kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ451.001,09   7,49   0.75%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%
FOKUS /

Saat harga minyak gagal mendaki


Rabu, 17 Februari 2016 / 07:04 WIB
Saat harga minyak gagal mendaki


Sumber: money.cnn,CNBC,Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

RIYADH. Pelaku pasar minyak kini tengah was-was. Pasalnya, sejumlah isu kini membanjiri pasar sehingga menyebabkan pergerakan harga minyak volatile. Selasa (16/2) kemarin, misalnya, harga si emas hitam ini sempat melaju hingga 5%. Namun, reli terhenti dan harga minyak langsung terjerembab kembali.

Lompatan harga minyak tak lain disebabkan oleh berita pertemuan negara-negara produsen minyak terbesar dunia yang diprakarsai Arab Saudi dan Rusia di Doha, Qatar, kemarin (16/2). Menurut sumber anonim MoneyCNN, pertemuan itu juga dihadiri perwakilan dari Qatar dan Venezuela.

Agenda utama pertemuan tak lain untuk mendiskusikan strategi terkait melimpahnya cadangan minyak global yang telah menyebabkan harga minyak merosot ke posisi terendahnya dalam 13 tahun.

Dalam pertemuan itu, mereka sepakat untuk membekukan produksi sementara waktu. Ini merupakan langkah kecil yang disinyalir tidak akan memberikan pengaruh signifikan atas melimpahnya suplai minyak global.

Meski hanya menemui kemajuan yang kecil, sejumlah pengamat masih memiliki harapan di mana setidaknya para pemain besar di pasar minyak sudah menggelar pertemuan. Apalagi, ditegaskan, diskusi tersebut akan terus berlanjut.

"Kami akan memulai komunikasi intensif dalam waktu dekat dengan produsen minyak utama dunia, OPEC, non OPEC, termasuk Iran dan Iraq," jelas Menteri Energi dan Industri Qatar Mohammad bin Saleh al-Sada. Menurutnya, pembekuan sementara produksi minyak akan membantu menstabilkan pasar.

Sementara, Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali al-Naimi bilang, pertemuan tersebut terbilang sukses. Dia berharap produsen minyak baik anggota mapun non anggota OPEC akan mengadopsi usulan tersebut.

"Kami tidak menginginkan kenaikan harga minyak yang signifikan. Kami hanya ingin permintaan dan penawaran minyak seimbang sehingga harga minyak stabil," kata al-Naimi.

Hanya saja, belum semua produsen minyak menyetujui proposal tersebut. Deputi Kementerian Perminyakan Azerbaijan Natiq Abbasov menegaskan, pihaknya tidak memiliki rencana untuk membekukan produksi minyak mereka.

Selain itu, seperti yang dikutip Reuters dari kantor berita milik pemerintah Iran, Kementrian Perminyakan Iran juga mengatakan Teheran tidak akan memangkas market share mereka.

Pada Rabu (17/2), produsen minyak akan kembali menggelar pertemuan dengan Iran dan Iraq. Pengamat menilai, upaya pembekuan produksi minyak ini akan ditolak mentah-mentah oleh Iran. Sebab, setelah bertahun-tahun mendapatkan sanksi internasional, Iran berencana mengerek produksi minyak mereka dengan tujuan memperluas pangsa pasar.

Bagaimana sebenarnya kondisi pasar minyak saat ini?

Jika dilihat, pasar global saat ini masih dibanjiri dengan suplai minyak. Salah satu penyebabnya, OPEC dan Rusia memproduksi minyak mereka di level rekor. Di sisi lain, produksi minyak shale Amerika hanya mengalami sedikit penurunan.

Pada waktu yang bersamaan, tingkat permintaan minyak melemah seiring rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi global.

Sejumlah anggota OPEC seperti Nigeria dan Venezuela sudah mengimbau agar OPEC melakukan penguraan produksi secara terorganisir untuk mengerek kembali harga minyak. Hanya saja, usulan tersebut ditolak mentah-mentah oleh Arab Saudi dan produsen minyak lain di kawasan teluk.

Mereka cemas, tanpa adanya kesepakatan lebih jauh dengan produsen-produsen minyak non-OPEC, khususnya Rusia, maka OPEC akan mengalami pengerucutan pangsa pasar.

Outlook harga minyak

Setelah harga minyak mencatatkan penurunan selama 19 bulan, analis mengingatkan agar pelaku pasar berhati-hati atas kenaikan jangka pendek minyak akibat aksi yang dilakukan sejumlah produsen. Hal ini terlepas dari fakta bahwa kesepakatan pemangkasan produksi lebih didorong oleh masalah anggaran yang dialami Rusia dan Arab Saudi.

"Tuntutan terkait pemangkasan produksi minyak semakin meningkat. Jika kita tidak melihat adanya respon positif dalam satu bulan atau lebih, para spekulan tidak akan ragu untuk memulai melakukan taruhan jangka pendek lagi," papar IG's market strategist Chris Weston.

Analis Phillips Futures juga memperingatkan, jika mereka membiarkan harga minyak bergerak naik dalam jangka pendek, maka harga minyak akan tetap rendah untuk jangka panjang. "Hal ini disebabkan produsen minyak dengan breakeven tinggi bisa melakukan lindung nilai atas tekanan yang mereka alami. Sehingga, mereka masih terus melakukan produksi tanpa ada kendala berarti. Artinya, produsen minyak masih bisa menunggu meski mereka mengalami kerugian yang tidak sedikit," paparnya.

Sedangkan UBS Wealthh Management's commodities and FX strategist Wayne Gordon kepada CNBC menilai, satu isu utama mengenai permasalahan ini adalah sebenarnya seberapa besar para produsen memproduksi minyak.

"Sejumlah pihak percaya bahwa Arab Saudi dan rekan-rekan menorehkan kelebihan produksi dan ekspor minyak. Sehingga saat mereka menghadiri pertemuan OPEC mereka dapat mengatakan 'ya kami sudah memangkas sekitar ini'," imbuh Gordon.

Faktanya, lanjut Gordon, pasokan minyak dunia masih mengalami kelebihan sekitar 1-2 juta barel minyak per hari.

UBS memprediksi, harga minyak akan bergerak di kisaran US$ 20 hingga US$ 40 per barel pada tahun ini.

Juga yang menjadi fokus Gordon adalah penurunan dan dampak bola salju dari anjloknya harga minyak, di mana pihak perbankan saat ini dihadapkan oleh pilihan aset komoditas mana yang harus dikurangi. Pada saat yang sama, pihak perbankan sudah mengalami tekanan akibat kebijakan Bank of Japan yang memberlakukan suku bunga negatif.

"Dari segi perbankan Jepang, cukup jelas mereka harus melakukan perbaikan atas aset-aset berbasis komoditas dalam lima tahun terakir. Dengan diberlakukannya suku bunga negatif, hal ini akan memaksa perbankan untuk meminjamkan dananya dengan risiko yang lebih tinggi," urai Gordon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Storytelling with Data (Data to Visual Story) Mastering Corporate Financial Planning & Analysis

[X]
×