kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45999,35   5,75   0.58%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%
FOKUS /

Panama Paper, saat jutawan dunia sembunyikan harta


Selasa, 05 April 2016 / 18:40 WIB
Panama Paper, saat jutawan dunia sembunyikan harta


Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

WASHINGTON. Kehebohan bocornya Panama Papers terus berlanjut. Satu per satu dokumen rahasia para jutawan dunia mulai terkuak. Informasi ini seakan tidak ada habisnya.

Tak mengherankan. Jika dilihat dari jumlahnya, Panama Papers digadang-gadang merupakan bocoran data informasi terbesar di sepanjang sejarah dunia karena melingkupi 11,5 juta dokumen.

Berdasarkan informasi dari situs resmi International Consortium of Investigative Journalism (ICIJ), file dokumen Panama Papers mencapai 2,6 terabyte (TB). Selain itu, dokumen ini juga meliputi 4,8 juta email dan 2,1 juta dokumen PDF. Ada juga 1,1 juta foto serta ribuan file dalam bentuk lain.  

Sekadar kilas balik, Panama Papers merupakan dokumen transaksi keuangan para jutawan dan selebritas ternama dunia yang dibocorkan oleh sumber anonim. Diduga, para jutawan tersebut melarikan dana mereka ke negara bebas pajak (offshore) dengan tujuan menyembunyikan harta mereka.

Setidaknya, ada 12 pemimpin dunia baik yang mantan pemimpin maupun yang masih menjabat yang secara rahasia menyimpan dana senilai US$ 2 miliar di sejumlah bank dan perusahaan bayangan.

Pertama kali, dokumen ini diperoleh surat kabar Jerman, Suddeutsche Zeitung. Baru kemudian diteruskan kepada International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ).

Ini merupakan sebuah kelompok wartawan investigasi dengan keanggotaan lebih dari 370 wartawan dari 80 negara seluruh dunia.

ICIJ membutuhkan waktu lebih dari satu tahun untuk mengubah data-data yang mereka dapat dengan total 11,5 juta dokumen terenkripsi agar bisa diekspos.

Data itu meliputi transaksi rahasia keuangan para pimpinan politik dunia, skandal global, dan data detil mengenai perjanjian keuangan tersembunyi oleh para pengemplang dana, pengedar obat-obatan terlarang, miliarder, selebriti, bintang olahraga, dan lainnya.

Panama Papers meliputi data selama 40 tahun -mulai akhir 1970an hingga akhir 2015- dari sebuah perusahaan firma hukum yang namanya tak banyak dikenal namun sangat berkuasa di Panama. Perusahaan itu bernama Mossack Fonseca. Mossack memiliki kantor cabang di lebih dari 35 lokasi di seluruh dunia.

Perusahaan ini merupakan salah satu pendiri perusahaan cangkang (shell company) ternama dunia. Apa itu shell companies? Shell company merupakan struktur perusahaan yang dapat digunakan untuk menyembunyikan aset dan harta seseorang. Nah, data bocor dari firma hukum ini meliputi informasi atas 214.000 offshore companies yang terkoneksi dengan individu di 200 negara dan teritori.

Firma Mossack Fonseca sendiri mengklaim mereka telah beroperasi selama 40 tahun dan tidak pernah sekali pun melanggar hukum.

Investigasi Panama Papers juga merupakan kolaborasi media antar negara terbesar dari yang pernah ada. Para jurnalis bekerja dalam 25 bahasa untuk memecahkan dokumen rahasia Mossack Fonseca dan melacak perjanjian rahasia klien firma hukum tersebut di seluruh dunia.

Mereka berbagi informasi dan memburu petunjuk berdasarkan data bocor mulai dari file korporasi, data properti, laporan keuangan, dokumen pengadilan, dan wawancara dengan para ahli pencucian uang dan penegak hukum.

