kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perbedaan larangan elektronik yang jadi misteri


Senin, 27 Maret 2017 / 15:57 WIB
Perbedaan larangan elektronik yang jadi misteri


Sumber: money.cnn | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

NEW YORK. Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris mengejutkan dunia pada pekan lalu dengan mendeklarasikan pelarangan membawa perangkat elektronik bagi penumpang dari Timur Tengah dan Afrika Utara di dalam pesawat.

Kebijakan tiba-tiba ini, didasari oleh kecemasan bahwa kelompok teroris dapat merencanakan ledakan di perangkat yang lebih besar dari ponsel pintar. Kebijakan ini sempat mengguncang maskapai. Sementara, para traveler bingung mengenai apa yang akan mereka lakukan dengan laptop dan tablet mereka.

Salah satu pertanyaan besar yang belum terjawab adalah mengapa pelarangan AS meliputi sejumlah negara yang tidak dilarang oleh Inggris. Empat negara yang masuk dalam daftar larangan AS yakni Uni Emirate Arab, Qatar, Kuwait, dan Moroko, tidak termasuk dalam pelarangan kebijakan Inggris.

"Adanya perbedaan ini adalah misteri," jelas Tim Clark, Presiden Emirates Airline. Padahal menurutnya, keamanan yang mereka terapkan sudah mendapatkan nilai tinggi dari beberapa negara. Basis maskapai Emirates, yaitu Dubai Internasional di Uni Emirat Arab, merupakan salah satu bandara tersibuk di muka bumi.

"Sepertinya, pemerintah Inggris melihat metodologi screening kami terbaik di kelasnya, khusus setelah mereka mengaudit prosedur dan pelatihan keamanan kami. Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) dan TSA juga menetapkan prosedur kami dengan nilai excellent dan kami sudah bekerjasama dengan mereka sejak memulai penerbangan ke AS pada 2004," paparnya.

Kebijakan yang berbeda di dua negara ini memang cukup membingungkan. Seorang pelancong, misalnya, dapat terbang dari Houston ke Dubai dengan membawa laptop. Namun, dalam penerbangan sebaliknya, laptop yang sama harus disimpan di dalam perut pesawat Boeing 777.

Pelancong yang sama, bisa menghindari kebijakan ini dengan terbang ke London dengan Emirates dengan mengganti penerbangan ke AS atau Inggris.

Baik pemerintah AS maupun Inggris beralasan, kebijakan ini ditujukan untuk keamanan warga negaranya.

"Setiap negara mengambil keputusan berdasarkan pada beragam kriteria dan pertimbangan, mulai dari politik, diplomatik, ekonomi, keamanan, dan lainnya," jelas David Lapan, Acting Deputy Assistant Secretary untuk DHS.

Lapan menambahkan, keputusan DHS untuk mengimplementasikan prosedur keamanan tambahan di sejumlah bandara terpilih berdasarkan pada penilaian atas ancaman yang ada. "Dan misi kami adalah untuk melindungi para traveler dari ancaman teroris," jelasnya.

Namun, sejumlah opini di kawasan Teluk menilai, AS menempatkan Uni Emirat Arab dan Qatar dalam daftar untuk melindungi maskapai AS.

"Tidak ada keraguan bahwa alasan utama di balik pelarangan elektronik ini adalah untuk meredam persaingan dari maskapai di kawasan Teluk, dan mendorong penumpang AS untuk terbang dengan maskapai AS pula," tulis Sultan Al Qassemi, prominent Emirati commentator dalam sebuah artikel untuk Institut Timur Tengah pada pekan lalu.

DHS membantah aksi proteksionisme menjadi alasan dari pelarangan tersebut.

Kendati demikian, adanya perbedaan antara pelarangan AS dan Inggris membuat para ahli bertanya-tanya.

"Dengan berasumsi bahwa adanya bahaya dari teknologi baru, teroris dapat dengan mudah melakukan aksi di penerbangan ke AS atau Inggris dari bandara manapun di dunia -- termasuk Eropa atau AS dan Inggris sendiri -- tidak hanya di Timur Tengah," tulis Greely Koch, executive director of the Association of Corporate Travel Executives dalam pernyataannya.

Koch juga menulis, "Jawaban dibutuhkan sekarang. Tanpa ada penjelasan lain, pelarangan ini hanya akan menimbulkan skeptisme atas persepsi pemerintah di bisnis perjalanan."




TERBARU

[X]
×