kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indonesia dinilai masih layak naik peringkat


Jumat, 24 November 2017 / 20:45 WIB
 Indonesia dinilai masih layak naik peringkat


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, Indonesia layak mendapat kenaikan peringkat surat utang dari Fitch Rating dan Moody's di tahun ini. Hal tersebut sejalan dengan outlook positive yang telah diberikan dari keduanya.

Lana mengatakan, realisasi penerimaan negara saat ini memang masih rendah. Namun rendahnya rasio penerimaan negara terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang rendah juga harus dibandingkan secara proporsional.

Berdasarkan catatan Bloomberg, rasio penerimaan terhadap PDB Indonesia 14,3%. Angka itu di bawah Thailand yang sebesar 22,4%, India 21,3%, dan Filipina 19,1%. Lana bilang, PDB Indonesia lebih besar dibanding negara-negara itu, kecuali India.

"Tetapi ini menjadi tantangan juga bagi Indonesia. Tidak hanya pihak luar, semua ekonom di dalam negeri juga melihatnya dari sisi fiskal, yaitu risiko di penerimaan," kata Lana kepada Kontan.ci.id, Jumat (24/11).

Namun demikian, Lana juga menilai pemerintah juga perlu merevisi batas maksimal defisit anggaran saat ini sebesar 3% dari PDB agar pemerintah bisa lebih ekspansif dalam berbelanja.

Dengan kondisi Indonesia yang sudah stabil dibanding krisis tahun 1998-1999 silam, defisit anggaran hingga 5% dari PDB dinilai dia masih aman. Konsekuensinya, rasio utang terhadap PDB akan meningkat.

Sementara dari sisi utang pemerintah, khususnya kepemilikan asing yang mencapai 39% dari total obligasi yang juga menjadi sorotan Moody's, Lana bilang posisi itu juga masih aman. Sebab, 25% investor asing dalam obligasi pemerintah merupakan bank sentral negara-negara lain dengan penempatan dana pada obligasi bertenor panjang.

"Sehingga saya pikir ruang untuk mereka menaikkan rating Indonesia besar. Mereka juga melihat perbaikan lain dari Indonesia, misalnya perbaikan infrastruktur, kenaikan peringkat kemudahan berusaha, defisit transaksi berjalan yang rendah, dan pertumbuhan ekonomi yang masih bisa mencapai 5%," tambah dia.

Sementara itu, Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness Eric Sugandi mengatakan, penyusunan APBN tiga tahun terakhir, khususnya penerimaan memang ambisius. Oleh karena itu, pengelolaannya perlu diperbaiki.

"Saya pikir apa yang sudah dan dikerjakan pemerintah sekarang sudah benar arahnya, hanya saja target-target di sisi belanja dan penerimaannya jangan terlalu ambisius," kata Eric.

Sementara dari sisi defisit anggaran, aturan batas maksimal sebesar 3% dari PDB selama ini sudah cukup baik. Menurutnya, defisit anggaran sebaiknya lebih konservatif, mengingat defisit tersebut dibiayai oleh utang.

"Peluang untuk memperoleh rating upgrade tahun depan atau dua tahun dari sekarang masih ada jika kondisi ekonomi dan manajemen APBN lebih baik," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×