Mayoritas jasa dari industri offshore dapat digunakan untuk tujuan legal. Namun, sejumlah dokumen menunjukkan bahwa bank, firma hukum, dan para pemain offshore lainnya seringkali gagal untuk mematuhi persyaratan hukum untuk memastikan klien mereka tidak terlibat dalam perusahaan kriminal, penggelapan pajak, atau korupsi politik.

File tersebut juga menunjukkan, para pemain offshore ini berupaya melindungi diri mereka dan klien dengan menyembunyikan transaksi mencurigakan. Contohnya, mereka berupaya menghilangkan jejak dengan mengubah mundur tanggal transaksi (backdating) dan menghancurkan dokumen.

Banyak hal mengejutkan yang muncul dari data Panama Papers. Misalnya saja, data tersebut merinci secara detil perusahaan-perusahaan offshore yang dikontrol oleh sejumlah pesohor dunia. Sebut saja Perdana Menteri Islandia, Perdana Menteri Pakistan, Raja Arab Saudi, dan anak-anak Presiden Azerbaijan.

Data ini juga meliputi nama-nama 33 orang dan perusahaan yang masuk ke dalam daftar hitam pemerintah AS karena terbukti melangsungkan bisnis dengan para pimpinan jaringan narkoba Meksiko, organisasi teroris seperti Hizbullah atau negara-negara seperti Korea Utara dan Iran.

Keterlibatan bank global

Panama Papers juga memperjelas adanya peran bank global besar. Bahkan dapat dikatakan mereka merupakan kunci utama dalam pendirian perusahaan yang sulit terlacak di British Virgin Island, Panama, dan negara surga pajak lainnya.

File tersebut berisi daftar lebih dari 15.600 data perusahaan yang disiapkan bank untuk klien mereka yang menginginkan data keuangan mereka tersembunyi. Termasuk ratusan perusahaan yang didiikan oleh bank raksasa internasional seperti UBS dan HSBC.

Selama bertahun-tahun, bank raksasa asal Swiss UBS dan Mossack Fonseca menjalin kerjasama yang saling menguntungkan kedua pihak. UBS memiliki klien yang menginginkan perusahaan cangkang untuk menyembunyikan harta mereka. Sementara, Mossack Fonseca merasa senang untuk menjualnya.

Namun, di pada 2010, di bawah ancaman tuntunan pidana AS untuk penggelapan pajak dan pencucian uang, UBS berupaya memperbaiki kerusakan yang ada. Jajaran direksi UBS ingin keluar dari bisnis shell company.

Ketegangan bahkan sempat terjadi pada pertemuan di Zurich pada 28 September 2015 lalu. Pada waktu itu, UBS menuduh Mossack Fonseca bertanggungjawab mengidentifikasi pemilik perusahaan cangkang dibalik rekening rahasia.

Di sisi lain, karyawan Mossack Fonseca Dieter Buchholz membantah bahwa perusahaannya tidak memiliki ide siapa sebenarnya pemilik perusahaan yang diciptakan untuk klien UBS. Sebab, UBS menahan semua informasi tersebut.

Eksekutif UBS Patrick Kung keberatan. Dia bilang, Mossack Fonseca melanggar kode pencucian uang Swiss dan dia secara serius akan melaporkan firma hukum tersebut ke pihak berwenang.

Ini merupakan ketegangan yang berhasil diketahui ICIJ melalui email yang bocor.

Berdasarkan analis ICIJ, terdapat lebih dari 500 bank, anak usaha dan cabang mereka mendirikan 15.600 perusahaan cangkan dengan Mossack Fonseca. Mayoritas perusahaan tersebut didirikan sejak 1990an.

Bank raksasa asal Inggris HSBC dan anak usahanya sendiri tercatat mendirikan lebih dari 2.300 perusahaan cangkang. Sedangkan UBS mendirikan lebih dari 1.100 perusahaan.

Bank besar lain yang juga menjalin bisnis dengan Mossack Fonseca meliputi Societe Generale (979 perusahaan), the Royal Bank of Canada (378 perusahaan), Commerzbank (92 perusahaan), dan Credit Suisse (1.105 perusahaan).

