kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%
FOKUS /

Berandai-andai dengan hasil Pemilu Amerika


Kamis, 03 November 2016 / 17:39 WIB
Berandai-andai dengan hasil Pemilu Amerika


Sumber: CNBC,Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

WASHINGTON. Seluruh mata dunia saat ini tengah tertuju pada kondisi politik Amerika Serikat (AS). Pasalnya, dalam hitungan hari, tepatnya 8 November 2016, warga Negeri Paman Sam itu akan menentukan nasib mereka untuk empat tahun ke depan dengan ikut serta dalam pemilihan umum presiden AS.

Kali ini, ajang pilpres di AS lebih banyak diwarnai dengan drama oleh dua kandidat utama, yakni Hillary Clinton dari Partai Demokrat dan Donald Trump dari Partai Republik.

Dua calon tersebut selama ini memang kerap 'saling serang' satu sama lain. Aksi serang ini bukan menyangkut masalah visi, misi, atau kebijakan masing-masing kandidat. Bahkan, dalam debat pilpres yang sudah digelar sebanyak tiga kali, selalu diwarnai dengan perdebatan soal kepribadian semata.

Banyak pihak yang menilai, perdebatan tersebut terbilang 'bar-bar' dalam sejarah modern pemilu Amerika.

Sebagai negara dengan perekonomian terbesar dunia, drama yang terjadi di dunia perpolitikan AS turut mempengaruhi pasar finansial global.

Berdasarkan penilaian sejumlah analis, Wall Street cenderung menyukai Clinton dibanding Trump sebagai pihak yang menang. Makanya, jika Trump yang keluar sebagai pemenang, maka dipastikan akan ada guncangan-guncangan yang terjadi di pasar finansial.

Adanya kemungkinan kandidat Presiden AS asal Partai Republik, Trump, memenangkan pemilu AS bahkan memicu kecemasan banyak pihak. Delapan peraih Nobel bersama 362 ekonom AS menulis sebuah surat terbuka yang menuliskan alasan mengapa warga Amerika jangan memilih Trump.

Surat, yang dirilis Selasa (1/11) dan dilaporkan oleh Wall Street Journal, berisi tentang 13 argumen para ekonom melawan Trump. Kendati demikian, dalam surat tersebut tidak menyebutkan secara spesifik pilihan kandidat lain yang lebih baik untuk menggantikan Trump.

"Donald Trump merupakan pilihan yang berbahaya dan merusak bagi negara. Dia menghasut pemilih, menurunkan kepercayaan terhadap lembaga-lembaga publik dengan teori konspirasi, dan mempromosikan delusi yang disengaja atas realita yang ada," demikian salah satu penggalan surat para ekonom seperti yang dikutip dari WSJ.

"Jika terpilih, dia membuka risiko bahaya yang unik atas fungsi demokrasi dan institusi ekonomi, serta kemakmuran bagi negara. Atas alasan ini, kami merekomendasikan dengan sangat tegas agar Anda tidak memilih Donald Trump," demikian kesimpulan dari surat tersebut.

Di luar dari surat tersebut, banyak juga ekonom yang menentang kebijakan kandidat presiden AS asal partai Demokrat, Hillary Clinton. Dalam surat yang dipublikasikan pada September, 306 ekonom mempublikasikan sebuah surat melawan agenda ekonomi sakit dari Clinton.

Berikut ini sejumlah prediksi jika Clinton atau Trump yang memenangkan pemilu.

Pasar saham

- Clinton menang:

Menurut Margaret Yang, CMC Markets analyst di Singapura, market saat ini sudah memasukkan hitungan mereka atas kemenangan Clinton. "Kenaikan yang terjadi di pasar saham akan terbatas jika Clinton yang menang," imbuhnya.

Namun, bukan berarti tidak ada sektoral yang tertekan. Beberapa sektor yang diprediksi akan mengalami tekanan terdalam adalah sektor keuangan dan perusahaan obat-obatan.

"Adanya potensi Demokrat menang telak akan berdampak buruk bagi saham perbankan," jelas Morgan Stanley dalam risetnya.

Menurut Morgan Stanley, kemungkinan penetapan peraturan yang lebih ketat dan perubahan pajak akan memukul kinerja sejumlah perusahaan seperti Goldman Sachs Inc dan JPMorgan Chase & Co.

Selain itu, pengetatan kebijakan terkait aturan bunga yang menguntungkan perusahaan aset manajemen yang menjadi kebijakan Trump juga akan mempengaruhi kinerja sejumlah perusahaan finansial termasuk Janus Capital Group Inc dan Waddell & Reed Financial Inc.

