kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45997,15   3,55   0.36%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%
FOKUS /

Langkah semakin berat tahun 2017


Selasa, 13 Desember 2016 / 16:17 WIB
Langkah semakin berat tahun 2017


Reporter: Adi Wikanto, Adinda Ade Mustami | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Banyak yang berharap, kepemimpinan Joko Widodo dan Jusuf Kalla pada 2014-2019 bakal menghasilkan pemerintahan mumpuni. Dengan Nawa Cita-nya, Jokowi menjanjikan akslerasi pertumbuhan ekonomi nasional yang bertumpu pada industri manufaktur, industri pangan, sektor maritim, dan pariwisata.

Nyatanya, sejauh ini kinerja Jokowi-JK dalam angka pertumbuhan ekonomi masih gagal menandingi prestasi Susilo Bambang Yudhoyono. Hingga tahun 2015, pertumbuhan ekonomi semakin melemah. 

Termasuk pada tahun 2016 ini, diperkirakan juga belum bisa bangkit. Pemerintah pun sudah menganalisa, pertumbuhan ekonomi 2016 maksimal 5,1%, tapi banyak ekonom hanya menaruh angka 5%.

Masalahnya, Jokowi-JK juga bakal kembali sulit merealisasikan janji akselerasi perekonomian nasional 2017. Pasalnya, semakin banyak hambatan yang bakal menyulitkan pemerintah Kabinet Kerja. 

Masih seperti tahun-tahun sebelumnya, risiko fiskal tetap membayangi perekonomian Indonesia 2017. Bahkan Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk, Anton H Gunawan saat outlook ekonomi Indonesia 2017 yang digelar Kementerian Koordinator Perekonomian di Jakarta 10 November 2016 menyebut risiko fiskal adalah hal utama penghalang ekonomi nasional. "Shortfall pajak (selisih kekurangan penerimaan pajak terhadap target) berpotensi terjadi, sehingga defisit anggaran bakal melebar," kata Anton.

Selain risiko fiskal, konsumsi rumah tangga yang melemah juga akan menghambat pertumbuhan ekonomi RI. Mantan Menteri Keuangan Muhammad Chatib Basri bilang, konsumsi rumah tangga masih akan flat. 

Walau Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuannya, tetapi itu belum banyak berdampak pada investasi lantaran lemahnya permintaan masyarakat. Investasi diperkirakan juga belum terdongkrak. Rasio tabungan domestik saat ini yang hanya 30%-32% dari PDB, belum cukup mendorong pertumbuhan ekonomi 6% tahun depan. "Kalau pertumbuhan ekonomi dipaksa 6% maka defisit anggaran melompat. Kalau dibiayai portofolio, risiko sudden reversal," kata Chatib.

Tekanan juga kembali datang dari global. International Monetary Fund (IMF) memang memproyeksikan perekonomian dunia 2017 bisa tumbuh 3,4%, lebih baik dibandingkan perkiraan 2016 hanya 3,1%.

Namun, IMF juga mengakui akan ada pelambatan di China, dari perkiraan 6,5% (2016) menjadi 6,2% (2017). Pelambatan di China menjadi batu sandungan terbesar bagi Indonesia. 

Sumber: Kemenko Perekonomian

Mengingat, China merupakan pasar ekspor andalan Indonesia. "Elastisitas perekonomian China terhadap Indonesia paling besar mencapai 0,11%, AS hanya 0,05% dan Jepang hanya 0,06%," jelas Anton.

Terkait AS, kebijakan proteksi ekonomi AS yang disinyalkan Presiden Donald Trump juga menimbulkan kekhawatiran baru bagi Indonesia. Ekspor ke AS bisa merosot jika Trump benar-benar merealisasikan janji kampanyenya.

Ekspor Indonesia juga masih akan sulit bangkit karena harga komoditas akan flat dan cenderung melemah pada tahun 2017. Anton mencontohkan, tiga komoditas andalan ekspor yakni batubara diperkirakan akan diperdagangkan pada harga rata-rata US$ 5,23 per metrik ton (MT) tahun depan, lebih rendah dari proyeksi tahun ini US$ 53,4 per MT.  

Lalu minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) dari perkiraan harga US$ 2,59 per MT tahun ini menjadi US$ 2,54 per MT 2017. Hanya karet yang diperkirakan membaik, yakni dari proyeksi tahun ini US$ 1,05 per MT menjadi US$ 1,23 per MT.

Optimalkan peluang

Meski hambatan kian banyak, Anton meyakini perekonomian Indonesia tetap bisa sukses melewati tahun 2017 dengan pertumbuhan yang tinggi. Syaratnya, pemerintah harus bisa memanfaatkan sejumlah peluang pendongkrak perekonomian nasional.

Pertama, pemerintah tetap melanjutkan program hilirisasi di sektor komoditas. Pengolahan komoditas akan meningkatkan nilai tambah. Anton memberi contoh, harga CPO hanya US$ 795 per MT. Namun jika diolah menjadi biodiesel, harganya naik menjadi US$ 885 per MT.

Kedua, mengoptimalkan potensi wisata di Indonesia guna menarik wisatawan asing. Pemerintah wajib membentuk Bali baru di daerah lain yang banyak potensi wisata. Oleh karena itu, tak hanya promosi, pemerintah juga harus gencar memperbanyak sarana infrastruktur di tempat pariwisata baru.

Ketiga, pemerintah melanjutkan program pengembangan e-commerce yang sudah dirintis selama ini. Market size e-commerce Indonesia merupakan yang terbesar se-ASEAN mencapai US$ 2,2 billion tahun 2014. Ini potensi yang bisa mendorong perekonomian nasional.

Sejauh ini, Anton masih menghasilkan perhitungan pertumbuhan ekonomi nasional 2017 yang moderat seperti target pemerintah, yakni 5,1%. Namun, jika ketiga potensi itu berhasil terlaksana, Anton pede laju ekonomi kian besar.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui perlambatan ekonomi global diperkirakan masih berlanjut. Selama dua tahun terkahir, perekonomian global terpukul karena permintaan yang lemah dan harga komoditas menurun.

Dari sisi domestik, konsumsi rumah tangga diakuinya akan tertekan karena pemerintah mencabut subsidi listrik dan 900 volt ampere (va). "Makanya angka 5,1% bukan karena pemerintah tak ambisius, tapi ini adalah titik kombinasi yang seimbang antara optimisme dan kehati-hatian," ujar Sri Mulyani dalam acara Economic Outlook di Gedung bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11).

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menambahkan, pemerintah akan menghadapi berbagai hambatan itu dengan kebijakan yang tepat. Ia sepakat dengan usulan Anton Gunawan terkait industri pariwisata.

Belakangan ini pemerintah memang gencar mengoptimalkan pariwisata sebagai pendongkrak ekonomi nasional. Pemerintah sudah memberikan fasilitas yang memudahkan wisatawan asing berkunjung ke sejumlah daerah yang menjadi kawasan ekonomi khusus (KEK) pariwisata.

Fasilitas itu antara lain pengurusan visa on arrival and multiple visit visa. Ada juga fasilitas bebas visa berkunjung ke Indonesia bagi 169 negara.

Tabel Target Pengembangan Sektor Pariwisata Hingga Tahun 2019

Sumber: Kemenko Perekonomian

Diharapkan, kebijakan itu bisa menjadikan Indonesia sebagai tujuan pariwisata dunia. Ujungnya adalah, kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional melonjak jadi 13% pada tahun 2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×