kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ451.001,23   7,63   0.77%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%
FOKUS /

Meneropong pamor emas pada 2017


Sabtu, 24 Desember 2016 / 10:00 WIB
Meneropong pamor emas pada 2017


Reporter: Dupla Kartini, Wuwun Nafsiah | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Pamor emas meredup di penghujung tahun. Komoditas logam mulia kalah saing dibandingkan dollar Amerika Serikat (AS). Gara-garanya, Bank Sentral AS alias The Fed mengerek suku bunga acuan pada 14 Desember lalu. Kebijakan ini memoles daya tarik mata uang Paman Sam.

Tak heran, setelah keputusan itu, harga emas di pasar global rontok. Dalam sehari, harga emas tumbang hingga 2,9%. Mengutip Bloomberg, Kamis (15/12), harga emas kontrak pengiriman Februari 2017 di Divisi Comex-AS terjerembab ke US$ 1.129,8 per ons troi. Ini rekor terendah 11 bulan terakhir.

Meski belakangan ini mencoba bangkit, namun pergerakannya masih sangat tipis. Hingga Jumat (23/12) pukul 18.08 WIB, harga emas spot masih tiarap di level 1.132 per ons troi.

Padahal, harganya pernah menembus US$ 1.377,5 per ons troi pada Juli 2016. Ini rekor tertinggi sepanjang 2016. Komoditas safe haven ini sempat jadi buruan investor ketika pasar keuangan dunia bergejolak pasca Inggris hengkang dari Uni Eropa.

Kondisi di pasar domestik tak berbeda jauh. Belakangan, harga logam mulia besutan PT Aneka Tambang (Antam) stagnan dengan kecenderungan turun. Jumat (23/12), harga jual emas Antam pecahan 1 gram dibanderol Rp 583.000. Sementara, harga beli kembali alias buyback Rp 486.000 per gram. Asal tahu saja, tahun ini, harga jual emas Antam sempat menembus Rp 616.000, dengan posisi buyback Rp 563.000 per gram.

Nah, koreksi yang melanda emas dalam sepekan terakhir, otomatis menggerus performa emas yang ditorehkan sebelumnya. Alhasil, sepanjang tahun berjalan ini, emas spot hanya naik 6,2%, dan emas Antam naik 6,97%.

Lantas, pada 2017, apakah emas bisa lebih berkilau dibanding tahun ini, atau justru akan tiarap?

Harga Emas Spot & Emas Antam    
       
  23 Des 2016* 31 Des 2015 Kenaikan
Emas spot (ons troi) US$ 1.132 US$ 1.065,9 6,2%
Emas Antam (gram) Rp 583.000 Rp 545.000 6,97%
Buyback Antam (gram) Rp 486.000 Rp 470.000 3,4%
       
*Pukul 18.08 WIB di bursa Comex-AS    

Target support US$ 1.050 

Prospek harga emas pada 2017 masih akan disetir kebijakan suku bunga acuan Negeri Paman Sam. Apalagi, Gubernur The Fed Janet Yellen memberi sinyal kenaikan suku bunga pada tahun depan bisa sampai tiga kali. Itu sebabnya, sejumlah analis meramal pamor emas masih akan redup.

Direktur sekaligus analis PT Garuda Berjangka Ibrahim menebak, emas di pasar global bahkan berpotensi menembus support US$ 1.050 per ons troi pada Januari 2017. Pasalnya, ia menduga, otot dollar AS bakal semakin perkasa. Proyeksinya, indeks dollar bisa menyentuh level 105 dari posisi saat ini di kisaran 103.

“Jika data ekonomi AS terus membaik dan Donald Trump fokus membangun infrastruktur, maka AS kemungkinkan besar akan menaikkan suku bunga untuk menarik pulang dana dari luar,” papar Ibrahim. Dus, dollar AS bakal kian tangguh di hadapan mayoritas mata uang dunia.

Alwi Assegaf, Analis SoeGee Futures bilang, perhatian pelaku pasar tertuju pada potensi kenaikan suku bunga The Fed tahun depan. Itu sebabnya, si kuning sulit melawan pamor The Greenback.  Apalagi, yield obligasi Amerika Serikat saat ini cukup tinggi, mencapai 2%. "Tingginya yield obligasi di atas inflasi membuat pamor emas sebagai inflation hedge pudar," ujarnya.

Sementara, Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst Asia Tradepoint Futures berpendapat, sekalipun isu The Fed sangat menekan emas, namun harganya bisa bertahan di atas US$ 1.100 per ons troi.

Dia beralasan, saat harga emas jatuh ke bawah US$ 1.200, maka investor China biasanya akan tertarik untuk mengoleksi. Selain itu, isu Brexit kemungkinan bakal kembali memicu ketidakpastian di pasar keuangan global. Sebagai catatan, keputusan final keluarnya Inggris dari Uni Eropa akan dilakukan pada Maret 2017.

 Di tengah  ketidakpastian, ada harapan pamor emas sebagai safe haven akan naik lagi. Deddy menebak, emas akan diperdagangkan di rentang US$ 1.160-US$ 1.180 per ons troi.

