kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak jatuh tiga hari beruntun


Kamis, 16 November 2017 / 07:16 WIB
Harga minyak jatuh tiga hari beruntun


Sumber: CNBC,Bloomberg | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak dunia kembali turun di pasar Amerika Serikat, Rabu (15/11). Sinyal perlambatan permintaan dan kenaikan produksi di AS menekan harga minyak.

Mengutip Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember 2017 di Nymex ditutup turun 0,66% menjadi US$ 55,33 per barel. Harga minyak sudah terkoreksi tiga hari beruntun.

Di pasar Asia, Kamis (16/11), minyak WTI lanjtu terkoreksi ke level US$ 55,28 sebarel pukul 07.03 WIB.

Aksi jual berlanjut setelah kenaikan stok minyak mentah dan bensin di AS yang tidak terduga. Badan Informasi Energi AS (EIA) merilis persediaan minyak mentah naik 1,9 juta barel menjadi 459,0 juta barel per pekan yang berakhir 10 November. Angka ini melampaui ekspektasi pasar.

Data ini semakin melemahkan sentimen pasar. Sebab, sebelumnya, pasar sudah cemas dengan sinyal perlambatan permintaan yang diungkapkan Badan Energi Internasional (IEA). Selasa lalu, EIA  memangkas proyeksi permintaan minyak sebesar 100.000 barel per hari (bph) menjadi sekitar 1,5 juta bph pada 2017 dan 1,3 juta barel bph pada 2018.

Belum lagi, produksi minyak AS diperkirakan meningkat, sehingga mengimbangi upaya Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia yang tengah gencar memangkas produksi minyak.

Produksi minyak di negeri Paman Sam telah melonjak lebih dari 14% sejak pertengahan 2016 hingga 9,65 juta bph dan diperkirakan akan tumbuh lebih jauh. IEA mengatakan produksi minyak non-OPEC akan meningkat 1,4 juta bph pada 2018, sehingga merongrong upaya OPEC dan sekutunya untuk mengurangi pasokan minyak mentah di pasar global.

OPEC akan bertemu pada 30 November di Wina, dan diperkirakan akan menyetujui perpanjangan pemotongan produksi. "Negara-negara yang berpartisipasi dalam kesepakatan itu perlu merumuskan strategi karena output minyak di AS terus meningkat," kata Abhishek Kumar, analis energi senior di Interfax Energys Global Gas Analytics seperti dilansir CNBC, Kamis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×