kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%
FOKUS /

Mengupas hubungan Arab Saudi-Iran yang naik turun


Selasa, 05 Januari 2016 / 13:02 WIB
Mengupas hubungan Arab Saudi-Iran yang naik turun


Sumber: AP,CNBC,Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

RIYADH. Hubungan diplomatik antara Arab Saudi dan Iran dapat dikatakan sudah tidak harmonis sejak Revolusi Islam tahun 1979. Pada kejadian itu, pemerintah Syiah Iran yang dipimpin Mohammad Reza Pahlavi digulingkan. Seiring perjalanan waktu, hubungan keduanya tampak naik turun. Kadang membaik, kadang memburuk.

Nah, pada Minggu (3/1) lalu, hubungan Arab Saudi dan Iran memanas lagi. Bahkan, Arab Saudi menyatakan memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran.

Keputusan ini diambil pemerintah Arab setelah terjadi penyerbuan kedutaan Arab Saudi di Teheran. Penyerbuan tersebut merupakan buntut dari eksekusi yang dilakukan Riyadh terhadap seorang ulama muslim Syiah.

Mengapa Arab Saudi mengeksekusi Nimr al-Nimr?

Nimr al-Nimr merupakan satu dari 47 orang yang dieksekusi pada pekan ini karena terlibat dalam kasus teroris. Ini merupakan eksekusi terbesar Arab Saudi dalam beberapa tahun terakhir.

Menurut Reuters, sang ulama dituduh terlibat dalam penembakan polisi di Arab Saudi.

Warga Sunni yang diduga melakukan serangan al Qaida sepuluh tahun lalu juga termasuk mereka yang dihukum mati.

Al-Nimr juga merupakan salah seorang pimpinan muda warga  Syiah yang terbilang vokal. Kelompok Syiah merupakan kelompok muslim minoritas yang berulang kali bentrok dengan warga muslim mayoritas Sunni di Timur Tengah.

Mengapa segala sesuatunya tersulut dengan cepat?

Para kritikus politik mengatakan, al-Nimr menjadi target pemerintah Arab Saudi karena dirinya sangat vokal mengkritik dinasti kerajaan Saudi. Dia juga sering mengorganisir demonstrasi anti-pemerintahan pada 2011 dan 2012.

Ekseskusi tersebut mengundang kemarahan sejumlah tokoh politik dan agama di Iran. Sekadar informasi, Iran merupakan salah satu basis Syiah terbesar di Timur Tengah.

Salah satunya berasal dari pimpinan ulama Iran Ayatollah Ali Khamenei, yang mengatakan Arab Saudi akan menghadapi pembalasan yang setimpal akibat eksekusi al-Nimr.

Pasca eksekusi, banyak warga Iran yang melakukan aksi unjuk rasa dengan melempar bom molotov, mebakar ban, hingga merusak furnitur, setelah menyerbu kedutaan Arab Saudi di ibukota Iran, Teheran pada Minggu (3/1).

Pasca kejadian tersebut, polisi lantas menahan 40 orang yang diduga merupakan pelaku penyerangan.

Apa saja reaksi atas kejadian itu?

Seperti yang diketahui bersama, pemerintah Arab Saudi bereaksi keras atas serangan kedutaan mereka di Teheran. Arab Saudi langsung memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran.

Mereka juga memberikan waktu selama 48 jam bagi diplomat Iran untuk meninggalkan Arab Saudi.

Bahkan, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir menegaskan, pemutusan hubungan tersebut juga akan berlanjut dengan penghentian penerbangan antara kedua negara, mengakhiri hubungan komersial, dan melarang warga Arab Saudi untuk melakukan perjalanan ke Iran.

Meski demikian, tambah Jubeir, jemaah haji Iran masih boleh mengunjungi Mekkah dan Madinah.

Bahrain dan Sudan, aliansi Arab Saudi, turut mengekor langkah Arab Saudi pada Senin pagi kemarin. Sementara, Uni Emirat Arab mengatakan pihaknya akan membatasi jumlah diplomat Iran yang diizinkan tinggal di negaranya.

Meski demikian, negara-negara Barat -termasuk Prancis- mengimbau agar kedua negara berdamai. Jerman juga mengusulkan agar dilakukan dialog dan menambahkan bahwa eksekusi bisa meningkatkan ketegangan politik di seluruh kawasan Timur Tengah.

Apa yang akan terjadi selanjutnya?

Hingga saat ini, belum jelas bagaimana ketegangan politik kedua negara ke depannya. Kendati begitu, tak tertutup kemungkinan dilakukannya mediasi oleh kedua negara.

Mengutip Reuters, Rusia sudah bersedia untuk menjadi mediator antara Arab Saudi dan Iran.

"Sebagai teman, kamis siap mengambil peranan jika diminta sebagai penengah..untuk menyelesaikan kontradiksi dan perselisihan lain antara kedua negara," jelas Menteri Luar Negeri Rusia kepada kantor berita RIA.

Bagaimana dampak kejadian ini terhadap harga minyak dunia?

