kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menakar prospek holding BUMN tambang


Kamis, 16 November 2017 / 08:37 WIB
Menakar prospek holding BUMN tambang


Reporter: Nisa Dwiresya Putri, Riska Rahman | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sesaat lagi, status tiga perusahaan tambang pelat merah bakal berubah. Rencana pembentukan holding BUMN tambang, akan membuat PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Timah Tbk (TINS) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) berstatus sebagai anak usaha PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum).

Pemerintah akan mengalihkan saham ketiga emiten ini kepada Inalum. Sehingga, ketiganya tak lagi berstatus sebagai perusahaan BUMN.

Hal ini membuat saham PTBA, TINS dan ANTM serempak memerah. Pada penutupan perdagangan Rabu (15/11), harga saham PTBA turun 4,87% ke level Rp 11.225. Sedangkan saham ANTM melemah 2,94% ke level Rp 660 dan saham TINS turun 1,1% ke level Rp 900 per saham.

Analis First Asia Capital David Sutyanto menilai, penurunan saham ini masih wajar. "Investor khawatir, pemerintah tak lagi menjadikan ketiga perusahaan ini sebagai prioritas," ujar dia, kemarin.

Maklum, selama ini, status emiten BUMN sebagai "anak negara" acap memberi kemudahan bagi perusahaan itu untuk menggarap berbagai proyek pemerintah. Tapi, meski ketiga emiten ini tak lagi berstatus persero, David menyatakan, investor tak perlu khawatir soal kinerja di masa depan. "Prioritas pemerintah atas tiga perusahaan itu masih tetap ada," imbuh dia.

Dampak positif

Analis Semesta Indovest Aditya Perdana Putra menilai, terbentuknya holding BUMN tambang justru akan mempermudah berbagai ekspansi yang akan dilakukan emiten. Proses administrasi dari aksi korporasi akan memakan waktu lebih pendek.

PTBA, TINS dan ANTM tak perlu meminta izin hingga ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) terkait rencana usaha mereka. Tiga emiten ini hanya perlu meminta persetujuan dari induk usaha dan Kementerian BUMN saja.

Selain itu, persaingan bisnis ketiganya lebih minim. "Belanja modal bisa dibagi dengan lebih efisien. Tidak ada dana yang tak terpakai, agar tidak jadi beban bunga. Arus kas perusahaan juga jadi lebih efisien, " ujar Aditya.

Secara umum, Aditya memang menilai pembentukan holding BUMN ini akan lebih banyak berimbas positif. Permodalan dan financial leverage perusahaan ini bisa menjadi lebih kuat.

David juga mengatakan, selama ini ketiga emiten tersebut memiliki fundamental yang bagus. "Perubahan status jadi anak usaha BUMN justru membuat tiga perusahaan ini jadi lebih lincah," papar dia.

Harga batubara dan timah yang semakin membaik dipandang mampu menopang kinerja PTBA dan TINS ke depan. Selain itu, upaya ANTM untuk memperbaiki kinerja pun diharapkan bisa membuat fundamental perusahaan ini semakin kuat.

Karena itulah, David merekomendasikan buy untuk saham PTBA dengan target harga Rp 13.000 dan buy untuk saham TINS dengan target harga Rp 1.000 per saham. Sedangkan untuk saham ANTM, David memberi rekomendasi buy dengan target harga Rp 800 per saham.

Di sisi lain, masih akan ada tekanan dalam jangka pendek di ketiga saham ini. Ini lantaran pelaku pasar masih menyimpan kekhawatiran tentang holding BUMN tambang.

Salah satu hal yang jadi kecemasan pasar antara lain terkait perolehan kontrak baru perusahaan. "Khawatir jika asing masuk, proyek dari pemerintah berkurang. Dengan begitu, pendapatan perusahaan juga dikhawatirkan menurun," kata dia.

Menurut David, pasar masih akan wait and see terhadap tiga saham ini hingga digelarnya rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) ketiga emiten tersebut pada 29 November mendatang. Jika sudah ada kejelasan mengenai holding BUMN tambang, ada kemungkinan saham PTBA, TINS dan ANTM kembali rebound pada pekan depan. "Jadi, sekarang bisa buy on weakness tiga saham ini," saran David.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×