Di bawah pemerintahan Clinton, sektor kesehatan juga diramal akan terpukul. Menurut tim riset BlackRock Inc, batasan untuk mengerek harga obat-obatan menjadi alasannya.

- Jika Trump menang:

Yang dari CMC memprediksi, jika Trump yang memenangkan pemilu, maka akan terjadi aksi jual besar-besaran di pasar saham AS. "Banyak yang akan menyebut aksi ini sebagai kejadian angsa hitam," imbuhnya.

Bahkan, lanjut Yang, dampaknya akan lebih parah dari Brexit, yang pada waktu itu menyebabkan indeks S&P 500 anjlok 5,3% dalam kurun waktu dua hari.

Sedangkan analisis BlackRock, korelasi antara hasil polling dua kandidat dengan performa sektor saham menunjukkan, sektor obat-obatan, asuransi, dan perbankan akan memiliki performa yang lebih baik di bawah pemerintahan Trump.

Sektor lain yang akan diuntungkan dari pemerintahan Trump adalah saham-saham sektor infrastruktur -seperti Caterpillar Inc dan Ingersoll-Rand Corp. Sebab, Trump lebih ambisius terkait pembangunan infrastruktur dibanding Clinton.

Pasar mata uang

- Jika Clinton menang:

Capital Economics yang berbasis di London memprediksi, jika Clinton menang, dollar AS akan perkasa melawan sejumlah mata uang negara maju. Trader akan tetap fokus pada kemungkinan The Federal Reserve mengerek suku bunga acuannya pada Desember.

Adapun Bank America menilai, dollar akan perkasa di bawah pemerintahan Clinton, jika Demokrat menguasai Kongres AS.

Sociere Generale SA dalam laporannya menguraikan, sejumlah mata uang emerging market sudah mengalami kenaikan sebelumnya jika Clinton menjadi presiden. Itu artinya, rekomendasi untuk seluruh mata uang emerging akan netral atau positif, kecuali Rusia.

Berdasarkan penilaian Societe Generale, peso Meksiko akan mendapatkan keuntungan terbesar di antara mata uang emerging lainnya jika Clinton menang.

Beberapa waktu belakangan ini, peso Meksiko kerap dijadikan barometer dari kontes pilpres AS. Clinton berjanji untuk melanjutkan kerjasamanya dengan Meksiko. Berbeda dengan Trump yang mengancam akan membangun tembok di antara kedua negara yang dibiayai sendiri oleh Meksiko.

- Jika Trump menang:

Menyusul keterkejutan market setelah kemenangan Trump, dollar AS diramal akan melemah. Bank America meramal, kemenangan Trump akan mendorong China melepas aset-aset AS sehingga mendorong reli mata uang negara maju mulai dari yen, euro, poundsterling, dan franc. Selain itu, the Fed juga diprediksi akan menunda melakukan pengetatan kebijakan.

Bank of America juga menambahkan, dollar AS baru akan menguat setelah tiga hingga sembilan bulan kemudian seiring pemberlakuan pemangkasan pajak dan stimulus fiskal oleh pemerintahan Trump untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

Di sisi lain, cukup jelas peso Meksiko akan terpukul hebat jika ini terjadi. Di sisi lain, foreign exchange strategist Mizuho Bank Ltd di Hong Kong Ken Cheung menilai, tudingan Trump terhadap China terkait manipulasi mata uang, juga akan menyebabkan nilai tukar yuan di pasar offshore akan anjlok sekitar 3% pada akhir tahun.

Xu Gao, ekonom Everbright Securities Co di Beijing bilang, untuk jangka panjang, mata uang yuan akan melemah secara bertahap akibat tekanan politik Trump terhadap pimpinan China agar Negeri Panda itu memperlambat proses depresiasi mata uang mereka.

Pelemahan juga akan dialami oleh sejumlah mata uang emerging market. Pasalnya, Trump dinilai akan menjaga jarak kerjasama dengan negara emerging sehingga bisa berdampak buruk bagi ekonomi mereka melalui pengurangan impor.

Emerging market

- Jika Clinton menang:

Sejumlah analis sepakat, kemenangan Clinton akan berdampak baik bagi perekonomian emerging market.

Francis Cheung, head of China and Hong Kong strategy CLSA Ltd berpendapat, investor akan merespon kemenangan Clinton dengan membeli saham-saham blue chip China. Saham-saham produsen komoditas di negara berkembang akan mengalami reli akibat ekspektasi melonjaknya permintaan komoditas AS sejalan dengan kenaikan anggaran infrastruktur.