Ketegangan antara Arab Saudi dan Iran sempat membuat harga minyak dunia mendaki kemarin. Harga minyak WTI, misalnya, naik 0,8% menjadi 37,08 per barel. Demikian pula halnya dengan harga minyak Brent yang naik 0,8% menjadi US$ 37,53 per barel.

Pada saat itu, investor cemas, memburuknya hubungan Arab-Iran akan mengganggu tingkat ekspor minyak dari kedua negara.

Namun, sejumlah analis menilai, harga minyak dunia masih akan tetap rendah dalam jangka pendek. Analis JPMorgan Scott Darling, salah satunya.

"Apa yang terjadi kemarin merefleksikan risiko geopolitik dan volatilitas pasar minyak. Namun secara fundamental, kami tak yakin bahwa dalam jangka pendek ekspor minyak akan mengalami gangguan akibat ketegangan politik antara Arab-Iran," jelasnya.

Menurutnya, dengan masih membludaknya cadangan minyak pada paruh pertama tahun ini, risiko rendahnya permintaan masih memberatkan pasar minyak.

JPMorgan memprediksi, pada kuartal pertama, harga minyak Brent akan berada di level US$ 35 per barel dengan pemulihan bertahap di sepanjang 2016 hingga akhirnya harga rata-rata minyak pada tahun ini menyentuh level US$ 50 per barel.

Bagaimana hubungan naik-turun Arab Saudi Iran?

Mari melihat bagaimana perjalanan hubungan naik turun antara Arab Saudi dengan Iran:

- Pra-revolusi:

Iran memiliki hubungan berbatu dengan Arab Saudi di bawah pimpinan Syiah. Tetapi hubungan mereka membaik menjelang akhir pemerintahannya di tahun 1979. Keduanya adalah anggota utama dari kartel minyak OPEC.

- Pasca-revolusi:

Setelah revolusi dan pengambilalihan Kedutaan Besar AS di Teheran, Arab Saudi menjadi sekutu utama Washington di wilayah tersebut. Dalam perang antara Iran dan Irak pada 1980-an yang menewaskan 1 juta orang, Arab Saudi yang mendukung Irak meskipun mereka masih mencemaskan kediktatoran Saddam Hussein.

- Kerusuhan haji 1987:

Ibadah haji tahunan ke tempat suci Islam di Arab Saudi, yang diwajibkan bagi semua Muslim yang sehat sekali dalam hidup mereka, berubah duka pada tahun 1987. Pada waktu itu, terjadi pertumpahan darah di mana Iran menggelar demonstrasi politik terhadap kependudukan Israel.
Peziarah Iran kemudian bentrok dengan polisi anti huru hara Saudi. Dari kejadian itu, setidaknya ada 402 orang tewas. Namun Iran mengatakan, ada 600 peziarah yang tewas setelah polisi Saudi melepaskan tembakan ke kerumunan.

Di Teheran, massa menyerang kedutaan Saudi, Kuwait, Perancis dan Irak.

- Memutuskan hubungan:

Arab Saudi memutuskan hubungan dengan Iran pada tahun 1988, pasca kerusuhan haji dari tahun sebelumnya dan serangan Iran pada pengiriman di Teluk Persia.
Namun kedua negara memulihkan hubungan diplomatik pada tahun 1991.

- Meredakan ketegangan:

Hubungan antara Saudi-Iran semakin membaik setelah Presiden Iran Mohammad Khatami, mulai menjabat pada tahun 1997. Hubungan mereka semakin menghangat setelah kunjungan bersejarah oleh Putra Mahkota Arab Abdullah ke Teheran dan Khatami ke kerajaan Arab Saudi pada tahun 1999.

- Sengketa nuklir:

Kekhawatiran Saudi tentang Iran berlanjut di tengah sanksi internasional terhadap Teheran atas program nuklirnya dan retorika yang semakin keras dari Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad.

Selain itu, Iran dan Arab Saudi masing-masing mendukung pihak yang berlawanan pada perang sipil SUriah dan konflik di Yaman. Arab Saudi juga semakin mencurigai Iran atas kesepakatan nuklir yang dicapai dengan negara-negara besar dunia.

- Bencana haji 2015:

Setelah terjadi bencana 24 September di mana ribuan jemaah haji terinjak-injak, Arab Saudi mengumumkan bahwa jumlah korban tewas hanya sebanyak 769 jamaah haji.

Namun, hitungan Associated Press dari negara lain menunjukkan jumlah korban tewas melampaui 2.400 orang tewas.

Iran mengatakan sedikitnya 464 jamaah yang tewas dan menyalahkan Arab "ketidakmampuan" dalam menangani pelaksanaan ibadah haji.

- Eksekusi ulama syiah Iran:

Pada tanggal 2 Januari, Arab Saudi mengeksekusi 47 orang - termasuk ulama Syiah Sheikh Nimr al-Nimr. Al-Nimr merupakan tokoh sentral dalam Arab Spring. Kematiannya memicu protes di seluruh Timur Tengah dan serangan terhadap fasilitas diplomatik Arab di Iran.

Arab Saudi merespon dengan mengumumkan itu memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×