Respon Mossack Fonseca

Sebelum membahas respon Mossack Fonseca, mari kita mengenal lebih dekat firma hukum ini.

Mossack Fonseca didirikan 40 tahun lalu melalui merger antara dua firma hukum Panama. Satu dikepalai oleh Ramon Fonseca, dan satu perusahaan lainnya didirikan oleh imigran Jerman Jurgen Mossack.

Firma hukum ini mengkhususkan diri membantu klien mendirikan perusahaan di yuridiksi bebas pajak.

Memang, pendirian shell company bukan tindakan ilegal. Namun, mereka dapat digunakan untuk menutupi transaksi finansial dan kepemilikan.

Bocornya dokumen atas jaringan kerja Mossack Fonseca membuat firma hukum ini angkat bicara. Pada intinya, mereka mengklaim tidak melanggar aturan dan hukum yang ada.

"Perusahaan kami, seperti layaknya perusahaan lain, memberikan jasa agensi terdaftar bagi klien profesional kami. Sebagai agen terdaftar, kami membantu dalam pendirian perusahaan, dan sebelum kami menyetujui bekerjasama dengan klien, kami melakukan proses due-dilligence, untuk memastikan tidak ada pelanggaran terhadap hukum lokal," demikian pernyataan Mossack.

Pengusaha Indonesia di Panama Papers

Yang mengejutkan, kehebohan skandal Panama Papers juga turut menyenggol Indonesia. Ratusan nama pesohor Tanah Air juga berada dalam daftar data bocor Panama Papers.

Dalam situs resmi ICIJ, terdapat setidaknya 2.961 nama individu ataupun perusahaan yang muncul, saat kata kunci "Indonesia" dimasukkan.

Selain itu, mengutip Kompas.com, pada laman yang sama pun muncul 2.400 alamat di Indonesia yang terdata dalam kolom "Listed Addresses".

Siapa saja mereka? Berdasarkan laporan www.tempo.co.id, setidaknya ada 800 nama pebisnis dan politikus Indonesia yang termasuk dalam klien Mossack Fonseca. Catatan saja, Tempo merupakan satu-satunya media di Indonesia yang terlibat dalam investigasi ICIJ ini.

Nama-nama para miliarder ternama yang setiap tahun langganan masuk daftar orang terkaya versi Forbes Indonesia bertebaran dalam dokumen Mossack. Pemilik grup Lippo, James Riady, misalnya, tercatat sebagai pemegang saham di sebuah perusahaan bernama Golden Walk Enterprise Ltd.

Perusahaan itu didirikan dengan bantuan Mossack Fonseca di British Virgin Islands pada 2011. Putranya, John Riady, juga tercatat sebagai pemilik Phoenix Pacific Enterprise Ltd di BVI. Ketika dimintai konfirmasi, salah seorang keluarga Riady memberikan keterangan off the record.

Nama lain yang muncul dalam daftar ini adalah Direktur PT Indofood Sukses Makmur, Franciscus Welirang. Dia tercatat sebagai pemegang saham perusahaan offshore bernama Azzorine Limited.

Nama Fransiscus tak langsung tercatat sebagai klien Mossack Fonseca. Dia terafiliasi lewat BOS Trust Company (Jersey) Ltd, yang menjadi klien sejak 2013.

Selain itu, nama Sandiaga Uno juga disebut dalam dokumen bocor Panama Papers. Dalam dokumen tersebut dijelaskan, ada tiga perusahaan offshore yang terkait dengan Sandiaga, yakni Aldia Enterprises Ltd, Attica Finance Ltd, dan Ocean Blue Global Holdings Ltd. Ketiganya didirikan berurutan sejak 2004 sampai 2006.

Ada juga nama Muhammad Riza Chalid dan pengusaha properti Djoko Soegiarto Tjandra, yang tercantum dalam dokumen Mossack.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Storytelling with Data (Data to Visual Story) Mastering Corporate Financial Planning & Analysis

[X]
×