kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%
FOKUS /

Inflasi rendah, BI rate berpeluang turun


Rabu, 16 Desember 2015 / 16:20 WIB
Inflasi rendah, BI rate berpeluang turun


Reporter: Adinda Ade Mustami, Agus Triyono, Amailia Putri Hasniawati, Asep Munazat Zatnika | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Besok Kamis (17/12) Bank Indonesia (BI) akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan. Seperti biasa, dalam RDG, dewan gubernur akan menentukan sejumlah keputusan terkait kebijakan moneter, termasuk arah suku bunga acuan.

Sejumlah ekonom menilai BI memiliki kesempatan melonggarkan kebijakan moneter pada tahun depan. Sebab dampak kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS, The Fed, sudah diantisipasi oleh pelaku pasar.

Direktur dan Kepala Riset Citigroup Ferry Wong mengatakan, bank sentral AS diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 0,5% pada rapat dewan gubernur (FOMC) dalam waktu dekat. Kebijakan itu akan dilanjutkan pada 2016 menjadi 1% hingga tutup tahun depan.

Walaupun begitu, bukan berarti BI kemudian tidak bisa menurunkan BI rate. "BI bisa menurunkan suku bunga di kuartal dua dan kuartal empat tahun depan, masing-masing 25 basis poin (bps)," ujar Ferry Wong, belum lama ini.

Dengan begitu, di akhir 2016, BI bisa melonggarkan moneter dengan memangkas BI rate ke level 7%. Ditambah belanja pemerintah yang lebih tinggi, khususnya di sektor infrastruktur, diharapkan perekonomian Indonesia lebih bergairah.

Gairah ekonomi RI akan membuat porsi investasi aset tetap (fixed asset investment) terhadap produk domestik bruto (PDB) meningkat dari 32% saat ini ke level 40%. Itu terjadi seiring dengan mulai efektifnya sejumlah paket kebijakan pemerintah kepada kegiatan bisnis dalam negeri.

Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi bulanan terus turun. Inflasi bulan November 2015 tercatat sebesar 0,21%. Walaupun tak lagi mengalami deflasi, angka inflasi kali ini menjadi yang terendah selama lima tahun.

Bahkan kini, laju inflasi tahunan sudah berada di angka 4,89%. Tak ayal, hal ini membuat pemerintah dan Asosiasi Pengusaha Indonesia(Apindo) berharap BI segera menurunkan BI rate.

Wakil Presiden Jusuf Kalla juga bilang, tingkat suku bunga di Indonesia terlalu tinggi dan kalah dengan negara lain. "Mudah-mudahan bunga bank bisa segera 5%," kata Jusuf Kalla, Selasa (1/12).

Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani mengatakan, BI sebenarnya memiliki banyak momentum untuk menurunkan BI rate, sayang tak dilakukan. "Makanya kami minta, kalau The Fed tidak jadi naikan suku bunga, BI harus ambil momentum turunkan bi rate," ujarnya.

Penurunan suku bunga acuan memang banyak dinantikan agar daya beli masyarakat yang kini tengah lesu dapat kembali bergeliat. Sehingga pertumbuhan ekonomi dapat melesat.

Enggan turun

Ekonom Bank Central Asia David Sumual menyebutkan, rendahnya laju inflasi membuat BI memiliki ruang yang cukup untuk menurunkan suku bunga. Namun, David menilai saat ini BI lebih baik menahan diri terlebih dahulu.

Pendapat sama juga disampaikan ekonom Universitas Indonesia Anton Gunawan. Ia mengatakan, ada peluang BI untuk menurunkan suku bunganya sekitar 25 basis poin (bps), bahkan secara bertahap penurunananya bisa 50 bps (0,5%).

Menurut Anton, penurunan BI rate memang bisa memicu tekanan pada rupiah. Tapi kata Anton saat ini pertumbuhan ekonomi lebih perlu untuk ditopang. "Dari hitungan real interest rate maupun deferensial interest rate, suku bunga bi saat ini relatif ketinggian,"  tambahnya.

Gubernur BI Agus Martowardojo bergeming alias tak mengamini permintaan banyak pihak. Kata Agus, tak semudah bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuan. Paling tidak, ada tiga hal yang jadi pertimbangan lembaga moneter tersebut. Pertama, kondisi perekonomian China yang tengah melambat.

Kedua, pelemahan harga komoditas yang diperkirakan bakal berlanjut di tahun depan. Terakhir, normalisasi kebijakan moneter Amerika. "Mungkin akhir tahun ini pertama kali menaikkan tingkat bunga secara gradual, tadinya naik 0,25% menjadi 1,125%, dan dalam dua tahun akan menjadi 3,625%. Jadi kami musti hati- hati, dan tidak boleh mengorbankan ekonomi," jelas Agus.

Ekonom Universitas Indonesia Lana Soelistyowati pun sepakat dengan BI. Menurutnya, saat ini kondisi nilai tukar rupiah belum stabil sehingga bila BI menurunkan BI rate, rupiah bisa kian melemah. "Stabilisasi nilai tukar rupiah juga penting bagi pengusaha karena bisa menghitung biaya produksi," tegasnya.

Lagi pula belum ada jaminan jika BI rate turun, daya beli masyarakat terdongkrak. Jika ingin dalam waktu singkat daya beli naik, pemerintah bisa melakukannya. Yakni dengan mengeluarkan kebijakan baru. Kabarnya dalam paket kebijakan VII, pemerintah bakal menaikan penghasilan tidak kenapajak (PTKP) bagi golongan tertentu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×