kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%
FOKUS /

Likuiditas ketat, saat tepat beternak duit di bank


Senin, 23 Juni 2014 / 11:07 WIB
Likuiditas ketat, saat tepat beternak duit di bank
ILUSTRASI. Manfaat buah ciplukan untuk kesehatan.


Reporter: Herry Prasetyo, Tedy Gumilar, Oginawa R Prayogo, Galvan Yudistira | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Slogan “Ayo menabung di bank” yang bergema sejak zaman baheula, kini menemukan momentum yang pas. Bukan sekadar mengamankan dana dari jarahan para pencoleng, menabung di bank saat ini bisa sekaligus untuk membiakkan dana menganggur Anda.

Peluang beternak duit di bank terbuka lebar seiring kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI rate) dan bunga simpanan. Maklum, bank berkepentingan menghimpun dana para nasabah di tengah likuiditas yang kian mengetat belakangan ini.

Berdasarkan data Pusat Informasi Pasar Uang (PIPU) per Kamis (19/6) lalu, Bank CIMB Niaga misalnya, menawarkan bunga deposito jangka waktu satu bulan sebesar 8,75%. Sementara, Bank Permata menawarkan bunga 8,25%.

Bank Central Asia (BCA) juga menawarkan bunga deposito yang tinggi. Bunga konter deposito di bank ini 7,5%. “Untuk deposito di atas Rp 2 miliar, misalkan Rp 25 miliar, bunganya 9,5%,” kata Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA.

Jika ingin mencicipi bunga lebih mekar, Anda dapat mendatangi Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Contohnya BPR Darmawan Adhiguna Lestari yang beroperasi di Bekasi, mematok bunga spesial maksimal 1,5% di atas suku bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk dana deposito di atas Rp 100 juta.

Bahkan, BPR Pijer Podi Kekelengan berani menawarkan bunga hingga 12%. Asalkan, minimal deposito yang dibenamkan di BPR yang beroperasi di Sumatra Utara itu Rp 200 juta dan berjangka dua tahun. Sebagai acuan, LPS rate untuk simpanan di BPR saat ini 10,25%.

Menurut Dody Arifianto, Ekonom LPS, sejak dulu semua bank kerap memberikan bunga simpanan di atas LPS rate bagi nasabah kelas kakap. Maklum, untuk menarik dana belasan miliar rupiah hingga ratusan miliar rupiah dari kocek nasabah individu superkaya itu, memang tidak cukup mengandalkan bunga konter.

Seiring sengitnya persaingan memperebutkan Dana Pihak Ketiga (DPK), jumlah nasabah berstatus spesial seperti itu juga terus bertambah. Fenomena ini terjadi di semua kelompok bank, mulai dari bank sangat besar yang beraset lebih Rp 100 triliun, hingga bank sangat kecil dengan aset di bawah Rp 1 triliun. “Kalau tahun lalu rekening yang bunganya mengikuti LPS rate masih 55%–57% dari total rekening rata-rata bank, data per April 2014 tinggal 50,8%,” kata Dody. Artinya, sekitar 50% dari rekening rata-rata bank saat ini memberikan bunga di atas penjaminan.

Meski berisiko lantaran dananya tak dijamin oleh LPS, nasabah sah-sah saja memanfaatkan bunga spesial. Yang penting disiplin mengecek kondisi keuangan bank tersebut. “Jika tetap ingin mendapatkan bunga lebih tinggi dari penjaminan LPS, carilah bank yang kredibilitasnya tinggi atau minimal bank itu sehat,” kata Diana Sandjaya, Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting.

Deposan besar seperti Erick Meijer punya trik lain lagi. Direktur Penjualan dan Pemasaran PT Garuda Indonesia Tbk ini mengaku membenamkan uangnya di deposito beberapa bank, salah satunya di HSBC. Bunga deposito di bank-bank itu tak jauh berbeda. Yang penting, sesuai prinsip investasi, dia ingin menyebarkan risiko deposito itu banyak bank.

Direktur Taman Safari Indonesia Frans Manansang juga melakukan trik serupa. Ia mengaku menjadi deposan di HSBC, Citibank, CIMB Niaga, dan Bank Mega. Dengan menempatkan sejumlah dana tertentu, ia bisa memperoleh bunga hingga 10%. “Bank swasta dalam negeri yang lebih besar dapat profitnya,” imbuhnya.