- Jika Trump menang:

"Saya tidak bisa mendapatkan bayangan ada negara emerging yang diuntungkan dari kemenangan Trump," jelas Yang dari CMC Market.

Citigroup melihat, indeks Emerging Market akan langsung anjlok setidaknya 10% jika Trump menang. Bursa Meksiko dipastikan akan mengalami penurunan terburuk.

"Di Asia, China yang paling terpapar risiko dari kemenangan Trump," kata Ken Peng, investment strategist Citi Private Bank di Hong Kong. Menurut Peng, Trump kemungkinan akan merilis kebijakan perdagangan yang ditargetkan melawan China.

Sedangkan Ben Bei, analis CIMB Securities Ltd di Hong Kong menambahkan, kebijakan proteksi AS juga akan berdampak negatif terhadap negara-negara emerging yang sangat bergantung dengan ekspor.

Peng mengungkapkan, sejumlah eksporter dari Korea Selatan dan Taiwan merupakan dua dari beberapa negara yang mengalami penurunan terdalam.

Yang juga menambahkan, negara-negara eksportir Asia Tenggara yang terpapar risiko kebijakan Trump antara lain Indonesia, Singapura, Thailand, Filipina, Malaysia, dan Vietnam.

Di luar semua itu, Trump juga tidak menyambut baik pekerja imigran. Sehingga, kemenangannya nanti -jika itu terjadi- akan memukul perekonomian Filipina. Seperti yang diketahui, Filipina sangat mengandalkan remitansi dari warga Filipina yang bekerja di AS.

"India dan Indonesia sepertinya merupakan dua negara dengan dampak terkecil jika Trump menang, karena terbantu oleh pertumbuhan domestik yang tinggi," jelas Peng.

Komoditas

- Jika Clinton menang:

Kebijakan lingkungan yang diusung Clinton, khususnya mengenai perubahan iklim, akan menekan harga batu bara dan minyak dunia. Sebaliknya, harga gas alam akan melonjak seiring upaya Clinton untuk mengurangi penggunaan batubara dan menggantinya dengan gas alam sebagai jembatan untuk energi terbarukan.

- Jika Trump menang:

Saat Trump memenangkan pemilu, harga batubara akan melonjak. Sementara, harga gas alam akan merosot.

Trump berjanji untuk meninjau kembali aturan lingkungan yang membatasi penggunaan batubara dari pasar energi AS dan mempromosikan "batubara bersih" dalam salah satu debat capres beberapa waktu lalu.

Bloomberg Intelligence pada September lalu mengestimasi, kemenangan Partai Republik akan memangkas sekitar 11% permintaan gas alam di 2030 dari level tahun lalu dan mendongkrak penggunaan batubara.

Menurut Yang, emas, platinum, dan perak akan menjadi komoditas yang paling diuntungkan dari kemenangan Trump.

Dampak terhadap ekonomi Indonesia

Kepala Riset Daewoo Securities Taye Shim melihat, pada dasarnya pemilu AS merupakan kondisi yang cukup sulit. Dari total suara warga AS yang berhak mengikuti pemilu, terdapat sekitar 10% warga yang belum memutuskan suaranya.

"Sehingga, kami tidak bisa menebak, siapa yang akan memenangkan pemilihan sampai menit-menit terakhir," jelas Taye.

Tapi dia menyimpulkan, siapa pun yang pihak yang menang dalam pemilihan umum pekan depan, akan berdampak negatif terhadap perdagangan dunia yang memang sudah mengalami pelemahan. Tak terkecuali Indonesia.

"Kami belum ada ide seberapa besar dampaknya terhadap ekonomi dunia juga Indonesia," tambahnya.

Khusus untuk Indonesia, Taye melihat, hubungan dagang antara AS dengan Indonesia, tidak sebesar negara-negara lain seperti China, Korea, bahkan Vietnam dan Malaysia. Jadi Taye menilai, prioritas untuk Amerika bukanlah Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi untuk Indonesia, paparnya, akan terus pulih di 2017 dan seterusnya. Sebagai gambaran saja, di Indonesia, persentase ekspor terhadap PDB adalah sekitar 21%. Bandingkan dengan rata-rata dunia sekitar 29,3%.

"Saya rasa pemerintah Indonesia sudah mengambil arah kebijakan yang baik dengan mengandalkan ekonomi domestik daripada perekonomian yang mengandalkan ekspor," urai Taye.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×