kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%
FOKUS /

Poin krusial di KTT G-20 Hamburg, apa saja?


Jumat, 07 Juli 2017 / 15:01 WIB
Poin krusial di KTT G-20 Hamburg, apa saja?


Reporter: Rizki Caturini | Editor: Rizki Caturini

HAMBURG. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) negara-negara yang tergabung di Grup Dua Puluh (G-20) berlangsung di Hamburg, Jerman mulai hari ini (7/7) hingga Sabtu (8/7). Momen ini menyita perhatian global lantaran para pemimpin dunia bergabung membicarakan sejumlah masalah penting. 

Berbagai isu utama yang dibahas meliputi masalah perdagangan dan ekonomi, perubahan iklim serta keamanan internasional. Perhatian masyarakat dunia tertuju pada pertemuan tatap muka Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang pertama kali dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di sela-sela KTT tersebut. 

Sementara Trump dan Kanselir Jerman Angela Merkel telah bertemu lebih dulu dalam perbincangan resmi sebelum KTT dimulai. Kali ini mereka berjabat tangan, tidak seperti pada pertemuan di Washington beberapa waktu silam ketika kedua tokoh ini tidak berjabatan tangan.    

Trump dalam masa kepemimpinannya tampak kerap mengeluarkan keputusan yang tidak diprediksi dengan alasan proteksionisme. Ini menjadi hal menarik yang ditunggu. Seperti, keputusan mengejutkan Trump untuk keluar dari KTT Iklim Prancis beberapa waktu lalu. Hal ini membuat banyak pihak protes, termasuk perusahaan-perusahaan AS yang keberatan dengan keputusan presidennya sendiri. 

Keputusan-keputusan lain seperti kebijakan perdagangan bebas dan masalah imigrasi juga mempertajam hubungannya dengan sejumlah negara termasuk Jerman. Seperti dikutip Bloomberg, Angela Merkel bertekad untuk tidak mengulangi pertemuan G7 pada Mei lalu di Italia. Ketika itu enam negara setuju dengan kebijakan yang disusun, kecuali satu negara: AS!

Ini sejumlah hal krusial yang akan menjadi perhatian global: 

Perdagangan

Negara-negara seperti Jerman, Inggris, Brazil, Argentina dan Korea Selatan mendukung kebijakan pasar terbuka. Sementara Trump menolaknya. Dalam berbagai kesempatan Trump sering menunjukkan bahwa AS selama ini telah dirugikan dengan sistem dagang yang sekarang berjalan. Untuk itu dia berusaha merombak tatanan perdagangan global yang akan mengorbankan negara-negara lain. 

Sementara Jerman sebagai pengekspor terbesar di negara Eropa, Merkel berada di bawah tekanan untuk mempertahankan kebijakan pasar terbuka dan menghadapi kritik terhadap surplus perdagangan Jerman. Merkel berusaha berbicara dengan negara sekutu perdagangan bebas seperti China, India dan Meksiko untuk bisa terus menjalankan sistem ini dan menyelesaikan kesepakatan perdagangan The Transatlantic Trade and Investment Partnership (TTIP) antara Uni Eropa (UE) dan AS. 

Sementara Inggris memiliki kepentingan sendiri untuk menyelamatkan negara ini jika Inggris benar-benar keluar dari UE atawa British exit (Brexit). Untuk itu, Theresa May banyak membuka kesempatan dan pembicaraan bahwa Brexit sangat terbuka untuk kerja sama bisnis. 

Iklim

Dalam isu perubahan iklim AS pun berseberangan dengan Jerman dan sekutu Jerman seperti Prancis, China dan India. Dalam pertemuan perubahan iklim Paris bulan lalu, Trump secara mengejutkan menarik diri dari perjanjian tersebut. 

Sementara Jerman sebagai pendukung berusaha untuk mendorong anggota G-20 untuk mengikuti kesepakatan Paris. Meski tidak berniat mengisolasi AS, tapi Merkel pada akhirnya harus memutuskan akan mengikutkan AS atau tidak dalam kesepakatan ini. 

China sebagai negara dengan produksi polusi terbesar di dunia menjadikan KTT ini untuk membicarakan masalah perubahan iklim sebagai tema utama. India sebagai sekutu Jerman dalam isu ini, sepakat untuk membatasi emisi dan berjanji. "Kita memiliki tanggung jawab bersama untuk melindungi planet kita," ujar Perdama Menteri India Narendra Modi seperti dikutip Bloomberg. 

Imigrasi

Masalah pengungsian yang juga menjadi sorotan. Trump lagi-lagi menjadi pihak berseberangan dengan negara-negara seperti Turki, Meksiko, Italia dan Afrika Selatan.

AS bersitegang dengan Meksiko setelah Trump menggagas tembok pembatas dengan Meksiko untuk menghindari aliran imigran dari negara itu. Setelah itu Trump juga keluarkan larangan perjalanan bagi pengungsi dan warga negara dari enam negara mayoritas muslim.

Terkait isu ini sebagai negara yang menjadi tujuan pengungsi terutama dari Suriah, Turki merasa perlu membicarakan kesepakan masalah pengungsi dengan Uni Eropa. 
Turki tampaknya memiliki lebih banyak kesamaan dengan Jerman ketimbang dengan AS memandang masalah pengungsian.

Sementara Italia memiliki kepentingan sendiri untuk mencari sebanyak-banyaknya dukungan dalam KTT ini. Sebagai negara yang sedang berjuang terhadap gelombang pengungsi yang datang dari Afrika Selatan dan Timur Tengah, Italia merasa ditinggalkan oleh UE dan partner lainnya.  

Kebijakan Trump

Rusia telah berulang kali memuji Trump yang mengampanyekan janji membangun hubungan diplomatik yang lebih baik dengan Rusia. Namun, Putin kian khawatir itu sulit terwujud setelah adanya penyelidikan dugaan campur tangan Rusia dalam pemungutan suara AS. 

Ini telah mencederai hubungan kedua negara. Juga negara-negara yang berseberangan dengan Rusia telah mendorong sanksi baru terhadap Rusia. 
Sementara Saudi Arabia menjadi negara pertama yang didatangi Trump setelah menjabat sebagai presiden. Hubungan Saudi dengan AS makin erat terjalin ketika Trump bilang pertemuannya dengan pemimpin di wilayah Timur Tengah sebagai hal yang melampaui dari apa yang bisa dilihat orang. 

Sementara Emmanuel Macron, Presiden Prancis jelas-jelas menunjukkan posisi berseberangan dengan Trump ketika mereka pertama kali bertemu. Apalagi ketika Trump mengumumkan pengunduran dirinya dari pakta perubahan iklim Paris. 

Sementara Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau akan memanfaatkan momen ini untuk membicarakan kerja sama perdagangan dan bagaimana menghadapi negara-negara tetangga. Kabinet Trudeau telah melobi AS agar tidak memberlakukan pajak perbatasan ataupun tarif perdagangan baru. 

Presiden Indonesia Joko Widodo juga hadir dalam KTT G-20 ini. Turut mendampingi presiden adalah Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Sekretaris Kabinet Pramono Anung dan Kepala BKPM Thomas Lembong. 

Presiden Joko Widodo diagendakan akan menjadi salah satu pembicara utama untuk isu penanggulangan terorisme (di G-20)," ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Senin (3/7) seperti dikutip Kompas.com. 

Sekadar informasi, negara-negara yang tergabung dalam G-20 ini adalah: Argentina, Australia, Brasil, Kanada, China, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko.  Kemudian ada Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, Inggris, Amerika Serikat dan Uni Eropa. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×