Gaya nasabah institusi

Jika deposan individu tergiur dengan bunga tinggi deposito, lain lagi motivasi nasabah institusi. Tujuannya bukanlah untuk memburu bunga tinggi. Vivian Secakesuma, Presiden Direktur BNP Paribas Investment Partners, mengatakan, kenaikan bunga deposito tidak berpengaruh pada strategi pengelolaan dana mereka. Kepentingannya adalah mengelola likuiditas. “Porsi jumlahnya juga naik-turun karena tergantung dengan konsumen yang menarik dananya. Maksimal 20% di tiap produk reksadana,” katanya.

Siswa Rizali, Head of Investment PT AAA Asset Management menyatakan, deposito bukanlah pilihan yang baik untuk mengerek return. Pasalnya, setinggi-tingginya bunga deposito masih lebih tinggi potensi return instrumen investasi lain, misalnya saham.

Selain itu, pajak yang harus disetor lebih besar ketimbang obligasi. Ia membandingkan, bunga obligasi korporasi yang jatuh temponya kurang dari setahun sebesar 10% dan pajaknya 5%. Bunganya setara dengan deposito tenor 3 bulan atau 6 bulan, namun pajaknya 20%.

Berbeda dengan nasabah institusi yang lebih konservatif. Mereka masih menjadikan deposito sebagai pelabuhan utama dananya. Misalnya, perusahaan Asuransi Pan Pacific. Perhitungan awal tahun ini, dana kelolaan premi nasabah perusahaan itu mencapai Rp 225 miliar. “Sekitar 75% ditempatkan di deposito, saham kurang dari 5% dan sisanya di obligasi,” kata Junaidi, Wakil Presiden Direktur Asuransi Pan Pacific.

Dari penempatan dana di bank, Pan Pacific memperoleh bunga 9,5% hingga 10,5%. Meski saat ini tren kenaikan bunga deposito, strategi penempatan dana kelolaan Pan Pacific tidak berubah. Dia bilang, penambahan porsi dana di deposito tergantung dari pendapatan perusahaan dan sisa bayar klaim konsumen.

Asuransi Adira Dinamika juga banyak menaruh dananya di deposito. Porsinya 70% dari total dana kelolaan saat ini yang sekitar Rp 2,5 triliun.

Selain melirik bunga tinggi, pemilihan bank pembiak dana deposito berdasarkan rating-nya. ”Kami juga menaruh dana deposito di lebih dari 10 bank,” kata Hardianto Wirawan, Kepala Divisi Corporate Strategic Planning Adira Dinamika.

Berminat memanfaatkan momen bunga mekar saat ini?

Rata-Rata Suku Bunga Deposito (Per 18 Juni 2014)
  Jangka Waktu
Bank 1 Bulan  3 Bulan 6 Bulan 12 Bulan
Citibank 5.80% 6.75% 6.88% 6.60%
Deutsche Bank AG 5.98% 5.98% 7.08% 0.00%
Standard Chartered Bank 2.63% 5.63% 5.88% 6.13%
Bank HSBC 7.38% 7.63% 7.88% 6.73%
Bank ANZ Indonesia 3.35% 7.05% 7.25% 5.45%
Bank Bukopin 5.88% 6.00% 6.25% 6.13%
BCA 8.38% 8.38% 7.00% 7.00%
Bank CIMB Niaga 7.00% 9.00% 8.88% 7.75%
Bank Commonwealth 5.25% 5.25% 5.25% 5.25%
Bank Danamon 7.00% 7.13% 7.13% 7.13%
Bank DBS Indonesia 5.98% 6.58% 6.75% 6.93%
BII 7.88% 7.95% 8.00% 8.25%
Bank Mandiri 7.38% 9.13% 8.50% 5.13%
Bank Mayora 9.00% 9.25% 9.50% 8.13%
Bank Mega 7.88% 8.38% 9.13% 6.25%
BNI 4.38% 6.75% 6.75% 6.25%
Bank OCBC NISP 8.00% 8.25% 8.25% 8.00%
Bank Panin Indonesia 7.38% 7.38% 7.38% 7.38%
Bank Permata 8.25% 8.25% 8.25% 8.25%
BRI 4.25% 7.50% 7.50% 7.00%
BTN 5.75% 6.50% 6.75% 6.75%
Bank UOB Indonesia 6.75% 6.88% 6.93% 9.83%
Keseluruhan 6.98% 7.18% 6.97% 6.89%
Sumber: Pusat Informasi Pasar Uang (PIPU) Bank Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×