lain di apotek dan rumah sakit. Namun hasilnya nihil. Rumah sakit umum Venezuela juga dalam kondisi rusak berat. Alhasil, banyak warga bahkan bayi yang meninggal karena minimnya obat-obatan.

4. Kekeringan likuiditas dan emas

Venezuela juga mengalami kekeringan likuiditas. Negara ini diprediksi tidak mampu membayar semua tagihannya untuk jangka waktu yang cukup lama.

Informasi saja, saat ini jumlah utang jatuh tempo Venezuela antara kurun waktu 2016-2017 mencapai US$ 15 miliar. Sementara, bank sentral mereka hanya memiliki dana cadangan devisa US$ 11,8 miliar.

Pada saat yang sama, satu-satunya sumber mesin uang Venezuela, PDVSA, memangkas produksi dan berpotensi default.

Mayoritas cadangan devisa Venezuela berbentuk emas. Sehingga, untuk membayar utangnya tahun ini, Venezuela harus mengirimkan emas batangannya ke Swiss.

Biasanya, China mau membantu Venezuela dengan meminjamkan uang tunai miliaran dollar. Namun, China sudah enggan menyuntik dana segar ke negara Amerika Latin ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Storytelling with Data (Data to Visual Story) Mastering Corporate Financial Planning & Analysis

[X]
×