kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kata ekonom soal susutnya capital inflow


Minggu, 24 September 2017 / 20:05 WIB
Kata ekonom soal susutnya capital inflow


Reporter: Choirun Nisa | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Bank Indonesia (BI) menyebut arus masuk kas atau capital inflow ke Indonesia secara year to date (ytd) dari Januari hingga September 2017 mencapai US$ 11 miliar atau setara dengan Rp 146,41 triliun.

Namun jika dibandingkan dengan arus dana yang masuk kumulatif Indonesia pada periode yang sama di tahun sebelumnya, terjadi penurunan inflow. Pada periode Januari-September 2016 capital Inflow mencapai dari Rp 151 triliun.

Ekonom CORE Mohammad Faisal berpendapat penurunan capital inflow ini merupakan efek dari kondisi di Amerika Serikat sejak terpilihnya Trump sebagai Presiden AS. Karena hal ini, suku bunga The Fed lebih tinggi dibanding tahun lalu sehingga menarik arus modal ke AS dan menahan arus ke emerging markets termasuk Indonesia.

"Meski efeknya tidak terlalu besar, tetapi tetap menahan inflow kita dan menurun di tahun ini," ujar Faisal ketika dihubungi KONTAN.co.id pada Sabtu (23/9) kemarin.

Dengan penurunan inflow ini, Indonesia perlu melakukan perbaikan. Faisal berpandangan, Indonesia dapat harus terus menjaga stabilitas ekonomi makro. Tak hanya sekadar menjaga peningkatan capital inflow, tetapi juga menjaga agar yg sudah masuk pun tidak mudah keluar (outflow) dengan melakukan capital control.

"Salah satunya melalui repatriation/surrender requirement dengan menetapkan syarat-syarat bagi investor yang akan melakukan repatriasi investasinya, sebagaimana yang dilakukan negara berkembang lain seperti China dan India," kata Faisal.

Selain itu, cara lain melakukan capital control-nya dengan persyaratan penetapan batas minimum cadangan yang harus disimpan di Bank Indonesia untuk investasi dalam mata uang asing. Untuk dapat melakukan ini, pemerintah perlu memberlakukan ketentuan jangka waktu minimal bagi investor asing untuk menarik dana keluar.

Harapannya, agar modal tidak keluar-masuk dengan sangat cepat. "Lalu selebihnya dengan memperdalam pasar keuangan di Indonesian melalui berbagai instrumen baru, sehingga modal yang masuk bisa disalurkan melalui berbagi instrumen," kata Faisal lagi.

Terkait penurunan suku bunga acuan yang sempat dilakukan BI baru-baru ini, Faisal mengatakan, penurunan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 4,25% ini tak akan banyak berpengaruh pada capital inflow ke depan.

Pasalnya, yield obligasi Indonesia masih sangat tinggi. Meski begitu, Indonesia masih kompetitif untuk menarik modal asing.

"Tingkat suku bunga acuan dan juga yield obligasi dari negara-negara emerging markets yg lain masih banyak yang lebih rendah, apalagi negara maju, jadi masih kompetitif," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×