Permintaan emas turun

Meski demikian, diakui Deddy, dari sisi fundamental, logam mulia minim dukungan. Menurutnya, permintaan dari dua importir emas terbesar, China dan India, justru berpotensi turun pada tahun depan.

Soalnya, kedua negara itu akan mengutip cukai lebih besar dan jaminan bagi importir emas. Ini bisa menekan minat pembelian emas. Per Oktober 2016, impor emas China tercatat sudah turun 5%-8%. Penyebabnya, pemerintah Negeri Tembok Besar mengutip bea impor lebih tinggi.

“Sehingga, meskipun emas rebound, tidak akan signifikan dan hanya terjadi jangka pendek,” paparnya.

Ibrahim bilang, meskipun data ekonomi China membaik dan ada peningkatan permintaan jelang Imlek, tidak serta merta mampu memoles harga si kuning.  “Emas bisa saja rebound, tapi itu hanya sesaat,” ujarnya.

Itu sebabnya, Ibrahim memperkirakan, sepanjang semester pertama tahun depan, harga emas akan tiarap. Peluang logam mulia bangkit kemungkinan baru terbuka pada kuartal III 2017. Dengan syarat, ada perubahan arah kebijakan suku bunga sejumlah bank sentral yang bisa menahan penguatan dollar AS, atau konflik di Timur Tengah memanas.

Sementara, Alwi bilang, tanpa peristiwa menggemparkan yang dapat mendorong minat safe haven, emas akan tertekan . "Level US$ 1.200 per ons troi akan menjadi resistance kuat yang sulit ditembus pada kuartal I 2017. Area support di level US$ 1.050,45 per ons troi," proyeksinya.

Emas batangan stagnan   

Seirama dengan pergerakan emas di pasar global, harga emas batangan di pasar domestik juga disinyalir sulit berpendar pada 2017. Namun, ini tak semata-mata karena prospek emas yang kurang menarik, melainkan juga faktor nilai tukar rupiah.

Jika selama ini, harga emas Antam jadi lebih mahal saat dollar AS menguat, namun kondisi serupa kemungkinan tak akan terjadi tahun depan. Sebab, rupiah diyakini akan tetap stabil meski saat dollar AS melejit.

Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede bilang, tahun depan, dollar memang akan mendominasi di hadapan mata uang Asia, termasuk rupiah. Mata uang Paman Sam akan diburu sebagai safe haven karena ekspektasi kenaikan bunga The Fed sebesar 75 bps, serta ada risiko ketidakpastian saat pemilu berlangsung di Jerman dan Prancis.

Meski demikian, lanjutnya, fundamental rupiah cukup solid. Defisit neraca berjalan yang berada dalam level sehat dan pertumbuhan ekonomi yang membaik, bakal memoles mata uang Garuda. Apalagi, Bank Indonesia akan menjaga stabilitas rupiah melalui kebijakan suku bunganya.

Dengan begitu, lanjut Josua, rupiah akan stabil di level fundamental yaitu Rp 13.300-Rp 13.600 per dollar AS, sekalipun terjadi turbulensi global.

Ibrahim sependapat, rupiah akan stabil. Katanya, kebijakan pemerintah yang membatasi pembelian dollar dan gencarnya penggunaan belanja negara ke sektor infrastruktur mampu menyokong rupiah. Prediksinya, sekalipun melemah, level resistance rupiah akan di kisaran Rp 13.700 per dollar AS.

Dus, hitungan Ibrahim, meskipun harga emas di pasar global rebound ke resistance US$ 1.200 per ons troi, dengan posisi rupiah yang terjaga di Rp 13.700 per dollar, maka harga emas Antam hanya akan di kisaran Rp 528.000 per gram (di luar ongkos cetak).

Ramalan Deddy, harga emas Antam tahun depan tidak akan lebih dari Rp 600.000 per gram. Sebab, ia meyakini, nilai tukar rupiah tidak akan melebihi Rp 13.500 per dollar AS.

“Level support emas Antam di kisaran Rp 550.000-Rp 580.000 per gram,” tebaknya.

Hold jangka panjang

Dengan prospek emas Antam yang kurang cemerlang, Ibrahim menyarankan investor lebih hati-hati di kuartal pertama 2017. “Kalau mau koleksi, tunggu saat sudah murah, saat emas spot jatuh signifikan,” sarannya.

Sementara, bagi investor yang sudah punya koleksi emas, Ibrahim bilang, sebaiknya di-hold. Sebab, emas lebih tepat untuk investasi jangka panjang, minimal lima tahun. “Tetap ada peluang harga emas untuk naik dalam jangka panjang,” imbuhnya.

Saran yang sama diajukan Deddy. Katanya, pelaku pasar bisa melakukan spekulatif buy, terutama sebelum hajatan Imlek. “Ada kecenderungan investor domestik beli saat harga murah, misalnya di akhir tahun ini,” ucapnya.

Tapi, ia tidak menyarankan investor menggunakan emas Antam untuk mengejar cuan dari trading jangka pendek. “Pergerakan harganya di 2017 akan relatif sempit, sehingga tidak akan menguntungkan,” imbuh Deddy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Storytelling with Data (Data to Visual Story) Mastering Corporate Financial Planning & Analysis

[X]
×